Ekaristi: Jawaban atas Kerinduan Jiwa akan Hidup yang Kekal

Renungan Harian Misioner
Jumat, 19 April 2024
P. S. Tarbula

Kis 9:1-20; Mzm 117:1.2; Yoh 6:52-59

Mengapa Yesus mempersembahkan diri-Nya sebagai “makanan dan minuman”? Pertanyaan ini penting untuk kita renungkan sejenak supaya kita makin memahami makna penyerahan diri Yesus bagi kita dalam Ekaristi. Dalam Perjanjian Lama, roti dan anggur dipersembahkan sebagai kurban syukur kepada Sang Pencipta sebagai pemberi dan pemelihara kehidupan. Melkisedek, yang merupakan seorang imam sekaligus raja (Kej. 14:18; Ibr. 7:1-4), mempersembahkan korban berupa roti dan anggur. Persembahan Melkisedek melambangkan persembahan yang dilakukan oleh Yesus, Imam Besar dan Raja kita (Ibr. 7:26; 9:11; 10:12). Pada perjamuan terakhir ketika Yesus memberkati cawan anggur, Dia memberikannya kepada murid-murid-Nya sambil berkata, “Minumlah, kamu semua, karena inilah darah perjanjian-Ku, yang ditumpahkan bagi banyak orang demi pengampunan dosa” (Mat. 26:28). Yesus menunjuk pada pengorbanan yang akan Dia lakukan di kayu salib, ketika Dia akan menumpahkan darah-Nya bagi kita. Yesus memberikan diri-Nya kepada kita sebagai Kurban pendamaian bagi dosa-dosa kita dan dosa-dosa dunia.

Dalam perjamuan Ekaristi, kita diberi bagian dalam hidup Yesus dengan suatu cara yang sangat nyata, yakni makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Yesus, Firman Allah yang menjadi manusia (daging), hendaknya diterima sebagai manusia berdarah dan berdaging yang menyerahkan daging-Nya dan mencurahkan darah-Nya untuk hidup dunia. Dalam hubungan dengan Yesus yang nyata itu, kita diberi bagian dalam hidup Ilahi yang Yesus terima dari Bapa-Nya. Bila melalui perjamuan Ekaristi, Dia menyerahkan daging dan darah-Nya untuk hidup dunia, hidup di dalam kita, dan kita hidup di dalam Dia, maka hidup kita yang fana diubah menjadi hidup kasih Ilahi, sejati dan kekal.

Yesus berkata, “Barangsiapa makan dagingKu dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh. 6:56). Menyantap tubuh Kristus dan minum darah-Nya, berarti bukan sekadar hanya “menerima komuni” di dalam misa tetapi mempersatukan kita dengan tubuh Kristus, yakni Gereja (Kol. 1:18). Ketika kita menyantap tubuh Kristus dan minum darah-Nya, kita mewujudkan persekutuan satu sama lain di dalam Kristus. Tuhan Yesus memerintahkan kita pula untuk memakan daging-Nya dan meminum darah-Nya. Yesus mengajak untuk menjadikan kehidupan-Nya sebagai pusat keberadaan kita. Kehidupan yang Ia tawarkan adalah kehidupan Bapa-Nya sendiri. Yesus menawarkan kepada kita relasi dengan diri-Nya yang amat pribadi dan dekat. Relasi itu akan membawa kita masuk ke dalam hidup Allah. Relasi ini akan membuat kita tinggal dalam Yesus dan Yesus tinggal dalam diri kita. 

Yesus adalah Roti Kehidupan, makanan surgawi yang menopang kita saat ini dan yang menghasilkan kehidupan abadi dalam diri kita. Yesus menjadikan diri-Nya sebagai “makanan dan minuman” supaya kita sungguh-sungguh bersatu dengan Dia: “Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yoh. 6:55-56). Komuni Kudus yang kita terima dalam setiap perayaan Ekaristi adalah sebuah misteri suci, sebuah tanda yang melaluinya Kristus menjadikan diri-Nya secara fisik hadir bersama kita dan tinggal di dalam kita.  Marilah kita senantiasa mempersatukan diri dengan Yesus dalam Ekaristi karena hanya Yesuslah yang memenuhi kerinduan terdalam jiwa kita untuk memperoleh hidup yang kekal.

(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalPeran perempuan – Semoga martabat dan nilai tinggi perempuan diakui di setiap budaya, dan semoga diskriminasi yang mereka alami di berbagai belahan dunia diakhiri. 

Ujud Gereja IndonesiaKesehatan mental – Semoga masyarakat kita memiliki kepekaan untuk mengenali orang dengan masalah kesehatan mental dan orang dengan gangguan jiwa, serta melakukan upaya nyata untuk membantu mereka agar tetap memelihara imannya.  

Amin

Tinggalkan komentar