Menjadi Anak Kerajaan, “yang Miskin”

Renungan Harian Misioner
Senin, 27 Mei 2024
P. S. Agustinus dr Canterbury

1Ptr 1:3-9; Mzm 111:1-2.5-6.9.10c; Mrk 10:17-27

Injil hari ini melanjutkan tema tentang bagaimana masuk ke dalam Kerajaan Allah, mewarisi hidup kekal dan memperoleh keselamatan. Kita sudah diajarkan untuk melihat relasi kita dengan orang lain dan dengan diri kita sendiri (lih. Mrk. 10:1-16). Sekarang kita diajak melihat relasi kita dengan benda-benda dan hubungannya dengan tujuan hidup kita. Kita sadar bahwa kita semua kurang punya kemampuan menyambut Kerajaan Allah seperti si anak kecil, pemilik Kerajaan itu. Kita belum mengakui ketidakberdayaan kita, untuk berserah diri pada penyelenggaraan dan pemeliharaan Allah yang sesungguhnya merupakan langkah awal menuju kepada keselamatan. Yesus pun masuk pada pengajaran berikutnya, ketika seseorang datang berlari-lari mendapatkan Dia.

Seseorang yang datang kepada Yesus itu digambarkan sebagai seorang pemimpin yang masih muda, kaya, saleh dan terkemuka, yang ingin memperoleh hidup yang kekal (bdk. Mat. 19:22;Luk 18:18; Mrk. 10:22). Dia datang dengan berlari, dan sambil berlutut di hadapan Yesus dia mengajukan pertanyaan. Terlihat anak muda yang sopan ini mempunyai motivasi yang baik, namun belum punya niat yang kuat atas hal yang ditanyakannya. Keputusannya masih tersembunyi sampai saat dia mesti mengambil sikap setelah mendengar jawaban Yesus. Keputusan yang berisiko sukacita atau kesedihan baginya.

Dia menyapa Yesus sebagai ‘Guru yang baik’, dan Yesus memberi perhatian khusus atas sapaannya itu. Saat itu Yesus sudah menyatakan identitas-Nya dengan mengatakan, “…hanya Allah saja yang baik,” namun rupanya dia belum menemukan ‘harta’ itu, ia masih jauh dari menghayati sukacita pengenalan akan Allah yang baik itu. Manusia pada dasarnya merencanakan hidupnya sesuai dengan tujuan yang dipilihnya, entah keputusan itu diambilnya secara bebas atau tidak. Hidup kekal bukanlah upah atas karya maupun perbuatan manusia. Hidup kekal juga bukan sekadar hidup tanpa batas waktu (yang merupakan dambaan setiap manusia), tapi merupakan hidup bersama Allah dalam dunia fana. Jika ia mengerti misteri kebaikan yang disinggungnya itu, ia tentu sudah menemukan harta warisan yang diperuntukkan Allah Bapa bagi anak-anak-Nya.

Kemudian Yesus menyebutkan enam kewajiban terhadap sesama yang merupakan perintah Allah. Dan orang muda itu serta-merta menyatakan bahwa ia telah melakukan semuanya itu. Ungkapan yang mirip dengan sikap Paulus yang berkata, “tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp. 3:6b). Anak muda kaya itu masih belum memperoleh hidup kekal yang dicarinya itu, karena ‘hanya satu kekurangan’ yang belum dilakukannya, yaitu: apa yang dia miliki, tidak dia berikan kepada mereka yang tidak memiliki apa-apa. Dia tidak menerapkan perintah Allah yang kedua, perintah untuk mengasihi sesama. Memberi kepada yang miskin dan mengikuti Yesus adalah penggenapan hukum. Maka ia diminta untuk menjauhkan diri dari kekayaannya, agar dapat mendekati Yesus dan mengikuti-Nya.

Yesus memandang jauh ke kedalaman hatinya dengan penuh belas kasihan. Yesus ingin supaya anak muda itu sadar seperti Paulus, bahwa pengenalan akan Dia, Tuhannya, lebih mulia daripada semuanya, sehingga dia rela melepaskan semuanya juga. Perintah ini menjadikan kita seperti Dia, yang memberi segalanya (bahkan hidup-Nya sendiri), menjadi  miskin di hadapan Allah dan kecil seperti anak yang menyambut Kerajaan itu. Kasih yang memberi diri inilah hidup yang kekal. Pusat tujuan hidup kita ialah: membiarkan kasih itu menangkap kita, agar kita dapat datang kepada Yesus untuk mengikuti-Nya. Inilah cara konkrit untuk memenuhi perintah Allah yang pertama: mencintai Allah!

Mendengar jawaban Yesus, orang kaya itu menjadi kecewa. Keinginan mengikuti Yesus berperang dengan kelekatan akan berhala-berhala yang memperbudak manusia. Dia pergi dengan sedih, gagal mencintai Allah, diriya dan sesama. Kesedihan ini berlangsung selama seseorang terikat pada hartanya. Sebab apa yang kamu miliki dan tidak kauanugerahkan kepada sesamamu, akan menghambat kamu memperoleh harta di sorga. Kerajaan Allah hanya dapat dimasuki si kecil yang serba kekurangan; sukar bagi orang yang memiliki banyak harta untuk masuk ke dalam-Nya, bahkan mustahil. Para murid pun tercengang mendengar pernyataan ini. 

Sesungguhnya, murid adalah orang yang melakukan apa yang tidak disanggupi orang kaya itu: segera meninggalkan segalanya. Murid-murid berelasi dengan benda-benda seperti rencana Allah yang menciptakan segalanya baginya, yaitu: dengan bebas dari penyembahan berhala, menghayati benda-benda sebagai anugerah yang diterima dari Bapa dan membagi-bagikannya dengan sesama manusia. Semua orang yang melekat pada kekayaan, mustahil mewarisi kehidupan. Keselamatan itu bukan hal mudah atau sulit, melainkan mustahil bagi manusia, tapi bukan demikian bagi Allah. Hanya Allah yang dapat menjadikan kita miskin dan kecil serta menyelamatkan kita. Marilah kita meminta pada-Nya supaya kita dapat menerima tawarannya sewaktu masih hidup. Biarkan Yesus menangkap kita, agar kita bisa meninggalkan segalanya dan berlari untuk memperoleh Dia, Kasih dan kehidupan kekal (Flp. 3:8.12). (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Formasi para religius dan calon imam – Semoga para biarawan dan biarawati, serta para calon imam, tumbuh dalam panggilan mereka sendiri melalui pembinaan pribadi, pastoral, spiritual dan komunitas, sehingga mereka mampu menjadi saksi Injil yang kredibel. 

Ujud Gereja IndonesiaContent creator dan influencer – Semoga para content creator dan influencer mampu memproduksi konten-konten yang mengandung pesan positif, kejujuran, dan membangun persatuan. 

Amin

Tinggalkan komentar