Disembuhkan atau Diselamatkan?

Renungan Harian Misioner
Rabu, 13 November 2024
P. S. Didakus

Tit 3:1-7; Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6; Luk 17:11-19

Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk menyadari belas kasih Allah kepada manusia. Injil mengisahkan mukjizat penyembuhan sepuluh orang kusta. Namun, hanya satu – orang Samaria- yang kembali dan bersyukur pada Yesus. Menyadari bahwa dirinya telah pulih, dia bergegas kembali kepada Yesus dan mengucap syukur atas kesembuhannya. Mengapa kesembilan yang lain yang juga telah sembuh tidak kembali dan bersyukur kepada Yesus. Bagi mereka, peristiwa penyembuhan itu hanya membawa mereka pada kesadaran bahwa mereka sudah boleh kembali dalam kehidupan sosial, bisa berkumpul bersama orang lain. Pada zaman Yesus, orang kusta adalah orang yang terisolir. Mereka disingkirkan dari kehidupan bersama. Kesembilan penderita kusta lebih memikirkan tentang verifikasi hukum bahwa mereka telah sembuh dan dalam kegembiraan mereka untuk kembali ke orang yang mereka cintai, Tuhan dilupakan. Mungkin banyak dari kita yang kurang bersyukur atau bersaksi tentang anugerah penyembuhan Tuhan dan karya-karya-Nya yang menakjubkan dalam hidup kita. Kita mungkin bersyukur kepada para dokter atau atas kecerdikan kita dalam memecahkan masalah kita, namun kita jarang bersyukur secara terbuka kepada Tuhan yang merupakan penyembuh kita.

Tindakan satu orang kusta itu bisa mewakili ucapan rasa syukur kita atas anugerah dan berkat Allah yang kita terima dalam hidup kita. Yesus berkata kepada orang Samaria itu, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Kita dapat melihat dengan jelas, ada perbedaan besar antara disembuhkan dan diselamatkan. Kesembilan penderita kusta lainnya sembuh dari penyakit kustanya namun mereka tidak diselamatkan karena tidak menyadari dan mengakui kedaulatan Tuhan dalam hidup mereka. Rasa syukur dalam hidup itu begitu penting bukan karena Tuhan membutuhkan rasa syukur kita atau orang lain yang pantas kita syukuri, melainkan karena kegagalan bersyukur merupakan indikasi bahwa kita telah mengangap remeh hal-hal yang berkaitan dengan hidup kita atau bahkan dalam relasi kita dengan Tuhan. Kita telah kehilangan rasa takjub atas keajaiban yang terjadi di sekitar kita setiap hari. Kita menjalani peristiwa biasa dengan cara yang dangkal; dan ketika peristiwa-peristiwa luar biasa terjadi, akan tampak biasa bagi kita. Itu akan menjadi akhir dari kegembiraan hidup kita karena tidak ada hal lain yang dapat menggetarkan atau membuat kita takjub. Hidup akan menjadi membosankan, statis dan tampak mati.

Seperti penderita kusta Samaria, untuk diselamatkan, kita perlu mengenali kuasa dan belas kasihan Tuhan dalam hidup kita. Demikian juga ditegaskan Rasul Paulus dalam suratnya kepada Titus. Permulaan keselamatan selalu merupakan pekerjaan Tuhan, bukan pekerjaan manusia. Tuhan datang untuk menyelamatkan kita bukan karena kita baik atau pantas menerima perkenanan-Nya tetapi karena Dia mengasihi kita dan berbelas kasih kepada kita. Marilah kita berdoa agar memiliki hati yang bersyukur, karena hati yang tidak bersyukur adalah sikap egoisme yang menjadi penyebab kebutaan kita dalam melihat Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita benar-benar menjadi penderita kusta, terasing dari Tuhan, sesama kita, dan dari kehidupan itu sendiri. Namun bagi hati yang bersyukur, semuanya adalah rahmat dan segalanya adalah keajaiban. Setiap hari adalah hari baru dan setiap momen dihargai dengan rasa syukur dan kegembiraan yang mendalam.

(RP. Joseph Gabriel, CSsR – Studentat Redemptoris, Yogyakarta)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja UniversalOrang tua yang kehilangan anak – Semoga semua orang tua yang berduka karena meninggalnya putra atau putri mereka mendapatkan dukungan dari komunitas dan dianugerahi kedamaian dan penghiburan dari Roh Kudus. 

Ujud Gereja Indonesia: Para imam, bruder, dan suster usia lanjut – Semoga para imam, bruder, dan suster usia lanjut tetap menemukan api cinta Tuhan dalam hidup mereka, serta bersedia membagikan inspirasi serta kisah kasih Allah pada generasi muda. 

Amin

Tinggalkan komentar