Renungan Harian Misioner
Kamis, 18 Februari 2021
P. S. Flavianus
Ul. 30:15-20; Mzm. 1:1-2,3,4,6; Luk. 9:22-25
Perikop bacaan Injil hari ini (Luk. 9:22-25) yang berjudul “Pemberitahuan pertama tentang Penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikuti Dia” mengajarkan kita dua hal penting. Pertama, penderitaan Anak Manusia dan nasib Anak Manusia. Yesus berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga” (Luk. 9:22). Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Penderitaan seperti apa? Inti penderitaan-Nya kiranya penolakan oleh pihak penguasa dan pimpinan agama. Orang-orang yang paling terhormat pun seperti para tua-tua, para imam kepala termasuk para ahli Taurat akan turut menolak-Nya. Ia akan dinyatakan “tidak benar”. Ia akan dinyatakan sebagai pribadi yang tidak pantas hidup di dunia ini, sehingga akan dibunuh. Mengapa Yesus ditolak? Alasannya karena mereka tidak mau menerima pola hidup Yesus dan ajaran Yesus. Bagaimana nasib Anak Manusia? Yesus menegaskan bahwa nasib Anak Manusia, yakni dirinya sendiri berada di tangan Allah. Pola hidup Yesus dan ajaran-Nya merupakan pelaksanaan kehendak Allah: “Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku” (Yoh. 6:38). Dengan demikian, meski ditolak dan dibunuh, Anak Manusia akan dibangkitkan pada hari ketiga oleh Allah yang telah mengutus-Nya.
Kedua, syarat dan nasib orang yang mengikuti Yesus. Dengan tegas dan jelas Yesus menyatakan syarat yang harus dipenuhi oleh setiap orang yang mau mengikuti-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9:23). Mengikuti Yesus merupakan sebuah tawaran. Tawaran Yesus berisiko tinggi karena sebagaimana Ia akan ditolak dan dibunuh (kehilangan nyawa), demikian pula setiap orang yang mau mengikuti-Nya akan mengalami nasib yang sama. Syarat untuk mengikuti Yesus adalah menyangkal diri dan memikul salibnya setiap hari. Pengikut Yesus yang benar-benar menyangkal diri tidak mempedulikan apa-apa selain Yesus, termasuk tidak mempedulikan hidup dan keberadaannya di bumi ini atau rela kehilangan nyawa. Bagaimana nasib orang yang mengikuti Yesus? Yesus memberi jaminan yang amat pasti: “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya” (Luk. 9:24). Setiap orang yang siap menderita dan rela kehilangan nyawa karena mengikuti pola hidup Yesus dan memiliki komitmen mendalam untuk menjalankan ajaran-Nya, ia tidak akan kehilangan nyawanya. Orang yang menaruh hidupnya di dalam tangan Yesus, hidupnya akan penuh arti dan nilai. Setiap orang yang rela kehilangan segalanya demi Yesus akan memperoleh segalanya bersama Yesus. Sebaliknya, “Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya” (Luk. 9:24). Kehilangan nyawa searti dengan menjalani hidup yang sia-sia dan tidak berguna. Kesia-siaan itu terjadi karena orang tidak mau “mati” demi Yesus.
Musa menghadapkan bangsa Israel pada pilihan: memilih kehidupan kekal atau kematian kekal (Ul. 30:15-16). Apabila bangsa Israel memilih kehidupan kekal, maka mereka harus hidup menurut jalan yang ditunjukkan Allah dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya. Sebaliknya, apabila hati mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengar, bahkan mereka mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka pastilah mereka akan binasa (Ul. 30:16-18). Pada masa pra-paskah ini kitapun dihadapkan pada pilihan: menyelamatkan nyawa atau kehilangan nyawa. Jika kita ingin tidak kehilangan nyawa, kita harus rela menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikuti Yesus. Sebaliknya, jika kita menyangkal Yesus dan tidak rela memikul salib hanya demi memperoleh seluruh dunia, kita akan kehilangan nyawa atau binasa. Kita hendak pilih yang mana? Apakah kita rela kehilangan nyawa hanya demi memperoleh seluruh dunia dan menikmati apa saja yang ditawarkan dunia? Apakah kita siap untuk kehilangan segalanya demi Yesus supaya kita memperoleh segalanya bersama Yesus?
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen STKIP Weetebula, NTT)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Evangelisasi:
Perempuan korban kekerasan: Kita berdoa bagi kaum perempuan korban kekerasan, agar mendapat perlindungan dan penderitaan mereka benar-benar dirasakan dan diperhatikan oleh masyarakat. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia:
Kasih sayang keluarga: Semoga keluarga-keluarga Katolik makin berani belajar menghayati spiritualitas tinggal di rumah yang menuntut anggota-anggota keluarga untuk saling memahami kelemahan dan saling menguatkan dalam menghadapi setiap masalah. Kami mohon…
Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:
Sudilah meneguhkan hati kami dalam berbakti pada sesama, seperti Santo Yoseph, sepanjang Kau perkenankan ikut membesarkan Sang Putera, dalam Keluarga Kudus Nasaret. Kami mohon…
Amin