Renungan Harian Misioner
Senin, 15 November 2021
P. S. Albertus Agung
1Mak. 1:10-15,41-43,54-57,62-64; Mzm. 119: 53, 61, 134, 150, 155, 158; Luk. 18:35-43
Bacaan-bacaan liturgi hari ini mengingatkan saya terhadap sebuah kejadian pada 20 Oktober 2021 saat Paus Fransiskus memberikan audiensi. Ada sebuah peristiwa yang menarik perhatian Paus dan para hadirin. Ketika kegiatan tersebut sedang berlangsung, seorang anak yang dengan percaya diri dan berani menembus protokol keamanan untuk mendekati dan berdialog dengan Paus di atas podium. Menariknya, Paus tidak menyuruhnya untuk pergi menjauh tetapi membiarkannya dan bahkan anak tersebut mengganggu proses berjalannya acara tersebut.
Dalam bacaan-bacaan suci, kita melihat misi dari Allah yang kita Imani. Dalam bacaan Injil, Yesus berjumpa dengan Bartimeus, si buta yang duduk di pinggir jalan. Ketika ia mendengar bahwa Yesus sedang lewat, dia memanggil-Nya untuk mendapatkan belaskasihan dari-Nya. Akan tetapi ia dimarahi oleh para murid karena ia dianggap sebagai protocol breaker yang mencoba menghalangi perjalanan Yesus. Semakin dimarahi, semakin keras pula Bartimeus memanggil Yesus berulang kali. Mengapa? Karena ia memiliki iman yang berani/hidup dan inner freedom untuk bertemu dengan-Nya. Ia layaknya orang-orang Israel dalam bacaan pertama (bdk. 1 Mak. 1:62-63) yang berani menolak pertentangan. Meskipun kerumunan massa dan protokol dari para murid begitu besar, Yesus mendeteksi dan mendengar seruannya. Bartimeus berarti anak yang mulia/hormat. Akan tetapi kondisinya saat itu tidak seperti arti namanya. Perlakuan masyarakat dan aturan agama membuatnya mengalami hidup yang tidak bermartabat dan luhur.
Lalu siapakah yang dapat meyelamatkan dia? Yesus Kristus, Anak Allah mengabulkan permintaan Bartimeus untuk menyembuhkan matanya. Jika sebelumnya Bartimeus adalah outsider, kini ia mendapat perhatian dari Yesus dan menjadi pusat perhatian. Dengan memanggil Bartimeus, Yesus menjadi protocol breaker untuk membawa kehidupan dan kebahagian kepadanya (bdk. Mzm. 119). Yesus menembus/melampaui aturan-aturan sosial dan keagamaan. Bartimeus disembuhkan dan identitasnya diteguhkan kembali. Memang, Bartimeus buta secara fisik, tetapi imanya tidak demikian. Maka, Bartimeus tidaklah buta, tetapi para murid dan orang-orang lah yang buta mata hati untuk melihat kebutuhan dari Bartimeus.
Perjumpaan Yesus dengan Bartimeus memberikan sebuah refeleksi iman yang sangat mendalam. Yesus adalah Anak Allah yang penuh belaskasihan, yang kepada-Nya kita bisa mendekat dan berkolaborasi dengan-Nya untuk menyelamatkan kita dari segala dosa pribadi dan sosial yang membuat hidup kita tidak terhormat. Dengan memiliki iman yang berani dan hidup dan mengikuti ajaran-Nya, Dia dapat membarui identiatas kita yang dirusak oleh manifestasi dari dosa-dosa kita. Selanjutnya, dalam kisah perjumpaan ini, kita diajarkan untuk mendengarkan jeritan-jeritan orang-orang yang menderita di sekitar kita. Mereka menderita bukan karena kesalahan mereka, tetapi karena aturan-aturan di dalam gereja, kantor, sekolah dan masyarakat kita yang tidak memungkinkan mereka untuk hidup layak seperti anak-anak Allah. Mereka menjadi korban dari kerumitan birokrasi/protokol kita yang tidak membawa kehidupan dan pembangunan. Mereka, layaknya Bartimeus, sudah mendengar tentang Yesus tetapi kita menjadi penghalang bagi mereka untuk bertemu dengan-Nya. Presiden Jokowi pun dalam suatu kesempatan meminta kepada pegawai BUMN (dan untuk kita juga) untuk tidak memiliki birokrasi yang rumit dan berbelit-belit yang menghalang pembangunan di Indonesia.
Akhirnya, kita perlu merefleksikan diri tentang iman seperti apa yang kita miliki terhadap Yesus? Bagaimana kita memperlakukan orang lain terutama yang miskin, tuli dan buta? Manakah aturan-aturan dan sifat-sifat kita yang selama ini menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk merasakan kehadiran Yesus? Amin.
(RP. Erik Tjeunfin, SX – Misionaris Xaverian)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Evangelisasi:
Orang-orang yang menderita karena depresi: Semoga mereka yang menderita karena depresi dan kelelahan mental mendapat dukungan dan tuntunan ke hidup yang lebih baik. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia:
Penghayatan iman: Semoga keluarga Katolik dapat menghayati iman secara lebih baik dalam kehidupannya. Kami mohon…
Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:
Sudilah mempersatukan kami dengan semua saudari dan saudara kami, yang sudah meninggal dan mendoakan kami, sebagaimana Santo Yoseph merestui pelayanan Sang Putera. Kami mohon…
Amin