Renungan Harian Misioner
Senin, 08 November 2021
P. S. Margarita dr Skotlandia, S. Gertrudis
2Mak. 6:18-31; Mzm. 3:2-3,4-5,6-7; Luk. 19:1-10
Siapa yang tidak mengenal Zakheus? Tokoh ini melekat dalam ingatan saya sejak mengikuti Sekolah Minggu bahkan menjadi cerita favorit anak-anak karena ia berbadan pendek dan memanjat pohon ara karena hendak melihat Yesus. Dalam ingatan anak-anak, Zakheus adalah tokoh beriman yang patut dicontoh karena upayanya untuk berjumpa dengan Yesus, bukan mengenai sisi gelapnya sebagai seorang pendosa publik di kalangan orang Yahudi, dikarenakan ia seorang pemungut pajak.
Zakheus sesungguhnya sama seperti pendosa lainnya yang mendapat stigma buruk di kalangan bangsanya dan dianggap tidak layak untuk ambil bagian baik dalam kehidupan sosial, keagamaan bahkan mungkin dalam kehidupan adat istiadat Yahudi. Perasaan dikucilkan oleh stigma negatif inilah yang mungkin membuatnya berpikir, lebih baik memisahkan diri dari keramaian dan memanjat pohon ara saja, sambil melihat Yesus dari jauh. Saya teringat pengalaman saya di salah satu paroki tempat saya pernah bertugas, bagaimana banyak umat yang merasa sudah mendapat stigma negatif dari masyarakat memilih untuk menghindar dari keramaian. Suatu saat saya berjumpa dengan salah seorang umat dan ia memperkenalkan dirinya sebagai bagian dari paroki tempat saya bertugas. Kemudian saya bertanya kepadanya, “Tapi saya tidak pernah melihat bapak di Gereja?” Spontan ia menjawab, “Pastor, saya sungguh merasa malu ke Gereja. Pernah saya datang, sebagian orang melihat saya dengan tatapan tajam. Ada yang mengenali saya namun tidak menyapa malah lebih banyak yang berusaha menghindari saya. Mungkin karena orang-orang mengingat saya dulunya seorang penjudi sabung ayam.” Di kalangan orang muda Katolik pun banyak yang mengalami hal demikian. Mereka kemudian memilih untuk keluar dari kelompoknya karena ‘merasa tidak diterima’ oleh karena dicap sebagai anak nakal, putus sekolah dan jarang ke Gereja.
Inilah kenyataan yang juga terjadi di sekitar lingkungan Gereja kita. Sementara Tuhan senantiasa menerima siapa saja bahkan pendosa berat dan memberi kesempatan untuk datang bertobat kepada-Nya, tetapi justru kita memilih sikap yang tidak pernah Tuhan pilih. Tanpa sadar sikap kita justru jauh dari Kasih Tuhan dan sikap kita justru menjadi tembok pemisah antara mereka dengan Tuhan sendiri. Tidak semua pendosa seperti Zakheus. Ia punya kehendak yang kuat dan tak peduli dengan omongan orang banyak, dan itu tampak dari usahanya mengalahkan keterbatasan fisiknya, dengan memanjat pohon ara. Ia bahkan berani menerobos sekat stigma negatif yang melekat padanya dengan menerima Yesus di rumahnya. Namun ada pula pendosa yang tidak kuat dengan keterbatasan yang dilekatkan padanya, tidak kuat menerima stigma negatif dari ‘mereka yang merasa lebih suci’, tidak kuat menahan rasa malu di keramaian karena tatapan jijik yang mereka terima. Pada akhirnya, ada dari antara mereka yang tetap memilih tinggal dalam dosa dan pasrah pada keadaan.
Yesus yang menyapa Zakheus dengan namanya, mengajaknya turun dari pohon ara bahkan sudi untuk datang dan tinggal di rumah Zakheus adalah contoh yang luar biasa untuk kita teladani, bagaimana seharusnya bersikap kepada mereka yang dikucilkan. Kita bisa memulainya dengan menyapa mereka yang baru muncul di Gereja dengan memanggil nama mereka, menyapa dengan lembut dan penuh keramahan. Tak perlu mengingat mereka dan terus melabeli mereka sebagai “pendosa” atau mantan penjudi, mantan koruptor, mantan narapidana, mantan ini dan itu; sebutan dan label negatif, seakan-akan ingin terus mengurung mereka dalam masa lalu serta kedosaan. Kita dapat menjadi seperti Guru kita Yesus Kristus, yang memberi kesempatan kepada setiap pendosa untuk bertobat. Bahkan kita bisa menghantar mereka untuk berani datang kepada Yesus dan melakukan pertobatan sejati.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Evangelisasi:
Orang-orang yang menderita karena depresi: Semoga mereka yang menderita karena depresi dan kelelahan mental mendapat dukungan dan tuntunan ke hidup yang lebih baik. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia:
Penghayatan iman: Semoga keluarga Katolik dapat menghayati iman secara lebih baik dalam kehidupannya. Kami mohon…
Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:
Sudilah mempersatukan kami dengan semua saudari dan saudara kami, yang sudah meninggal dan mendoakan kami, sebagaimana Santo Yoseph merestui pelayanan Sang Putera. Kami mohon…
Amin