Menyampaikan Salam Damai Natal: Apa Konsekuensinya?

Renungan Harian Misioner
Sabtu, 25 Desember 2021
HARI RAYA NATAL

Fajar: Yes. 62:11-12; Mzm. 97:1,6,11-12; Tit. 3:4-7; Luk. 2:15-20
Siang: Yes. 52:7-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18 (panjang) atau Yoh. 1:1-5.9-14 (singkat)

Para sahabat misioner yang terkasih: Shalom!

Kita jumpa kembali pada hari istimewa: Hari Raya Natal Tuhan kita Yesus Kristus, 25 Desember 2021. Karena itu, mari kita awali dengan saling berbagai kegembiraan Natal dengan menyampaikan ucapan “Salam Damai Natal.” Pemberian ucapan Natal ini, sesungguhnya bukan sekadar ungkapan biasa saja, namun lebih dari itu sesungguhnya adalah suatu kesaksian iman. Karena itu tentu ada konsekuensi bagi siapapun yang menyampaikan ucapan salam itu. Terutama saudara dan saya yang telah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat!

Tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan!

Di dalam Liturgi Malam Natal Tradisional, biasanya diadakan Upacara Mengetuk Pintu, yang menghadirkan Maria dan Yosef pada Malam Natal pergi dari rumah yang satu ke rumah yang lain untuk mendapatkan penginapan bagi mereka dan bagi Sang Bayi Natal yang segera akan lahir. “Adegan Mengetuk Pintu” ini diambil dari teks Lukas 2:1-7 dan digubah menjadi ‘drama singkat’ dengan lagu yang dinyanyikan secara dialogis-responsorial oleh pemeran Maria dan Yosef  (MY) dan pemeran Para Rumah/Pemilik Penginapan (PR/PP) di Betlehem.

Adegan dengan lagu yang dinyanyikan secara dialogis-responsorial tersebut adalah sebagai berikut: ketika MY mengetuk pintu, PR/PP menyahut dari dalam dengan pertanyaan, “Siapakah?” MY menjawab, “Yosef dan Maria!” Kemudian PR/PP menjawab, “Mau apakah?” dan dijawab MY, “Cari penginapan!” PR/PP kemudian memberitahu tentang kondisi rumah atau penginapan mereka, “Penuh sesak!” MY kemudian menjawab dengan permohonan, “Oh kasihanilah. Biar satu malam saja. Dalam gudang tak mengapa!

Namun upaya Bunda Maria dan Santo Yosef untuk mendapatkan penginapan bagi mereka dan bagi Sang Bayi Natal ini, tidak mendapatkan hasil. Penginjil Lukas dalam Injil Malam Natal menegaskan tentang situasi dan kondisi yang dialami oleh Maria dan Yosef itu dengan kata-kata ini, “Ketika mereka berada di Betlehem, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung. Lalu dibungkusnya anak itu dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan (Lukas 2:6-7).

Dari pewartaan menuju kepada kesaksian!

Menyampaikan “Salam Damai Natal” sementara “Sang Bayi Natal” itu sendiri “tidak mendapatkan tempat untuk meletakkan kepala-Nya di rumah penginapan,” akan menjadi sebuah berita biasa saja, malah kontra-produktif. Situasi seperti ini merupakan tantangan bagi kita semua yang telah menjadi pengikut Kristus. Tantantangan itu adalah: Jikalau orang-orang di Betlehem itu tidak mempunyai tempat bagi Yesus untuk lahir dan beristirahat di rumah-rumah mereka, apakah kita yang hidup di zaman sekarang ini, telah menyediakan tempat itu bagi Yesus, untuk berdiam di dalam hati dan hidup kita? Demikianlah tantangan atau konsekuensi itu, bahwa Salam Damai Natal yang kita sampaikan, hendaknya mengalir keluar dari kedalaman hati dan hidup kita, dari relasi kita yang istimewa dan tak terputuskan dengan Sang Juruselamat itu, di mana Yesus Sang Bayi Natal, telah mendapatkan tempat istimewa di dalam kita. Dan dengan itu, ungkapan salam kita, bukan sekadar suatu annunciatio atau suatu pengumuman melainkan suatu kesaksian hidup bahwa Yesus ada, Yesus hidup, dan Yesus bekerja di dalam diri kita. Bahwa Dialah Sang Immanuel itu. Amin [RMG].

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Katekis: Marilah kita berdoa bagi para katekis, yang dipanggil untuk mewartakan Sabda Allah: semoga mereka menjadi saksinya, dengan berani dan kreatif, serta dalam kuasa Roh Kudus. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Para peternak: Semoga semua pihak yang berwenang menolong para peternak untuk meningkatkan usaha mereka agar mereka dapat hidup layak dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Berkenanlah memadukan kami dengan Keluarga Kudus, mengikuti pelayanan Santo Yoseph, memberikan bakti kepada Bunda Maria dan mengimani Sang Putera. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s