Mengapa Aku Datang Mencari YESUS?

Renungan Harian Misioner
Jumat, 14 Januari 2022
P. S. Feliks dr Nola

1Sam. 8:4-7,10-22a; Mzm. 89:16-17,18-19; Mrk. 2:1-12

Beberapa waktu yang lalu, sambil menyetir mobil dan pergi sendirian menuju ke suatu tempat, pandangan saya beralih pada kerumunan orang banyak di pinggir jalan. Kecepatan mobil saya turunkan dan saya berusaha menoleh ke kanan, melihat apa yang terjadi. Ternyata ada tukang obat sedang mempromosikan obat-obatannya sambil menampilkan atraksi memegang hewan berbisa, memperlihatkan kekebalan terhadap benda tajam, melumpuhkan sejenak seseorang yang tiba-tiba tidak dapat bergerak, dan sebagainya. Sambil tersenyum sendiri, saya terbawa pada kenangan masa lalu. Waktu kecil saya paling suka menonton pertunjukan semacam ini. “Apa iya, setelah 30 tahun, model promosi seperti ini masih ada di zaman modern?” hati saya membatin. Saya meyakini dan melihat bahwa orang-orang yang berkumpul tersebut umumnya tidak tertarik untuk membeli obat dari tukang obat itu atau memperoleh kesembuhan daripadanya. Orang-orang hanya tertarik untuk melihat suatu pertunjukkan yang menakjubkan, di luar nalar manusia. Setelah pertunjukkan selesai mereka pulang tanpa membawa apa-apa kecuali ingatan akan hal-hal mistis yang luar biasa. Kiranya sama dengan apa yang terjadi dalam kisah Injil hari ini dan ditulis dalam Injil Markus.

Sekembalinya ke Kapernaum, Yesus berdiam di sebuah rumah. Karena orang banyak mengetahui di mana Yesus berada, datanglah mereka sampai penuh sesak untuk mencari Yesus. Apakah semua memiliki motivasi untuk mencari Yesus karena mencintai Yesus? Mengagumi pengajaran dan perbuatan-Nya? Tidak semua yang mencari Yesus memiliki motivasi yang tulus. Ada yang datang hanya karena mendengar Yesus mampu melakukan mukjizat dan ingin melihat secara langsung. Mungkin pula ada yang datang hanya untuk disembuhkan saja dan pulang tanpa mengikuti Yesus dalam hidupnya. Ada pula yang datang hanya karena berusaha mencari cela dan kelemahan Yesus, bilamana perkataan Yesus masuk dalam kategori menghujat Tuhan. Terbukti sesudah Yesus menyembuhkan seorang yang lumpuh yang dibawa kepada-Nya melalui atap rumah, beberapa ahli Taurat yang ada di situ berpikir dalam hati, “Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah! Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah sendiri?” Sebab setelah Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh ini, IA berkata, “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!”

Sesungguhnya banyak dari kita yang datang kepada Yesus bukan karena mencintai Yesus dan ingin hidup seperti Dia. Kadang-kadang kita hanya menganggap Yesus sebagai penyembuh di kala kita berada dalam kesulitan besar, sewaktu kita sakit saja. Setelah sembuh kita melupakan ajaran-ajaran-Nya dan tidak hidup seturut sabda-Nya. Mungkin juga kita hanya datang kepada Yesus ketika kita masuk ke Gereja dengan motivasi sekadar memenuhi tugas sebagai petugas liturgi dan takut dianggap tidak bertanggung jawab, serta sesungguhnya tidak ada keinginan untuk mengubah diri sendiri. Maka jangan heran jika ada saudara-saudari kita yang dulunya aktif di Gereja namun tiba-tiba terdengar kabar sudah berpindah agama dan meninggalkan Yesus. Mari kita masuk ke dalam relung hati kita yang terdalam dan bertanya kembali, “Apa yang memotivasi saya datang dan mencari Yesus?”

Hal yang cukup menarik pula bagi saya dalam kisah ini adalah seorang yang lumpuh yang digotong oleh 4 orang dengan tilam harus naik ke atas atap yang ada di atas Yesus karena tidak dapat lewat sebab banyaklah orang berkumpul dan mereka tidak dapat masuk. Harusnya orang-orang di situ menyadari ada sesuatu yang lebih mendesak, mestinya perhatian mereka teralihkan karena tiba-tiba ada seorang yang diangkat mengunakan tilam dan perlu diberi jalan. Tetapi mengapa itu tidak terjadi? Terkadang jika kita terlalu fokus memuaskan keingintahuan kita, memuaskan rasa penasaran kita, hanya fokus pada pekerjaan dan target kita, kepekaan kita akan situasi di sekeliling kita yang lebih mendesak terabaikan. Bisa jadi, ketika kita berjumpa dengan seseorang yang terjatuh di tengah jalan, kita tetap akan berjalan dan berprinsip, lebih baik tidak menolongnya daripada saya terlambat. Sesungguhnya banyak kesempatan dalam keseharian kita sehari-hari untuk mengalahkan ego kita dan mendahulukan orang lain. Kita tidak pernah kehilangan banyak hal bahkan waktu sekalipun jika kita mau belajar untuk menekan ego kita dan mendahulukan orang lain terutama mereka yang dalam keadaan terdesak untuk ditolong. Di dunia yang semakin menuntut ketepatan waktu ini, kita ditantang untuk tetap mengasah kepekaan hati dan kejernihan budi kita untuk melihat ke sekeliling kita akan kebutuhan orang lain.

(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati

Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks

Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s