Mengapa Kamu Begitu Takut?

Renungan Harian Misioner
Sabtu, 29 Januari 2022
P. S. Joseph Freinademetz

2Sam. 12:1-7a,10-17; Mzm. 51:12-13,14-15,16-17; Mrk. 4:35-41

Bacaan Injil hari mengisahkan Yesus yang meredakan angin topan dahsyat yang menerpa perahu yang ditumpangi Yesus dan para murid-Nya. Kita sudah familiar dengan kisah ini. Diceritakan di sana bahwa pada saat angin topan menerpa perahu mereka, Yesus sedang tidur di buritan. Para murid heran dengan apa yang dilakukan Yesus itu, maka mereka membangunkan-Nya, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Lalu Yesus pun bangun dan menghardik angin itu sehingga danau menjadi teduh kembali. Kalau seandainya kita yang mengalami peristiwa itu, kita akan mempunyai pikiran yang sama yang dipikirkan oleh para murid: Yesus tidak peduli dengan bahaya yang sedang mengancam kita! Bagaimana mungkin pada saat penumpang yang lain sibuk mengatasi perahu mereka yang berisiko karam, Yesus malah tidur!

Kalau kita membaca keseluruhan perikop, kita akan bisa menangkap bahwa sikap yang ditunjukkan oleh Yesus bukanlah sikap tidak peduli. Nyatanya begitu dia bangun, ia langsung meredakan angin topan itu sehingga danau pun menjadi tenang. Apakah Yesus sengaja mau mencobai iman mereka? Kita tidak tahu persis. Yang jelas Yesus mencela mereka, “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”

Dalam kehidupan kita, tak jarang kita juga mengalami badai kehidupan yang kalau tidak disikapi dengan bijaksana akan membuat ‘perahu kehidupan’ kita karam. Pada saat itu kita berpikir bahwa Tuhan Yesus tidak peduli dengan penderitaan kita pada hal kita sudah banyak berdoa. Mengapa Tuhan Yesus seolah tidur? Kita tak akan pernah tahu jawabannya karena sikap Tuhan pada manusia adalah misteri. Dalam arti, kita tidak selalu mampu memahami kehendak Tuhan dalam peristiwa sulit yang sedang kita hadapi. Satu hal yang pasti, Tuhan tak pernah acuh tak acuh dengan penderitaan kita. Ia peduli pada penderitaan kita. Memang doa kita tidak selalu langsung terjawab sesuai keinginan kita, tapi Ia tak pernah meninggalkan kita. Pada saat itulah kita diminta tetap percaya dan berharap akan kebaikan-Nya.

Dari pengalaman banyak umat beriman, ‘badai kehidupan’ yang bisa berupa penyakit, kegagalan, kekecewaan, bila dihidupi bersama Tuhan akan membawa banyak kebaikan bagi yang mengalaminya. Orang-orang yang berhasil memetik makna dari ‘badai kehidupan’ adalah mereka yang mampu berserah diri pada kehendak Tuhan. Berserah bukan berarti menyerah tanpa mau berusaha mengatasi penderitaannya. Mereka tetap berusaha keras untuk keluar dari penderitaannya namun dalam waktu yang sama tetap bisa berkata, “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Orang-orang macam ini adalah orang-orang terberkati, mereka menerima rahmat istimewa dari Tuhan. Tuhan, berilah kami juga rahmat ini supaya pada saat kami menghadapi badai kehidupan kami tetap mempunyai iman yang kuat bahwa Engkau tak pernah meninggalkan kami dan bahwa pasti di balik penderitaan kami ada maksud baik-Mu bagi keselamatan kami. Amin.

(RP. Yakobus Sriyatmoko, SX – Magister Novis Serikat Xaverian di Wisma Xaverian Bintaro, Tangerang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati

Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks

Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s