Wartakan Kemiskinan Agar Beroleh Kerajaan Allah

Renungan Harian Misioner
Kamis Biasa IV, 03 Februari 2022
P. S. Blasius, S. Ansgarius

1Raj. 2:1-4,10-12; MT 1Taw. 29:10,11ab,11d-12a,12bcd; Mrk. 6:7-13

Hari ini kita awali dengan mendengarkan wasiat Daud kepada Salomo, anaknya, supaya tetap melakukan kewajibannya untuk setia terhadap Tuhan Allah. Hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, supaya beruntung dalam segala yang dilakukan dan segala yang ditujunya. Untuk mewujudkan itu semua, Daud sudah mengawali dengan peringatan tentang diperlukannya kekuatan hati dan berlaku seperti laki-laki. Sebagai laki-laki bangsa Israel, segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan Allah senantiasa diajarkan berulang-ulang kepada anak-anaknya, dibicarakan apabila sedang duduk-duduk di rumah atau sedang dalam perjalanan, dan dalam keadaan apapun (bdk. Ul. 6:6-7). Ini berarti kita harus mempersiapkan diri kita dan keturunan kita untuk menjadi saksi kemurahan Tuhan di setiap waktu, tempat dan keadaan, menjadi pemberita Injil! Persiapan seperti apakah yang diajarkan Yesus supaya kita bisa melakukan kewajiban seperti yang dimaksud oleh Daud itu?

Yesus mengawali perutusan-Nya dengan berpesan supaya para murid tidak membawa apa-apa dalam perjalanan. Ini berarti hanya dengan kuasa pengutusan yang diberikan-Nya, kita harus mempraktikkan dan mengandalkan iman kita kepada-Nya. Inilah identitas Gereja Apostolik, Gereja yang diutus oleh Yesus. Tidak membawa apa-apa, mengandung pesan bahwa Injil harus diwartakan dalam semangat ‘kemiskinan.’ Mewartakan kemiskinan menjauhkan kita dari godaan memakai sarana-sarana lainnya untuk menawarkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang kita wartakan. Sebab kemiskinan adalah wajah nyata iman yang percaya, berserah sepenuhnya pada Allah Bapa, taat seutuhnya kepada Yesus. Intinya, memenuhi panggilan Allah lebih utama dari bekal apapun sebab Injil perlu diberitakan sesegera mungkin. Allah sanggup mencukupi kebutuhan kita.

Kemiskinan yang diberitakan bersumber pada sukacita menemukan harta yang terpendam atau mutiara yang berharga, di mana orang rela melepaskan segala-galanya demi beroleh Kerajaan Allah. Kemiskinan kristiani berarti menjadi seperti Allah sendiri, yang karena kita menjadi miskin sekalipun Dia kaya, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (bdk. 2Kor. 8:9). Seluruh diri-Nya adalah anugerah yang diperuntukkan bagi kita, bagi keselamatan kita. Petrus dan Yohanes mempraktikkan hal ini ketika terjadi kesembuhan kepada si lumpuh di gerbang Bait Allah dengan kuasa dari Allah yang mereka bagikan sebagai ganti emas dan perak yang tidak mereka miliki. Inilah prasyarat untuk kita bisa mengasihi: karena aku tidak memiliki apa-apa, maka aku hanya dapat memberi diriku sendiri, bukan memberikan benda-benda.

Benda yang diperkenankan kita bawa adalah tongkat kayu. Suatu sarana untuk membela diri dari bahaya, sekaligus sebagai lambang yang mengingatkan kita pada kayu yang lain, yaitu kayu salib. Sebab isi Injil adalah Salib yang telah menyelamatkan dunia, dan jika kita tidak menjadi ‘miskin’, maka kita menyia-nyiakan makna dan kekuatan Salib (lih. 1Kor. 1:17). Satu hal lain yang boleh kita kenakan adalah alas kaki, sebab berpasangan dengan tongkat kayu, keduanya merupakan pengingat pakaian Paskah, di mana Tuhan datang membebaskan manusia dalam kebenaran dan kemerdekaan dari perbudakan berhala yang mendominasi dunia. Dari Mamon yang menawarkan kepuasan hanya dari segala nafsu dan harapan palsu.

Kerajaan Allah juga menjadi nyata dalam penolakan pewartaan itu. Tapi kita tidak perlu takut, sebab Yesus, karena ketidakpercayaan orang-orang sekampung-Nya pun telah ditolak lebih dahulu (lih Mat. 6:3-4,6). Dia sudah memperingatkan hal ini kepada murid-murid-Nya, kepada kita juga, bahwa sebagai pemberita Injil, memang harus siap ditolak. Inilah risiko ‘salib.’ Jika situasi ini terjadi, kita diminta keluar dari situ sambil tetap memberi peringatan agar mereka yang menolak kita itu bertobat. Bukan berarti serta merta pergi dari tempat pewartaan kita dan pindah mencari tempat yang lebih nyaman, melainkan tinggal di sana sampai waktunya berangkat lagi. Sebab di tempat itu pasti masih ada orang lain yang mau menyambut pewartaan kita. Dengan demikian kita memberi kesempatan kepada mereka untuk merasakan dan mempraktikkan kemurahan hati Bapa. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti

Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.

Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik

Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s