Jangan Berkiblat Pada Kekayaan dan Kesenangan

Renungan Harian Misioner
Minggu, 13 Februari 2022
HARI MINGGU BIASA VI

Yer. 17:5-8; Mzm. 1:1-2,3,4,6; 1Kor. 15:12,16-20; Luk. 6:17,20-26

Dalam injil Matius, teks ini dikenal sebagai bagian dari Khotbah di Bukit, untuk menampilkan Yesus sebagai Musa Baru, yang menyampaikan Taurat Baru, menggantikan Taurat  Lama yang diberikan di Gunung Sinai. Versi Lukas jauh lebih singkat dan tidak disampaikan di bukit, tetapi di sebuah lapangan atau “tanah-datar” (ay. 17). Yesus mengkhotbahkannya di depan orang banyak dan para murid-Nya. Sebelum berkhotbah Yesus berbuat: menyembuhkan manusia dari pelbagai penyakit dan roh jahat (ay. 18-19). Ini pesan pertama untuk pewarta: berbuatlah dahulu, sebelum bicara! Lakukan apa yang Saya khotbahkan, beritakan apa yang sudah Saya jalankan. Berita Injil akan berkesan dan mengena bila sudah lebih dahulu dihidupi. Teguran dan nasihat akan punya dampak, jika para pendengar menyaksikan teladan.

Berbeda dari Matius, Sabda Bahagia versi Lukas memakai ucapan langsung: “Berbahagialah kamu…” (ay. 20-23). Lukas juga menambah beberapa Sabda Celaka, yang juga memakai ucapan langsung: “Celakalah kamu…” (24-26). Pola khas Lukas ini memberikan pesan kedua: para pendengar, Saya dan Anda, langsung dilibatkan, diundang dan ditantang. Tuhan menyapa dan mengecam kita secara langsung. “Berbahagialah” disini berarti pernyataan atau penegasan, bukan harapan. Pendengar seperti apa yang Tuhan nyatakan “bahagia”? Orang miskin, lapar dan menangis. Sungguh mengejutkan dan tidak biasa! Dalam dunia dewasa ini, ajaran ini bagaikan “ajaran sesat”. Miskin, lapar dan menangis tentu bukanlah cita-cita. Tuhan berbicara tentang fakta, tentang pengalaman real-konkret mereka yang mengikuti-Nya. Mereka yang defakto miskin, lapar dan menangis disebut-Nya “berbahagia” karena nasib mereka pasti akan berubah total. Dalam Kerajaan Allah yang tengah Yesus hadirkan, Allah pasti memulihkan nasib umat-Nya yang menderita. Apakah ajaran ini mirip candu atau narkoba yang membuat orang malas dan menyerah pada keadaan? Sama-sekali tidak! Sabda Bahagia memberikan optimisme yang real. Mengapa? Sebab didasarkan pada tindakan Allah yang sudah terbukti dalam sejarah: Ia selalu membela orang beriman yang menderita dan tertindas. Ia membela dan memihak para nabi-Nya yang ditindas (ay. 23). Bukti yang paling utama: Ia memihak dan membenarkan Anak-Nya yang dipersalahkan dan dihukum mati, dengan membangkitkan-Nya.

Ketiga, Sabda Bahagia versi Lukas juga menekankan aspek kekinian: “sekarang ini” (ay. 21). Pengharapan kristiani punya dimensi masa depan dan masa kini. Proyek Allah memang akan sempurna di masa depan, namun hidup jemaat kini dan di sini harus sudah mulai ditata. Tuhan menginginkan jemaat-Nya berperan sebagai “komunitas berbagi”, di mana orang lapar mulai merasakan perhatian dan bantuan. Tuhan mengharapkan jemaat-Nya menjadi paguyuban yang saling meneguhkan, tempat orang menangis mulai merasakan hiburan. Kita menjadi jemaat yang “celaka” jika hanya menimbun dan mengandalkan kekayaan, tanpa peduli dan berbela rasa. Yesus menegaskan bahwa  semua andalan itu akan lenyap di dunia baru yang tengah dihadirkan-Nya. Injil harus menjadi berita gembira yang mengubah hati dan kondisi, memperbaiki hidup kini dan di sini, sambil bersiap menikmatinya secara penuh di hari nanti.

 (Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti

Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.

Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik

Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.

Amin

2 respons untuk ‘Jangan Berkiblat Pada Kekayaan dan Kesenangan

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s