Renungan Harian Misioner
Kamis Biasa VI, 17 Februari 2022
P. Ketujuh Sdr Suci Pendiri Tarekat Hamba-Hamba SP. Maria
Yak. 2:1-9; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7; Mrk. 8:27-33
Bacaan Injil hari ini mengisahkan Yesus yang mengajukan sebuah pertanyaan yang selama ini tidak pernah diajukan kepada siapapun, termasuk para murid-Nya: Kata orang, siapakah Aku ini? Para murid Yesus tahu beberapa opini yang beredar dalam masyarakat tentang Yesus. Masyarakat pada waktu itu memandang Yesus sebagai seorang tokoh besar, seperti Yohanes Pembaptis, Elia, atau salah seorang nabi. Maka, ketika mendapatkan pertanyaan, murid-murid Yesus langsung menjawab sesuai dengan opini masyarakat: Yesus itu Yohanes Pembaptis; Yesus itu Elia; Yesus itu seorang dari nabi-nabi. Semua gelar yang diberikan kepada Yesus itu tidak memuaskan, sebab Yesus dianggap sebagai orang lain, bukan sebagai diri-Nya sendiri. Mereka hanya mereka-reka siapa Yesus karena mereka tidak punya kedekatan dengan Yesus.
Pertanyaan Yesus terkait dengan opini orang tentang siapa diri-Nya hanya sebagai pancingan saja. Yesus mengajukan pertanyaan yang jauh lebih penting, yaitu: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? Kata tetapi sudah menunjukkan bahwa Yesus mengharapkan jawaban lain daripada yang sudah dikenal-Nya. Dengan mengajukan pertanyaan itu, Yesus seolah-olah mengajak para murid-Nya untuk berusaha melihat dengan lebih jelas siapa diri-Nya daripada masyarakat pada umumnya. Yesus berharap agar para murid menangkap identitas-Nya dengan tepat. Dengan menyatakan pendapat pribadi itu akan menjadi jelas sejauh mana para murid sudah memikirkan identitas Yesus, sejauh mana mereka ‘sibuk dengan Yesus’, dan sejauh mana mereka berusaha menerobos identitas Yesus yang sebenarnya melalui berbagai ajaran, sikap dan tindakan Yesus. Petrus sebagai juru bicara rekan-rekannya memberi jawaban: “Engkaulah Mesias” (Mrk. 8:29). Jawaban Petrus ini memperlihatkan bahwa para murid ternyata mempunyai pendapat sendiri tentang Yesus. Mereka tidak memikirkan Yesus sebagai tokoh masa lampau sebagaimana yang dipikirkan oleh banyak orang, melainkan sebagai tokoh masa depan, yaitu sebagai Mesias, sebagai ‘raja penyelamat bangsa Yahudi’. Yesus dipandang oleh para murid-Nya sebagai tokoh masa depan bagi bangsa Israel. Para murid memang belum mampu membayangkan Yesus sebagai tokoh masa depan untuk seluruh umat manusia, apalagi sebagai tokoh ilahi. Namun demikian, kita dapat membayangkan bahwa Yesus puas terhadap jawaban para murid-Nya yang memandang diri-Nya sebagai tokoh berpribadi tersendiri, bukan sebagai tokoh jiplakan dari masa lampau.
Setelah Petrus menyatakan pendapatnya tentang identitas Yesus yang sebenarnya, Yesus memulai tahap didikan baru terhadap para murid-Nya. Yesus mula-mula mengajarkan mereka tentang nasib Anak Manusia, lalu tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi orang yang mau mengikuti-Nya. Yesus mengajarkan bahwa “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan. Ia akan ditolak oleh para tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh, dan bangkit sesudah tiga hari” (Mrk. 8:31). Ajaran Yesus yang demikian ternyata tidak diterima oleh Petrus. Petrus menegur Yesus dan teguran itu kiranya amat menyakitkan Yesus. Petrus tiba-tiba dipandang oleh Yesus sebagai semacam iblis yang sejak dahulu kala berusaha membelokkan-Nya ke jalan “tidak taat” kepada Allah. Maka, Yesus menghardik Petrus, katanya, “Enyalah Iblis! Sebab Engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia” (Mrk. 8:33).
Apa makna bacaan Injil hari ini bagi kita sebagai pengikut Yesus? Pertama, pertanyaan Yesus, menurut kamu, siapakah Aku ini, merupakan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada setiap kita. Kualitas jawaban kita terhadap pertanyaan Yesus ini bergantung sepenuhnya pada kualitas relasi kita dengan Yesus. Kualitas jawaban kita atas pertanyaan Yesus akan menentukan kualitas sikap dan perilaku iman kita akan Yesus. Apabila relasi dengan Yesus sangat kuat dan pengenalan akan Yesus sungguh mendalam, Yesus bukan saja dipahami sebagai Mesias, tetapi kita alami pula sebagai Sahabat, Pembebas, Guru, Penyembuh, sebagai Pengampun dan sebagainya. Kedua, pengenalan yang benar akan Yesus menentukan kesetiaan kita dalam mengikuti-Nya dan melakukan kehendak Yesus. Pengenalan yang benar akan Yesus telah menjadikan para murid Yesus sebagai pribadi-pribadi yang setia kepada Yesus hingga mati sebagai martir demi iman mereka akan Yesus. Apabila kita mengenal Yesus secara sungguh-sungguh, kita pun akan terdorong untuk setia kepada-Nya dan rela memikul salib dalam perjalanan mengikuti-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Ketiga, mengikuti Yesus dan melakukan kehendak-Nya berarti kita membiarkan diri dibentuk dan dididik oleh Yesus agar pengenalan kita akan diri-Nya bukan berdasarkan apa yang dipikirkan manusia, melainkan apa yang dipikirkan Allah.
Marilah kita menjadikan pertanyaan Yesus: ‘menurut kamu, siapakah Aku ini?’ sebagai pertanyaan maha penting yang mendorong kita untuk secara pribadi belajar mengenal siapa Yesus dan apa kehendak-Nya bagi kita. Kita hendaknya percaya bahwa Roh Kudus yang menuntun Petrus ketika menjawab pertanyaan Yesus dulu akan menuntun kita pula untuk semakin mengenal siapa sebenarnya Yesus bagi kita dan sanggup mengikuti-Nya serta mampu melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup kita.
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen STKIP Weetebula, NTT)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti
Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.
Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik
Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.
Amin