Renungan Harian Misioner
Rabu Biasa VI, 16 Februari 2022
P. S. Onesimus
Yak. 1:19-27; Mzm. 15:2-3ab,3cd-4ab,5; Mrk. 8:22-26
Dalam bacaan pertama hari ini, Rasul Yakobus mengingatkan para pendengarnya termasuk kita semua agar tidak hanya mendengarkan Sabda Tuhan tapi juga melakukannya. “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku Sabda Allah dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri” (Yak. 1:22). Orang yang hanya mendengar Sabda Allah dan tidak melakukannya tidak akan pernah merasakan dan mengalami secara langsung bagaimana kebahagiaan dan tantangan yang dialami. Berkaitan dengan hal mendengar Sabda Allah, Rasul Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (2:17). Jika kita mengimani bahwa Allah adalah kasih, maka itu kita perlu juga mengasihi orang lain, alam dan diri kita. Sebab jika tidak demikian, iman kita menjadi mati atau buta. Seorang atlet sepakbola dan pengemudi mobil hanya bisa mahir dalam melakukan tugasnya, jika ia selalu berlatih. Begitupun dengan iman, dengan memiliki pengetahuan iman yang baik dan merayakannya melalui sakramen-sakramen dan devosi, kita seharusnya juga melakukan Sabda-Nya dalam berelasi dengan sesama kita terutama mereka yang menderita baik secara fisik maupun secara mental.
Selanjutnya dalam bacaan Injil hari ini, kita menyaksikan bagaimana Yesus menerima dan menyembuhkan orang buta yang dibawa kepada-Nya oleh saudara dan saudarinya. Ada kerinduan dari si buta untuk disembuhkan, sehingga ia membiarkan diri untuk dibantu oleh orang lain untuk dibawa kepada Yesus. Dalam proses penyembuhannya, Yesus membawanya keluar dari khalayak ramai atau kampungnya. Sebab Yesus ingin berdialog secara personal dengan si buta. Jika sebelumnya si buta dibawa oleh orang-orang, kini Yesus yang mengambil inisiatif untuk membawanya keluar dari kampungnya; keluar dari penderitaannya. Kemudian Yesus menyembuhkan dan berdialog dengannya, “Sudahkah kamu melihat sesuatu?” kata Yesus. “Aku melihat orang-orang berjalan…tapi tampaknya seperti pohon-pohon” jawab si buta (Mrk. 8:23-24). Adanya penyembuhan yang bertahap, di mana ia sebelumnya tidak bisa melihat, lalu melihat dengan tidak jelas dan akhirnya melihat secara jelas. Dalam proses penyembuhan ini kita mengamati terjadinya dialog. Penyembuhan dan keselamatan dari Allah hanya terjadi jika ada dialog terus-menerus antara Allah dan manusia itu sendiri. Kebutaan mental, ‘fisik’ dan iman yang terkadang kita miliki hanya bisa disembuhkan kalau kita berdialog dengan-Nya dan sesama kita.
Dengan demikian bacaan-bacaan suci hari mengajak kita untuk berdialog secara personal dengan Yesus agar kebutaan dan penderitaan yang kita miliki dapat disembuhkan. Tentunya juga kita diajak untuk tidak hanya mendengarkan Sabda Allah tetapi juga melakukannya dalam berelasi dengan sesama dan alam. Semakin kita berdialog dengan Yesus, semakin kita disembuhkan dan semakin pula kita mempunyai misi untuk membawa keselamatan bagi mereka yang mengalami kebutaan. Amin.
(RP. Erik Tjeunfin, SX – Misionaris Xaverian)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti
Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.
Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik
Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.
Amin