Renungan Harian Misioner
Jumat Biasa VI, 18 Februari 2022
P. Flavianus
Yak. 2:14-24,26; Mzm. 112:1-2,3-4,5-6; Mrk. 8:34 – 9:1
Saudara-saudariku, pesan Injil pada hari ini kepada kita adalah konsekuensi mengikuti Yesus sebagai murid-Nya. Konsekuensi ini ditegaskan dalam dua frase inti yaitu memikul salib dan menyangkal diri. Kedua hal ini kadang-kadang kita pahami secara sederhana saja dan mungkin itulah yang membuat diri kita terkadang gagal untuk menjalaninya. Memikul salib bukan hanya sekadar rela menderita, sabar menjalani dan pasrah saja dengan keadaan lalu di dalam hati berkata, “Ya sudah, mungkin ini sudah menjadi bagian dari salib yang harus saya jalani”. Bahkan ada yang menganggap memikul salib adalah bagian dari menjalani nasib sial atau memikulnya sambil mengutuki nasib yang alaminya. Sesungguhnya memikul salib adalah bagian dari konsekuensi menjadi murid Yesus yang selalu siap untuk menghadapi tantangan berat tanpa putus asa dan tidak cengeng, bahkan rela menjalani penderitaan akibat dari menjadi murid Kristus yaitu dikucilkan, disudutkan, dicemooh dan sebagainya. Terhadap ini semua, ia tidak berpaling dan tetap mengikuti Yesus.
Ada pula yang melihat menyangkal diri seperti mengekang hawa nafsu dari makanan kesukaan, hobi pribadi, melihat tontonan kesukaan dan sebagainya. Tetapi lebih daripada itu, menyangkal diri pertama-tama bagaimana mengekang ego pribadi bahwa segala sesuatu yang saya jalani bukan karena kehebatanku, tetapi semuanya kuserahkan dalam penyelenggaraan kasih Tuhan. Sekarang, cukupkah kita memahami arti dari memikul salib dan menyangkal diri lalu mengikuti Yesus? Belum cukup, Rasul Yakobus menantang kita dalam bacaan pertama, “Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong”.
Terkadang saya menganggap bagian dari pelayanan yang saya jalani adalah cara saya memikul salib dan menyangkal diri. Salib itu saya lihat misalnya pergi ke pelosok-pelosok yang jauh, kehujanan dan kepanasan di perjalanan, mengalami sakit karena kelelahan dan sesampainya di tempat itu umat justru belum datang, bangun di tengah malam dan pada pagi-pagi buta menjelang subuh untuk memberikan pelayanan Sakramen Pengurapan orang sakit, dan sebagainya. Lalu saya bertanya kembali dalam hati, benarkah ini bagian dari memikul salib? Benar sebagai bagian dari memikul salib, namun bisa jadi bukan bagian dari memikul salib jika di dalam hati saya mengeluh dan terpaksa menjalaninya. Jika memikul salib dan menyangkal diri tanpa didasari oleh kasih kita kepada Allah yang menggerakkan kita melakukannya maka sama saja iman yang kosong. Memikul salib dan menyangkal diri karena menjadi murid Yesus memang tidaklah mudah. Namun Tuhan tidak pernah membiarkan kita untuk memikul salib itu sendirian. Sebagaimana DIA telah membuktikan cinta-Nya pada kita melalui SALIB KRISTUS yang telah memikul dosa dan kelemahan kita. Salib-Nya telah berbuah kemuliaan, maka kita pun harus yakin tidak ada kemuliaan tanpa menjalani salib, dan kelak kitapun akan memperoleh ganjaran di surga. Amin.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti
Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.
Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik
Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.
Amin
Mantap ya
SukaSuka