Renungan Harian Misioner
Minggu, 20 Februari 2022
HARI MINGGU BIASA VII
1Sam. 26:2,7-9,12-13,22-23; Mzm. 103:1-2,3-4,8,10,12-13; 1Kor. 15:45-49; Luk. 6:27-38
Kasihilah musuhmu! (ay. 27). Inilah kasih-agape: kasih satu arah, tanpa pamrih dan tidak mengharapkan balasan. Ini bukan kasih timbal balik antar teman (filia) atau kasih romantis antar-pasangan (eros). Mengasihi musuh adalah contoh paling jelas dari kasih satu-arah ini: bukan saja kasih tanpa balasan, tetapi justru kasih yang dibalas dengan benci dan marah! Bagaimana mengasihi musuh itu dapat kita konkretkan? Arahan Yesus tercermin dalam tiga kata kerja: berbuat baik, berkatilah, berdoalah. Pertama, Berbuat baik kepada orang yang membenci kamu (ay. 27c). Melakukan yang benar, berbuat yang jujur dan tulus untuk kebaikan mereka yang membenci kita. Gantilah benci mereka dengan perbuatan baik kita, lawanlah amarah mereka dengan amal cinta kita. Kedua, berkatilah orang yang mengutuk kamu (ay. 28). Memberkati itu perbuatan Tuhan. Manusia hanya dapat memohon berkat: untuk diri atau sesamanya. Maka, kita meminta Allah memberkati mereka yang justru mengutuk kita. Ketiga, berdoalah bagi orang yang berbuat jahat terhadap kamu (ay. 28b). Mereka yang merendahkan kita di hadapan manusia, justru kita tinggikan di hadapan Allah. Mereka yang mengatai kita di hadapan orang, justru kita doakan di hadapan Tuhan. Di hadapan Allah, kita hanya menginginkan dan memohonkan yang terbaik bagi sesama, khususnya mereka yang memusuhi dan berbuat jahat kepada kita. Itulah ujian kasih yang paling tinggi: kasih sampai lupa diri, seperti Allah dan Yesus sendiri.
Yesus juga memberikan “kaidah emas” (bdk. Im. 19:18; Tob. 4:15): “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (ay. 31). Fokuslah pada apa yang ingin Aku lakukan kepada sesama, bukan pada apa yang sudah ia lakukan terhadap saya. Hak saya untuk diperlakukan dengan baik harus diubah menjadi kewajiban saya untuk memperlakukan sesama dengan baik. Dahulukan kewajiban untuk berbuat baik. Maka, terhadap mereka yang memukul dan merampas, kita malah memberi lebih banyak (ay. 29). Dengan itu, kasih akan memutuskan rantai balas dendam dan benci. Kasih sejati hendaknya juga memutuskan lingkaran balas jasa. Saling membalas kebaikan memang manusiawi dan biasa. Tuhan mengingikan pengikut-Nya berada di atas level yang biasa saja. Tinggalkan prinsip do ut des: Saya memberi, supaya Anda memberi! Jawablah kejahatan dengan kebaikan, perampasan dengan pemberian, kesalahan dengan pengampunan, kekerasan dengan perdamaian.
Di mata dunia, kasih sejati itu tampaknya beda tipis dari bunuh diri. Di mata iman, itu justru kasih yang paling tinggi, yang dimotori oleh dua motivasi hakiki. Pertama, kita percaya akan Allah yang menghakimi menurut ukuran yang kita pakai terhadap sesama (ay. 38). Karena Allah akan memberi kita secara berlimpah ruah, maka kita pun terdorong untuk memberi dengan murah hati. Kedua, saya dan Anda sudah mengalami Allah, sebagai Bapa yang murah-hati (ay. 36). Bapa sudah memberikan seluruh diri dan kasih-Nya kepada kita melalui anak-Nya. Pengalaman dikasihi ini seharusnya mendorong kita untuk semakin mengasihi dan memberi, terutama kepada mereka yang membenci dan tidak tahu membalas budi.
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Para biarawati dan perempuan hidup bakti
Kita berdoa untuk para biarawati dan para perempuan yang menjalani hidup bakti; kita berterima kasih atas misi perutusan dan keberanian mereka; semoga mereka dapat terus menemukan cara untuk menanggapi tantangan zaman ini.
Ujud Gereja Indonesia: Kesinambungan pengolahan sampah plastik
Kita berdoa, semoga upaya-upaya pribadi dan kelompok untuk mengurangi dan mengolah sampah plastik dapat menjadi upaya pemberdayaan masyarakat karena didukung pemerintah dan institusi-institusi sosial.
Amin