Tradisi dan YESUS

Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan III Prapaskah, 23 Maret 2022
P. S. Turibius dr Mogrovejo

Ul. 4:1,5-9; Mzm. 147:12-13,15-16,19-20; Mat. 5:17-19

Membaca bacaan-bacaan liturgi hari ini, saya teringat sebuah pengalaman saya di Sierra Leone, tempat saya bermisi sekarang ini. Salah satu upacara tradisional di sini yang sangat saya kagumi adalah upacara Pul nae do (acara pemberian nama kepada bayi). Dalam upacara ini, bayi diberi nama oleh salah seorang yang telah dipilih dan setelah itu bayi dan keluarganya didoakan oleh ‘pastor’. Kemudian bayi tersebut dibawa ke halaman depan rumah, di sana si pemberi nama mendoakannya dan membisikkan namanya ke telinganya serta memberitahu-menunjukkan jalan ke gereja, pasar dan sekolah pada bayi. Tujuannya agar ketika besar bayi tersebut tahu di mana ia harus berdoa bersama, mengenyam pendidikan dan mencari nafkah kehidupan.   

Dalam bacaan pertama hari ini, Musa mengingatkan umat Israel untuk setia terhadap tradisi serta hukum yang telah diberikan kepada mereka ketika mereka berada di tanah yang dijanjikan kepada mereka. Sebab dengan mempertahankan tradisi dan hukum-hukum yang ada, mereka memperoleh hidup yang layak dan dikagumi oleh bangsa lain karena iman dan Allah yang mereka miliki. Selain itu juga, untuk tetap mempertahankan tradisi dan hukum yang ada, bangsa Israel perlu menceritakan pengalaman iman mereka dan mengajarkan hukum dan tradisi kepada anak-anak mereka.

Selanjutnya Yesus, dalam bacaan Injil hari ini juga, menegaskan bahwa kehadirannya tidak mengancam keberadaan dan otoritas tradisi serta hukum Taurat. Yesus adalah seorang Yahudi yang menghargai budaya dan tradisi yang ada. Maka itu, Ia mengajak para pendengarnya untuk setia memegang, mempraktikkan tradisi dan hukum Taurat, serta mengajarkannya kepada orang lain. Ia menegaskan bahwa kehadiran-Nya bukannya melenyapkan hukum Taurat, tetapi menggenapinya, membuatnya lebih sempurna dan membersihkannya dari segala bentuk kesalahpahaman. Di sini kita melihat bahwa Yesus mengapresiasi tradisi dan hukum Taurat serta juga mengkritik para imam, ahli Taurat dan orang Farisi yang salah menafsirkan dan mempraktikkannya.  

Dari bacaan-bacaan suci hari ini kita melihat bahwa Allah menggunakan bangsa dan tradisi tertentu (Israel) untuk mengkomunikasikan Sabda-Nya. Yesus yang adalah Putera Allah, dilahirkan dan dibesarkan dalam tradisi dan budaya Yahudi. Sebagaimana orang Sierra Leon, setiap kita juga dilahirkan dan dididik dalam budaya serta tradisi tertentu. Terkadang kita mengalami dilema, apa kita perlu mempertahankan budaya dan tradisi kita serta bisa tetap menjadi pengikut Kristus? Ataukah kita perlu meninggalkan secara total tradisi kita yang mungkin dianggap sebagai sesuatu yang sesat dan tidak kudus? Jika Yesus yang kita imani mengapresiasi dan juga mengkritik praktik hukum Taurat yang salah, kitapun seharusnya mengapresiasi dan mengkritisi budaya serta tradisi kita. Allah dapat berbicara melalui budaya dan upacara tradisional yang kita miliki. Dalam Konsili Vatikan II dikatakan bahwa Gereja Katolik menerima dan mengapresiasi segala sesuatu yang baik, luhur dan suci dalam budaya, agama dan kepercayaan lain. Karena dalam ajaran dan praktik-praktik mereka terdapat benih-benih kehadiran Allah  (NA, 2). Maka itu, kita bisa saja dengan bijaksana menerima dan memegang teguh ajaran Yesus dan menjalankan tradisi serta budaya kita yang sejalan dengan iman kita (inkulturasi), sebagaimana dalam tradisi Pul nae do dari orang Sierra Leone.  Dengan kata lain, kita perlu melihat, mencari, mencintai Allah dalam budaya kita serta mengkritisi praktik-praktik budaya yang tidak sejalan dengan iman kita. Amin.

(RP. Erik Tjeunfin, SX – Misionaris Xaverian)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Menghadapi tantangan bioetika

Kita berdoa untuk umat Kristiani yang menghadapi tantangan bioetika baru; semoga mereka dapat terus membela martabat segenap umat manusia dengan doa dan tindakan.

Ujud Gereja Indonesia: Pengabdian politik

Kita berdoa, semoga di alam demokrasi ini para elit politik dan pemerintah menggunakan kewenangannya untuk mengabdi dan menata masyarakat dan bukan untuk menguasainya.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s