Renungan Harian Misioner
Minggu, 24 April 2022
HARI MINGGU PASKAH II
MINGGU KERAHIMAN ILAHI
Kis. 5:12-16; Mzm. 118:2-4,22-24,25-27a; Why. 1:9-11a,12-13,17-19; Yoh. 20:19-31
Siapakah Rasul Yesus yang selalu jadi sasaran renungan Minggu Paskah kedua? Pastilah Tomas, alias Didimus: “si Kembar”. Keraguannya menjadi begitu terkenal, sehingga Rasul ini lebih dikenal dengan julukan “Tomas, si Peragu”. Begitulah nasib sejumlah tokoh Alkitab: kepribadian mereka sering dirangkum oleh satu sikap atau sifatnya saja. Kadang memang terwakili, tetapi lebih banyak yang terzolimi. Kita sebutkan saja: Yudas si Pengkhianat, Petrus si Penyangkal, Zakheus si Kerdil, dan yang paling bias-pria: Maria Magdalena, si Pelacur yang bertobat!
Apa yang salah dengan Tomas? Apa yang tidak betul dengan keraguan dalam beriman? Justru hari ini Saya dan Anda diajarkan Tomas tentang salah satu tahap hakiki dalam beriman, yaitu: keraguan! Itu bukan gejala baru. Panggilan dan kisah Abraham, Sara, Musa, Ayub, Yeremia, Umat Israel, dll, dalam PL selalu saja disertai keraguan. Mengapa? Karena tugas dan perutusan Allah sering tidak masuk akal dan hitungan manusia. Itulah pesan pertama: keraguan itu perlu demi lompatan iman. Keraguan itu perlu untuk beralih dari melihat dan mengandalkan modal diri, kepada kasih dan penyelenggaraan Tuhan yang bangkit! Keraguan awal itulah yang justru akhirnya menuntun Tomas untuk sampai pada pengakuan yang paling mulia tentang Yesus: “Ya Tuhanku dan Allahku”. Dari mulut si Peragu, keluarlah ucapan teragung tentang Yesus sebagai “Pewahyu Allah”: dengan melihat Yesus, manusia dapat melihat Allah sendiri. Pribadi, karya dan ajaran-Nya menghadirkan Allah secara penuh dan lengkap bagi manusia yang percaya.
Kedua, kisah-kisah penampakan Yesus yang bangkit sebenarnya lebih berfokus pada karya dan penyertaan Tuhan, bukan pada sifat dan kelemahan manusia. Tuhanlah yang berinisiatif mendatangi mereka. Ia keluar dari kubur-tertutup, untuk memasuki rumah para murid yang terkunci. Pintu-pintu rumah yang terkunci tidaklah mampu menghalangi Yesus, satu-satunya “Pintu bagi domba-domba” (Yoh. 10:7). Hanya melalui Dialah “damai-sejahtera” (ay. 19 dan 21) dapat sampai pada para murid-Nya. Syalom-Nya bukan sekadar sapaan salam, tetapi keselamatan mendalam dan menyeluruh, sebagai anugerah Tuhan yang bangkit. Damai sejahtera inilah yang mampu mengusir ketakutan para murid dan menjamin kedamaian sejati, bukan mengunci diri dalam benteng dan rasa aman ciptaan manusia. Damai-sejahtera inilah yang mendatangkan sukacita mendalam bagi hati mereka yang sedang gundah dan hilang harapan (ay. 20).
Ketiga, bukan saja memberikan Syalom, Yesus yang bangkit juga memberi mereka Roh Kudus. Seperti Allah dahulu menciptakan manusia dengan hembusan nafas-Nya (Kej. 2:7), demikian juga Yesus yang bangkit menciptakan kembali para murid-Nya menjadi manusia-manusia baru (Yoh. 20:22). Mereka bagaikan tumpukan “tulang belulang kering” yang mendapat nafas Allah sendiri (Bnd. Yeh. 37:9). Para murid yang sebelumnya ketakutan dan menutup diri, diubah dan diberdayakan-Nya menjadi pewarta yang berani. Mereka harus meneruskan pewartaan Yesus sendiri: menawarkan kasih, pengampunan dan pendamaian dari Allah (ay. 23). Itulah mandat dan tugas yang kita wariskan dari mereka, para “saksi mata dan telinga” tentang Tuhan yang mulia.
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Tenaga kesehatan
Kita berdoa untuk para tenaga kesehatan yang melayani orang sakit dan lansia, terutama yang berada di negara-negara miskin; semoga mereka mendapat dukungan yang memadai dari negara dan komunitas setempat.
Ujud Gereja Indonesia: Bersikap terhadap konsumerisme
Kita berdoa semoga kita tetap bersikap sederhana dan tidak tergoda untuk memiliki barang yang tidak kita perlukan di tengah gelombang konsumerisme yang mendikte dunia.
Amin