Renungan Harian Misioner
Senin, 09 Mei 2022
S. Sirilus dr Sesarea
Kis. 11:1-18; Mzm. 42:2-3; 43:3,4; Yoh. 10:1-10
Yang menarik dalam pengajaran Yesus adalah Dia selalu menggunakan contoh atau perumpamaan dari hal-hal sederhana yang ditemukan sehari-hari, sehingga para pendengar-Nya lebih mudah untuk mengerti apa yang dimaksud oleh-Nya. Pengajaran hari ini diambil dari kebiasaan menggembalakan domba di tengah masyarakat saat itu. Yesus menggambarkan kebenaran ilahi yang diambil dari hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan setempat, sehingga tidak terasa asing. Juga agar tidak mengaburkan maksud yang ingin disampaikan-Nya itu.
Beberapa hal yang sudah jelas dan menjadi pengetahuan umum bagi mereka saat itu antara lain adalah bahwa pencuri atau perampok memang selalu datang untuk mengganggu kawanan domba dan merugikan pemiliknya dengan cara yang tidak biasa. Orang Yahudi membuat kandang berbentuk lapangan di tanah, berpagar tembok tinggi untuk melindungi domba-domba dari serangan binatang buas di waktu malam. Ada satu pintu yang dikunci dan seorang penjaga bergantian mengawalnya sepanjang malam. Para pencuri tidak masuk melalui pintu, melainkan memanjat tembok. Hal itu lebih sebenarnya lebih sulit namun menggambarkan bahwa jika orang berniat jahat, biasanya ia akan rela menempuh jalan atau melakukan tindakan berisiko dan berbahaya. Ini dapat menjadi teguran buat kita. Kita pun seringkali terjebak dalam usaha luar biasa keras, yang lebih daripada usaha kita dalam melayani Allah. Padahal itu hanya untuk melakukan sesuatu yang tidak berkenan kepada Allah.
Hal yang lain dalam penggembalaan domba adalah domba-domba hanya mendengarkan suara gembalanya. Kebiasaan di Timur Tengah, sang gembala memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya. Ini berarti bahwa si gembala menaruh perhatian khusus pada masing-masing dombanya. Ia mengetahui dengan tepat berapa jumlah kawanannya. Setiap hari ia menuntun dan membawa domba gembalaannya untuk mencari padang rumput supaya mereka dapat makan. Si gembala tidak perlu menghalau domba-domba itu, cukup berjalan di depan kawanan itu saja. Selalu siap menghadapi rintangan yang mungkin menghadang dari depan, dan domba-dombanya akan merasa aman untuk berjalan mengikuti langkahnya. Kita orang-orang yang percaya kepada Kristus diibaratkan sebagai kawanan domba, makhluk ciptaan yang bergantung pada Sang Gembala yang adalah Penciptanya. Kita digembalakan untuk dipersatukan-Nya dalam Gereja di dunia, yang adalah kandang yang baik, dilindungi dengan baik oleh Allah sendiri yang menjaga pintu.
Kristus telah menyatakan dirinya adalah Pintu. Ini pertama-tama berarti bahwa Ia menempatkan diri-Nya sebagai penghalang yang merintangi pencuri dan perampok untuk masuk. Yang dimaksud oleh Yesus dalam kelompok pencuri ini adalah ahli-ahli Taurat, kaum Farisi dan imam-imam kepala yang berupaya merintangi dan mencegah Kristus serta kebenaran-Nya hadir di tengah kehidupan umat. Cara yang mereka pakai adalah mencekoki benak orang-orang dengan pengajaran-pengajaran yang salah tentang Jususelamat kita dan mencuri jiwa-jiwa yang mencari keselamatan ilahi itu. Hal itu sama seperti dengan mereka yang menentang Petrus karena merasa bahwa mereka adalah gembala yang membela Gereja. Padahal sebaliknya mereka justru memaksakan peraturan-peraturan yang salah dan membuat orang merasa tidak nyaman di dalam Gereja. Mereka tidak benar-benar mau menjadi murid-murid Yesus, sebaliknya menyamar menjadi gembala untuk merampok kawanan Gereja-Nya. Maka dalam hal ini Kristus juga menjadi pintu masuk bagi para gembala lainnya, karena barang siapa tidak masuk melalui Dia, tidak akan dianggap sebagai gembala umat.
Yesus juga adalah Pintu bagi domba-domba-Nya, sebab barang siapa masuk ke dalam kandang melalui Dia akan selamat. Kita sebagai domba-domba-Nya harus masuk melalui Yesus, melalui iman kepada-Nya, yang hanya dengan melalui Dia kita dapat sampai kepada Bapa (bdk. Yoh. 14:6). Sebagai domba-domba-Nya kita dapat masuk dan keluar dengan selamat. Inilah hak istimewa yang diberikan Allah, bahwa di dalam Dia, kita beroleh keselamatan sekaligus diberi kehendak bebas dalam hidup kita. Kapan saja kita masuk ke dalam Gereja, maka kita akan hidup dalam segala kelimpahan dalam persekutuan dengan-Nya. Dan ketika kita pergi ke luar kita di tuntun-Nya untuk menemukan padang rumput, dituntun dan dibawa ke gunung-Nya yang kudus serta ke tempat kediaman-Nya untuk menghadap Allah yang adalah sukacita dan kegembiraan kita (lih. Mzm. 43:3-4). Gambaran Yesus sebagai Pintu ini menyatakan bahwa Yesuslah satu-satunya jalan keselamatan yang membawa orang yang percaya, kepada hidup yang berkelimpahan, bukan dalam arti material, tetapi suatu kualitas hidup yang utuh, yang mengenal Allah yang sejati. Hidup seperti ini harus dialami sekarang semenjak kita mengenal dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.
Apakah anda sudah masuk lewat Pintu yang Benar? (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Bagi Iman kaum muda
Kita berdoa untuk kaum muda yang dipanggil menjalani hidup dengan sepenuh-penuhnya; semoga dalam diri Maria mereka dapat belajar untuk mendengarkan, melakukan diskresi secara mendalam, mempunyai keberanian yang lahir dari iman, dan memberikan diri dalam pelayanan.
Ujud Gereja Indonesia: Menghayati doa rosario
Kita berdoa, semoga bersama Maria kita makin dapat merasakan kesederhanaan dan kedalaman doa rosario, dan mau rajin mendoakannya demi sesama yang memohon doa-doa kita.
Amin