Kasih – Siap Beri Diri Sampai Habis!

Renungan Harian Misioner
Minggu, 15 Mei 2022
HARI MINGGU PASKAH V

Kis. 14:21b-27; Mzm.145:8-9,10-11,12-13ab; Why. 21:1-5a; Yoh. 13:31-33a,34-35

Konteks Perjamuan Malam, saat Yesus selesai mencuci kaki semua murid, termasuk Yudas. Lalu si pengkhianat itu pergi di saat malam: ia bergabung dengan “koalisi kegelapan”.  Saat pemuliaan Yesus pun segera tiba. Saat yang tepat untuk berbicara tentang relasi-Nya dengan Bapa, para murid dan dunia.

Pertama, relasi saling memuliakan antara Anak dengan Bapa (Bdk. “dimuliakan – memuliakan” dalam ay. 31-33). Dalam PL, kemuliaan dan kebesaran Allah biasanya tampak dalam sejarah dan alam ciptaan. Peristiwa Eksodus menjadi contoh nyata, saat kemuliaan Allah dipertontonkan di hadapan Firaun, pasukan Mesir dan umat Israel sendiri. Kemuliaan Allah itu paling jelas diperlihatkan dalam seluruh karya Anak-Nya (11:4; 17:4), terutama dalam wafat-Nya di salib. Mengapa salib menjadi tanda kemuliaan? Pertama, sebab di salib itulah diperlihatkan betapa Allah mengasihi manusia, betapa besar keprihatinan-Nya kepada dunia, dengan memberikan Anak tunggal-Nya (Yoh. 3:14). Kedua, sebab di salib itulah, sang Anak pun dimuliakan. Salib yang lazimnya menjadi hukuman paling hina di mata manusia, oleh Allah justru dijadikan momen pemuliaan Anak-Nya.

Kedua, relasi saling mengasihi antara Anak dengan umat-Nya. Tidak biasa Yesus digambarkan sebagai Ayah atau orang tua. Ia menyapa para murid-Nya dengan “Hai anak-anak-Ku”. Seorang Rabi yahudi memang lazim menyapa para muridnya demikian. Tetapi, di sini Yesus tampil lebih sebagai seorang Bapa yang akan wafat: saat yang tepat untuk meninggalkan wasiat. Wasiat-Nya itu berupa perintah baru untuk saling mengasihi (ay. 34-35). Apanya yang baru? Tentu bukan rumusannya. Dalam PL sudah ada perintah untuk mengasihi sesama bangsa, juga para pendatang (Im. 19). Juga bukan bahwa kasih itu harus merangkul semua manusia seperti versi penginjil yang lain (Mat. 5:42-47; Luk. 10:20-27). Yang baru dalam injil Yohanes adalah: kasih persaudaraan dalam lingkup jemaat. Kasih itu bukan produk jemaat, tetapi berasal dari kasih Yesus kepada mereka (ay. 34). Maka, kasih itu perintah sekaligus anugerah, tuntutan sekaligus pemberian. Kasih seperti itu baru saja Ia teladankan dengan mencuci kaki mereka (Yoh. 13:1-17) dan akan Ia perlihatkan secara paling nyata saat menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka (Yoh. 15:13). Begitu pun seharusnya kasih di antara pengikut-Nya: saling melayani dan siap memberi diri sampai habis!

Ketiga, relasi sang Anak dengan dunia melalui kita. Lewat salib, Anak membagikan hidup dan kasih-Nya kepada para murid-Nya. Maka, kasih persaudaraan dalam jemaat sekaligus juga berarti menghadirkan Tuhan bagi dunia. Semua manusia dapat mengalami kasih Yesus melalui kasih jemaat-Nya (ay. 35). Kasih seharusnya menjadi penanda dan ciri khas jemaat Tuhan: satu-satunya “bendera persatuan” jemaat Kristus yang beraneka. Ciri khas jemaat Tuhan tentu bukanlah pada struktur dan organisasi rapi atau sekolah hebat dan rumah-sakit megah, dll. Jemaat Tuhan adalah persaudaraan yang saling mengasihi, seperti Dia yang siap mencuci kaki dan memberi diri sampai mati. Itulah warisandari Dia yang Bangkit. Legacy sekaligus instruksi-Nya yang harus siap saji bagi dunia masa kini.

(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Bagi Iman kaum muda

Kita berdoa untuk kaum muda yang dipanggil menjalani hidup dengan sepenuh-penuhnya; semoga dalam diri Maria mereka dapat belajar untuk mendengarkan, melakukan diskresi secara mendalam, mempunyai keberanian yang lahir dari iman, dan memberikan diri dalam pelayanan.

Ujud Gereja Indonesia: Menghayati doa rosario

Kita berdoa, semoga bersama Maria kita makin dapat merasakan kesederhanaan dan kedalaman doa rosario, dan mau rajin mendoakannya demi sesama yang memohon doa-doa kita.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s