Renungan Harian Misioner
Kamis, 19 Mei 2022
P. S. Petrus Salestinus
Kis. 15:7-21; Mzm. 96:1-2a,2b-3,10; Yoh. 15:9-11
“Undangan untuk tinggal di dalam kasih Allah” bermula dari satu orang kepada satu keluarga, selanjutnya meluas menjadi undangan kepada satu bangsa, lalu pada akhirnya menjadi undangan kepada semua bangsa dan segala makhluk. Siapapun yang diundang dituntut untuk taat-setia kepada Dia yang mengundang mereka, yakni Tuhan Allah, yang de facto adalah kasih itu sendiri (1 Yohanes 4:8).
Bermula dari satu keluarga kepada satu bangsa!
Undangan untuk tinggal dalam di dalam Kasih Allah, yang sebelumnya dimulai Adam dan Hawa dengan menciptakan dan menempatkan mereka di Taman Eden, “TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu” (Kejadian 2:8). Selanjutnya undangan itu diteruskan dengan pilihan atas Israel untuk menjadi Umat Pilihan Allah, dan akhirnya dibuka kepada semua bangsa semua orang dari segala bangsa. Undangan ini ditegaskan oleh Tuhan kita Yesus Kristus ketika Dia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk memberitakan Injil, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:18-20). Bahkan bukan hanya segala bangsa, tetapi juga, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:15-16).
Selanjutnya dari satu bangsa kepada semua bangsa!
Adam dan isterinya ternyata gagal memenuhi undangan Allah dengan tidak hidup sesuai dengan perintah-Nya, dan karenanya mereka dikeluarkan dari taman itu (Kejadian 3:23-24). Demikian juga Israel gagal menghayati hidup sebagai Umat Pilihan Allah, dan karena itu Undangan Allah lalu beralih kepada bangsa-bangsa lain (Kisah 13:46).
Yesus Kristus sebagai model untuk hidup di dalam kasih Allah!
Agar supaya manusia mampu untuk hidup di dalam kasih Allah secara sempurna, dan tidak lagi gagal sebagaimana telah terjadi dengan Adam maupun dengan Israel, bacaan Injil hari ini menampilkan sosok pribadi Yesus Kristus sebagai modelnya. Dan beginilah yang dikatakan kepada saudara dan saya, “Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya” (Yohanes 15:9-10).
Firman Allah vs Tradisi atau adat-istiadat nenek moyang?
Upaya untuk dapat tinggal dalam kasih Allah, yang buah-nya adalah persekutuan kasih dengan Allah ini, pada zaman awal ketika pewartaan Injil mulai menyebar kepada bangsa-bangsa yang bukan Yahudi, awalnya dimaknai secara salah dan kemudian dikoreksi dalam Konsili Yerusalem, seperti yang kita ketahui dari bacaan pertama.
Di Antiokhia, para murid yang berlatarbelakang Yahudi, pada mulanya berpikir bahwa siapapun yang membuka hatinya untuk berita Injil dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sepertinya harus menjadi orang Yahudi, atau hidup menurut hukum Taurat dan adat-istiadat orang Yahudi. “Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan’” (Kisah 15:1-6). Namun pandangan yang demikian kemudian disadari bahwa tidak sesuai dengan kehendak Allah sendiri, dan kemudian dikoreksi dalam Sidang Para Rasul di Yerusalem. Kata-kata Petrus dalam Sidang itu menegaskan poin penting ini, bahwa “Sesudah beberapa waktu lamanya berlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga’” (Kisah 15:7-11).
Demikianlah, untuk tinggal di dalam kasih Allah, seseorang tidak harus menjadi orang Yahudi, melainkan hidup menurut teladan yang ditunjukkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Karena Dialah gambar wujud Allah. Dialah yang menopang segala sesuatu dengan Firman-Nya. Dan Dia jugalah yang berkuasa untuk menyucikan kita dari dosa dan kelemahan kita, (Bdk. Ibrani 1:3).
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Bagi Iman kaum muda
Kita berdoa untuk kaum muda yang dipanggil menjalani hidup dengan sepenuh-penuhnya; semoga dalam diri Maria mereka dapat belajar untuk mendengarkan, melakukan diskresi secara mendalam, mempunyai keberanian yang lahir dari iman, dan memberikan diri dalam pelayanan.
Ujud Gereja Indonesia: Menghayati doa rosario
Kita berdoa, semoga bersama Maria kita makin dapat merasakan kesederhanaan dan kedalaman doa rosario, dan mau rajin mendoakannya demi sesama yang memohon doa-doa kita.
Amin