Renungan Harian Misioner
Senin, 13 Juni 2022
P. S. Antonius dr Padua
1Raj. 21:1-16; Mzm. 5:2-3,5-6,7; Mat. 5:38-42; atau dr Ruybs
Bacaan-bacaan suci hari ini mengingatkan kita terhadap apa yang dialami oleh Rusia dan Ukrania. Sampai saat ini, invasi Rusia terhadap Ukrania belum selesai, akibatnya banyak korban berjatuhan. Tidak hanya kedua negara tersebut menderita, tetapi kita semua – seluruh dunia turut merasakan akibatnya baik secara materiil maupun psikologis.
Dalam bacaan pertama dikisahkan bahwa Nabot, seorang Yizreel, menolak tawaran Ahab, raja Samaria, untuk menukarkan atau menjual kebun anggurnya kepada raja. Akan tetapi Nabot tidak setuju dengan alasan kebun anggur yang dimilikinya adalah hasil warisan dari para leluhurnya. Perlu kita ketahui bahwa menurut orang Israel, properti keluarga seperti tanah leluhur tidak boleh dijual atau bahkan diambil oleh seorang raja pun karena disahkan oleh tradisi dan dilindungi oleh hukum (bdk Ul. 19:14, Bil. 27:7-11, Yer. 32:6-9, Ruth 4:9).
Hal ini mengakibatkan Ahab merasa kesal dan tidak mau makan makanan yang disediakan oleh istrinya. Karena itu, istrinya berinisiatif untuk menghancurkan hidup Nabot dengan mengirim surat atas nama Ahab ke semua pemimpin dan pemuka pemerintahan, agar mengadili dan membunuh Nabot dengan alasan yang tidak benar. Mereka pun melakukannya, Nabot dibunuh.
Selanjutnya dalam bacaan Injil, Yesus, yang mengajar para pengikut-Nya di atas gunung, mengajak agar para pendengar-Nya tidak menerapkan hukum “mata ganti mata, gigi ganti gigi” atau hukum balas dendam, tetapi mengampuni dan mengasihi mereka yang membenci atau membuat mereka kesal.
Melalui bacaan-bacaan hari ini, Allah yang menginkarnasikan diri-Nya dalam diri Yesus Kristus, mengajak kita untuk mengampuni saudara-saudari yang membuat kita kesal dan marah. Peperangan dan kebencian akan berakhir jika ada pengampunan. Tentu, pengampunan yang kita berikan tidak berarti kita membenarkan tindakan kejahatan yang dilakukan. Proses hukum harus tetap dijalani para pelaku, tetapi proses itu dijiwai oleh kasih dan bukan balas dendam.
Kekuasaan, status, harta, level pendidikan yang dimiliki oleh kita seharusnya tidak digunakan untuk menindas orang lain, sebagaimana seperti yang dilakukan oleh keluarga raja Ahab dan istrinya. Kita juga tidak bisa menggunakan segala cara seperti: pembunuhan, intimidasi, pergi ke mbah dukun/suanggi, dan penghancuran nama baik orang lain, agar kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Dalam situasi kita sekarang ini di beberapa negara, banyak sekali rakyat kecil yang berada di perkampungan menderita karena tanah mereka yang adalah tanah warisan leluhur dan dianggap sakral diambil alih secara ilegal oleh penguasa dan pengusaha. Mereka berusaha untuk mempertahankannya, namun mereka dibenci, bahkan ada yang dibunuh oleh orang yang tidak diketahui.
Dengan demikian bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk mengampuni orang lain dan tidak mengambil milik atau properti orang lain dengan cara yang ilegal. Kekerasan, peperangan dan korupsi akan terus berlangsung, jika kita tidak mengampuni orang lain dan mengambil properti orang lain secara ilegal. Perdamaian dan kebahagiaan dicapai bukan dengan senjata dan kekerasan, melainkan melalui pengakuan dosa, pengampunan dan kasih dalam iman. Amin.
(RP. Erik Tjeunfin, SX – Misionaris Xaverian)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Cinta keluarga Kristiani
Kita berdoa untuk keluarga-keluarga Kristiani di seluruh penjuru dunia, semoga mereka memiliki dan mengalami cinta tanpa syarat dan mengutamakan kesucian dalam menjalani hidup sehari-hari.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan yang kritis
Kita berdoa, semoga lembaga pendidikan dan keluarga mendidik anak-anaknya agar dapat bersikap kritis dan realistis terhadap tawaran-tawaran palsu dan kemewahan di sosial media.
Amin