Renungan Harian Misioner
Minggu, 26 Juni 2022
HARI MINGGU BIASA XIII
1Raj. 19:16b,19-21; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Gal 5:1,13-18; Luk. 9:51-62
Ketiga Injil sinoptik (Markus, Matius dan Lukas) memiliki skema geografis yang mirip: karya Yesus di Galilea, dalam Perjalanan, dan di Yerusalem. Tentu masing-masing punya ciri tersendiri. Lukas, misalnya, amat “memperlama” cerita perjalanan Yesus ke Yerusalem. Yesus sudah memulai perjalanan itu dalam Luk. 9:51 dan baru memasuki kota Yerusalem dalam 19:45. Jadi, sekitar 10 bab dihabiskan Lukas untuk menceritakan perjalanan Yesus dan para murid-Nya. Jelas, Lukas punya maksud yang lebih mendalam daripada sekadar merekam kronologi perjalanan. Bagi Lukas, karya-keselamatan bagaikan “perjalanan”, yang dibuat Allah (teologis), Yesus (kristologis) dan kita para murid-Nya (eklesiologis).
Pertama, kisah perjalanan Yesus ke Yerusalem adalah simbol kunjungan dan lawatan Allah kepada Israel, Umat-Nya. Tema ini berakar kuat dalam PL. Misalnya: TUHAN datang mengunjungi Abraham dan Sara untuk “menyelamatkan” mereka (lewat janji keturunan dan tanah). TUHAN turun untuk melihat penderitaan umat-Nya lalu memutuskan untuk membebaskan mereka (Kel. 3:7-8), serta berjalan bersama mereka (Bilangan-Imamat). Yesus menghadirkan kunjungan Allah kepada Israel ini, langsung ke “pusat” hidup keagamaan mereka (Yerusalem). Lawatan Allah lewat Yesus ini sering mendapat perlawanan dan akhirnya ditolak, sehingga Allah selanjutnya berpaling ke bangsa-bangsa lain. Tema ini akan Lukas kembangkan dalam Kisah Para Rasul, jilid kedua karyanya tentang sejarah-keselamatan.
Kedua, kisah perjalanan ini menggarisbawahi kesadaran Yesus sendiri akan tujuan seluruh misi-Nya, yang berpuncak pada “kenaikan-Nya ke Surga” (ay. 51). Perwujudan rencana Allah dalam diri Yesus sudah mencapai tahap final, lewat salib dan kebangkitan-Nya. Maka, Yesus “mengarahkan pandangan-Nya” untuk berangkat ke Yerusalem. Ungkapan ini menegaskan keputusan dan komitmen-Nya yang tegas untuk menuntaskan misi-Nya. Yesus meninggalkan ‘zona-nyaman’ di Galilea, di mana Ia punya banyak massa dan simpatisan untuk pergi ke ibukota, basis para petinggi oposisi yang memusuhi-Nya. Pesan tersirat-Nya jelas: popularitas itu berbahaya, karena dapat membuat orang lupa diri dan tujuan misinya. Yesus menjadi teladan komitmen yang tegas dan total dalam perjalanan iman kita menuju kemuliaan, kendati melalui pelbagai penolakan dan penderitaan.
Ketiga, kisah perjalanan adalah simbol perjalanan semua pengikut Yesus. Setiap orang Kristen dipanggil untuk mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya menuju salib dan kemuliaan. Perjalanan itu tidaklah mudah. Ada banyak godaan, halangan dan penolakan. Ada harga yang harus dibayar. Tuntutan mutlak Kerajaan Allah meminta kita untuk membebaskan diri dari ikatan-ikatan dunia. Yesus menuntut sikap lepas bebas di hadapan dua ikatan, yang secara manusiawi amat kuat. Pertama, ikatan dengan harta milik, seperti Yesus sendiri yang “tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala” (ay. 58). Kedua, ikatan dengan keluarga. Menguburkan orang tua adalah kewajiban tertinggi seorang anak. Bahkan kewajiban tertinggi itupun kalah di hadapan tuntutan Kerajaan Allah. Pesan Yesus jelas: menjadi pengikut-Nya bukanlah tugas sampingan, saat Saya dan Anda lembur atau punya waktu sisa. Komitmen terhadap Yesus dan Kerajaan Allah menuntut kita untuk menata ulang skala prioritas nilai, pekerjaan dan kewajiban kita.
(Hortensius Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Cinta keluarga Kristiani
Kita berdoa untuk keluarga-keluarga Kristiani di seluruh penjuru dunia, semoga mereka memiliki dan mengalami cinta tanpa syarat dan mengutamakan kesucian dalam menjalani hidup sehari-hari.
Ujud Gereja Indonesia: Pendidikan yang kritis
Kita berdoa, semoga lembaga pendidikan dan keluarga mendidik anak-anaknya agar dapat bersikap kritis dan realistis terhadap tawaran-tawaran palsu dan kemewahan di sosial media.
Amin