TUHAN Mengutus

Renungan Harian Misioner
Sabtu, 02 Juli 2022
P. S. Bernardinus Realino

Am. 9:11-15; Mzm. 85:9,11-12,13-14; Mat. 9:14-17

Di Yogyakarta ada asrama mahasiswa, yang mengawali ‘mission’-nya dengan menolong orang muda dari keyakinan dan agama apapun. Pelayanan itu dimulai ketika daerah Mataram kebanjiran siswa/i dan dosen, yang terpanggil untuk menggali Karya Allah. Banyak alumninya, yang sekarang menjadi tokoh sosial di seantero Nusantara. Tidak sedikit kaum profesional, dari aliran apapun yang menemukan panggilan di Nusantara dan tetap menjalin persahabatan lintas golongan. Ada yang ahli tehnik, ada yang menguasai bidang pertanian, ada yang ada di kalangan usahawan atau pemerintahan. Mereka tetap bersahabat satu sama lain sampai sekarang. Mereka juga membangun persaudaraan lintas profesi.

Siapakah Bernardinus, pelindungnya itu? Sebenarnya Bernardinus Realino sudah sangat dihargai sebagai walikota di Italia pada abad ke-17. Di sanalah missio-awal-nya yang amat berhasil. Sesudah suatu retret, ia mengambil keputusan untuk masuk novisiat Serikat Yesus. Melalui penugasan dari pembesarnya, ia menemukan missio baru, yaitu melayani anak-anak miskin. Selain itu, ia dipercaya Tuhan dengan missio khas, yaitu melayani orang lemah, sampai dengan pelayanan untuk menyembuhkan, seperti Yesus, Sahabatnya. Ia dengan cermat mendengar missio dari Tuhannya, juga dalam ruang katekesis bagi orang sederhana. Ia bahkan melakukannya dengan diteguhkan oleh doa yang berjam-jam. Itulah sebabnya, mengapa Antiphona pembukaan bagi misa hari peringatannya dipilihkan dari Yes. 52:7: mengenai ”…derap kaki pewarta…” Bayangkanlah suara gegap gempita para utusan Allah itu. Kita kenangkan, bagaimana Yesus mengutus tidak hanya 12 Rasul tetapi juga 70 murid dan ribuan orang, yang mensyukuri anugerah kerahiman Allah dan mengakui pengutusan guna mewartakan Kabar Gembira.

Sementara itu, dalam Bacaan Pertama kita diajak mengikuti kisah Paulus yang diambilkan dari 2Kor. 5:14-16:1 mengenai utusan yang menerima missio baru, karena membuka diri pada kerasulan baru. Kita tahu, bagaimana Rasul Paulus mendengarkan baik-baik bisikan Roh Allah, untuk membagikan kemurahan hati Allah, yang dialaminya sendiri dan lalu menyebarluaskannya kepada siapapun, yang siap menyambutnya. Seperti Paulus, Bernardinus menyambut perubahan tugas semua itu sebagai missio dari Tuhan sendiri: di tengah kota besar seperti Korintus. Dalam melaksanakan missio, yang beraneka itu, ia dijiwai Roh Kristus, seperti ditulis Yoh. 3:29-36. Cakrawalanya disambutnya dari “…Allah yang mengaruniakan Roh-Nya….” Ia menyadari, bahwa nilai segala pelayanan itu bukan dari kepandaian atau suksesnya, melainkan dari Allah, “si Empunya Karya dan energeia Ilahi”.

Dengan demikian, semua penugasan dalam komunitas atau dalam masyarakat itu dilakukannya untuk memuliakan Allah; bukan demi popularitas dirinya. Sebab Azas-dan-Dasar hidupnya adalah “demi keagungan Bapa di surga”. Dengan spirit itu, ia menyatukan diri dengan Sahabat dari Nasaret, yaitu Yesus Kristus, Sang Penebus, yang diutus dalam missio agung Bapa.

REFLEKSI KITA: sejauh manakah missio kita sambut dari Allah, tidak demi kejayaan kita sendiri, melainkan demi semakin besarnya “Keluhuran Allah”? Kalau kita pernah mendapat pelayanan Realino atau terlibat dalam pelayanan itu, berserulah: “Tuhan, ini Hambamu yang tak berguna”.

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Menghargai warisan lansia

Kita berdoa untuk para lansia; pada mereka kita dapat merasakan kembali akar hidup dan warisan berharga; semoga pengalaman dan kebijaksanaan mereka membantu kaum muda untuk menatap masa depan dengan penuh harapan dan tanggung jawab.

Ujud Gereja Indonesia: Kegelisahan anak muda

Kita berdoa semoga Gereja memberikan perhatian khusus kepada anak-anak muda yang depresi, gelisah, putus asa dan kehilangan harapan akan masa depannya karena dampak pandemi selama ini.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s