Renungan Harian Misioner
Jumat, 22 Juli 2022
Pesta S. Maria Magdalena
Kid. 3:1-4a atau 2Kor. 5:14-17; Mzm. 63:2,3-4,5-6,8-9; Yoh. 20:1,11-18
Maria Magdalena tentu bukan perempuan biasa. Bahwa namanya disebut di dalam Kitab Suci itu sudah menandakan bahwa ia seseorang yang memiliki peran penting. Yohanes pun tampaknya mengistimewakan perempuan yang sering disalahpahami dan diberi stigma negatif ini. Yohanes tak ragu mengangkat peran dan kisah Maria Magdalena dalam sejarah kebangkitan Yesus.
Setelah Yesus dikuburkan, pada hari pertama, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, Maria adalah orang pertama yang pergi ke kubur Yesus. Perempuan ini adalah salah seorang yang setia mengikuti Yesus dalam suka maupun duka. Ketika Yesus dielu-elukan pun ketika Yesus dihujat. Tujuan Maria pergi ke kubur hanya satu, ia ingin bertemu Yesus. Ia belum siap melepaskan Yesus. Ia masih ingin terus berada di sisi Yesus. Penekanan waktu yang digunakan Yohanes – ketika hari masih gelap – bukan sekadar menunjukkan waktu, tetapi juga simbol sikap batin Maria saat itu. Hati Maria masih diliputi kegelapan karena kehilangan Guru dan Tuhannya.
Maria Magdalena kecewa, karena jasad Yesus pun tak dapat ditemukannya lagi. Kubur kosong membuatnya panik. Hatinya semakin hancur dan ikut kosong karena tak dapat menemukan Yesus. Ia terperangkap dalam sentimental kenangan dan keterikatan emosional pada sosok Gurunya. Ia lupa akan pesan sang Guru yang pernah disampaikan Yesus saat berdoa untuk murid-murid-Nya sebelum Ia disalib dan wafat. “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh. 17:11). Alih-alih ingat bahwa Yesus telah mati untuk bangkit, Maria malah terus menangisi kubur kosong.
Mungkin kita juga pernah seperti Maria. Terpaku, terus melihat ke belakang, pada masa lalu. Saat kehilangan seseorang yang spesial, kita tak mampu mengalihkan pikiran dan mata batin kita yang terikat pada bayang-bayang kenangan akan orang tersebut. Kita tak sanggup dan tak ingin beranjak. Ingin terus bisa memeluk kenangan dan rasa. Kita lupa untuk hidup di masa kini. Lupa akan harapan dan tujuan hidup kita.
Terperangkap pada masa lalu membuat Maria Magdalena bahkan tak mampu mengenali sosok Yesus yang berbicara dengannya. Hanya ketika Yesus memanggil namanya, Maria langsung tersadar. Panggilan personal Yesus memang selalu menyadarkan jiwa. Yesus datang untuk meluruskan apa yang salah dalam pikiran dan hati murid-Nya. Ia tak ingin Maria tenggelam dalam rasa kehilangan, merasa “miliknya” telah hilang. Sebaliknya Yesus ingin pengikut-Nya mampu memahami tujuan dan misi-Nya di dunia. Misi-Nya yang juga menjadi misi para murid-Nya. Karena Bapa telah mengutus Yesus ke dalam dunia, dan Yesus telah mengutus para murid ke dalam dunia.
Yesus ingin Maria bangkit bersama-Nya, bertransformasi, melepas jerat masa lalu dan kematian, menyambut pengalaman kebangkitan dengan sukacita. Dari menangis, merasa kehilangan dan kecewa, untuk pertama kalinya mata Maria Magdalena benar-benar terbuka melihat siapa sesungguhnya Yesus yang diikutinya itu. Yesus bukan seperti yang dibayangkannya dahulu. Yesus bukan “miliknya” sendiri. Yesus adalah milik semua orang dan harus kembali menghadap Bapa-Nya di surga. Dan Maria terpilih menjadi saksi kebangkitan Kristus serta diutus untuk mewartakan kabar sukacita kebangkitan itu kepada para murid lainnya. “Aku telah melihat TUHAN!” (Yoh. 20:18).
(Angel – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Menghargai warisan lansia
Kita berdoa untuk para lansia; pada mereka kita dapat merasakan kembali akar hidup dan warisan berharga; semoga pengalaman dan kebijaksanaan mereka membantu kaum muda untuk menatap masa depan dengan penuh harapan dan tanggung jawab.
Ujud Gereja Indonesia: Kegelisahan anak muda
Kita berdoa semoga Gereja memberikan perhatian khusus kepada anak-anak muda yang depresi, gelisah, putus asa dan kehilangan harapan akan masa depannya karena dampak pandemi selama ini.
Amin