Renungan Harian Misioner
Kamis Biasa XVI, 21 Juli 2022
P. S. Lauresius dr Bridinsi
Yer. 2:1-3,7-8,12-13; Mzm. 36:6-7ab,8-9,10-11; Mat. 13:10-17
Pengajaran Yesus kali ini memperkenalkan sebuah Kerajaan yang sebelumnya terselubung. Perumpamaan sebelumnya, melukiskan bentuk yang unik tentang Kerajaan itu, selama Mesias, Sang Raja belum hadir. Sebuah rahasia Kerajaan yang berisi: pengenalan akan kehendak Bapa, keikutsertaan pada kasih timbal balik antara Bapa dan Anak, yang berarti rencana Allah dalam sejarah.
Misteri ini disampaikan dalam bentuk perumpamaan, karena adanya dua kelompok yang berbeda pendapat tentang Mesias, yaitu: mereka yang diberi karunia untuk mengetahuinya, dan mereka yang tidak (bdk. Mat. 25:34). Para murid yang memberi tanggapan iman terhadap panggilan Yesus, telah memiliki banyak kebenaran mengenai Mesias dan rencana-Nya, sehingga dengan merenungkan semua perumpamaan ini dengan tekun, mereka akan mendapat penjelasan yang lebih dalam. Iman itu karunia. Mengerti kebenaran Firman Allah adalah anugerah yang dinyatakan kepada mereka yang mau terbuka kepada kebenaran-Nya. Sedangkan mereka yang tidak percaya dan menolak ajaran Yesus, hanya diberi perumpamaan, tidak diberi kebenaran yang nyata untuk ‘diinjak-injak’ (bdk. Mat. 7:6).
Yesus terus menerus menyatakan kebenaran itu kepada semua orang. Banyak orang yang mengeraskan hatinya, sehingga tidak menemukan kebenaran itu. Orang-orang seperti ini berada di bawah kuk Taurat dan pengertian yang terpengaruh oleh pengajaran dan sikap para ahli Taurat dan orang Farisi. Mereka sedemikan terikat pada pengetahuan itu sehingga terus saja tidak dapat menemukan Yesus, Sang Kebenaran itu sendiri. Namun, selalu ada Kasih Karunia Allah yang memberi mereka kesempatan untuk terhindar dari kesalahan lebih besar akibat penolakan mereka, sehingga mereka memiliki kesempatan mengalami perubahan hati yang timbul dari rasa ketertarikan ketika mendengar perumpamaan yang unik itu. Lewat pesan-Nya yang halus dengan sebuah perumpamaan, pada waktu-Nya nanti mereka dapat menanggapinya dengan kebebasan hati. Masa kini, juga banyak orang yang mencari Gereja, tetapi tidak sungguh-sungguh mau terbuka kepada kebenaran Firman-Nya untuk bisa mengerti, percaya dan menyimpan kebenaran itu dalam hatinya. Orang yang fisiknya saja hadir di Gereja, tidak dapat mengerti kebenaran-Nya.
Menjadi orang beriman itu merupakan suatu proses. Seperti proses belajar. Ketika banyak hal yang belum dimengerti, tanggapan kita seharusnya adalah bertanya. Bertanya menunjukkan sikap haus untuk bertumbuh dalam pengertian. Para murid yang menyatakan ketidakmengertian mereka kepada Yesus, melakukan suatu langkah iman. Mereka datang mendekati Yesus, untuk bertanya, mengikuti dan mendengarkan-Nya supaya dapat melakukan kehendak Bapa. Sang Guru, serta merta menerangi hati mereka dan menyatakan rahasia Kerajaan Allah, serta membimbing murid-murid itu agar menanggapi pewartaan Kerajaan Allah ini dengan iman. Inisiatif Allah mutlak diperlukan agar hati yang terbuka ini mau terus berproses mengembangkan iman mereka. Tanggapan seperti para murid ini adalah kebalikan dari yang dilakukan oleh orang banyak yang bertahan dalam kegelapan pikiran dan hati mereka saja; menutup diri dari arti dan makna Kerajaan serta menghukum diri mereka sendiri.
Kerajaan Allah yang dimaksud bukanlah seperti kerajaan Daud, melainkan Kerajaan yang disingkapkan dalam khotbah di bukit. Barangsiapa yang menerima pesan Sabda Bahagia pertama yaitu: “Berbahagialah yang miskin di hadapan Allah (5:3)…, akan mampu juga menerima seluruh pengajaran Yesus tentang Kerajaan Allah, …karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Mereka yang memiliki Sabda Bahagia dan menghayatinya akan diberi kehidupan yang penuh. Dalam cinta, hasrat dan keinginan hidupnya dipicu oleh kepenuhan karena pengalaman dikasihi, semakin besar keinginannya akan Kerajaan itu, semakin besar yang diterimanya, sampai berkelimpahan.
Sebaliknya barangsiapa yang tidak mempunyai penghayatan akan Sabda Bahagia, makin terkikislah daya kehidupan dalam dirinya. Mereka yang tidak memiliki keinginan akan Kerajaan itu, tidak dapat menerima anugerah, karena menutup hatinya dalam sikap puas diri. Mata berfungsi melihat terang, telinga mendengarkan kata, dan hati membangun keinginan. Jika hati sudah tertutup untuk kerinduan akan Kerajaan itu, mata dan telinga akan menjadi buta dan tuli. Dirinya hanya mampu melihat prasangka-prasangka, dan telinganya hanya mendengar ketakutan-ketakutannya sendiri. Demikianlah orang yang mendengar dan melihat, tetapi tidak mau mengerti dan menanggapi panggilan pertobatan seperti yang diserukan para nabi.
Karena itu, butuh sikap yang rela menerima pesan keselamatan tersebut, siap bertobat dan melepaskan diri dari kepentingan pribadi belaka. Benih akan tumbuh ketika orang mau merefleksikan sikapnya sendiri dan tidak berkeras hati. Tuhan senantiasa mau menyembuhkan kita. Dia mengundang kita untuk berharap dan percaya dan hanya menunggu kita meminta kepada-Nya. Ketika seseorang membuka hati, telinga dan mata kepada Tuhan, datang mendekati Dia untuk mendengarkan Dia, maka ia akan mengalami kebahagiaan itu, serta menghasilkan buah yang banyak untuk kemuliaan-Nya! (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Menghargai warisan lansia
Kita berdoa untuk para lansia; pada mereka kita dapat merasakan kembali akar hidup dan warisan berharga; semoga pengalaman dan kebijaksanaan mereka membantu kaum muda untuk menatap masa depan dengan penuh harapan dan tanggung jawab.
Ujud Gereja Indonesia: Kegelisahan anak muda
Kita berdoa semoga Gereja memberikan perhatian khusus kepada anak-anak muda yang depresi, gelisah, putus asa dan kehilangan harapan akan masa depannya karena dampak pandemi selama ini.
Amin
Amin, amin Haleluya puji Tuhan.
SukaSuka