Renungan Harian Misioner
Selasa Biasa XIX, 09 Agustus 2022
P. S. Teresia Benedikta dr Salib
Yeh. 2:8 – 3:4; Mzm. 119:14,24,72,103,111,131; Mat. 18:1-5,10,12-14
Para murid bertanya tentang siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Alih-alih menjawab, Yesus mengambil seorang anak kecil dan menjadikannya pusat perhatian para murid-Nya. “Jika kalian tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”
Yesus seakan mau bilang, tidak penting mempersoalkan siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Yang harus jadi fokus dan pe-er adalah, bagaimana cara masuk ke Kerajaan Surga itu? Para murid bertanya mengenai “yang terbesar” seakan-akan begitu yakin bahwa mereka semua pasti masuk surga! Yesus mengoreksi hal itu dengan menekankan T & C atau syarat dan kondisi seseorang bisa diterima di Kerajaan Surga.
Pertama, harus ada pertobatan. Pertobatan yang lahir dari penyesalan akan dosa dan kesalahan. Kemudian disertai kerendahan hati untuk berani mengakui segala kesalahan dan kelemahan diri. Ditutup dengan niat dan upaya sungguh-sungguh untuk memperbaiki diri.
Kedua, harus menjadi seperti anak kecil. Yesus tak menetapkan syarat yang “neko-neko”. Sebaliknya syaratnya terlihat receh dan “absurd”. Betapa tidak? Di dunia yang selalu menuntut pencapaian dan prestasi serta eksistensi diri, kok kita malah disuruh kembali menjadi anak kecil? Bukankah itu berarti mundur jauh ke belakang, ke masa di mana kita belum jadi siapa-siapa, tidak bisa apa-apa, dan tidak punya apa-apa?
Ya, tepat seperti itulah sikap batin yang Tuhan Yesus inginkan dari kita, anak-anak calon penghuni Kerajaan Surga. Sadar sepenuhnya bahwa kita bukan siapa-siapa. Label, nama, gelar, jabatan, status yang kita atau orang lain sematkan pada diri kita, jangan membutakan mata hati. Semua itu produksi dunia, berlaku di dunia, tapi expired di surga. Kita tidak bisa apa-apa. Kita hanya debu yang dihembusi nafas sang Ilahi, sehingga bisa hidup di dunia. Dan meskipun dalam perjalanan hidup kita tumbuh dan berkembang, diisi dengan segala macam pengetahuan dan pengalaman, itu tidak kemudian membuat kita menjadi besar di mata Tuhan. Sebaliknya Tuhan Yesus mau kita memiliki kerendahan hati. Menyadari kelemahan dan ketidakmampuan diri, menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan pertolongan.
Terakhir, sadari bahwa selamanya kita tak punya apa-apa. Ini yang tersulit. Dengan segala apa yang “tampaknya” kita miliki: harta, orang-orang dekat, prestasi, pengalaman hidup, catatan kesuksesan atau sederet portfolio kerja atau mungkin pelayanan? Sulit untuk menerima dan mengakui bahwa kita tak memiliki apapun. Apalagi jika kita termasuk dalam kelompok yang telah terbius dengan situasi zaman, yang hidup dalam ambisi untuk mengejar harta dan prestasi agar dapat semakin kaya dan semakin “memiliki”.
Ilusi kehidupan meyakinkan manusia bahwa ia mampu memiliki banyak hal. Realitasnya, semua hal yang diraih, didapatkan, dimiliki manusia hanyalah dalam waktu sementara. Statusnya hanya “hak pakai”, bukan “hak milik”. Yang memiliki hak kepemilikan hanyalah Dia, Sang Pemilik Kerajaan Surga. Cepat atau lambat, sekarang atau nanti, semuanya, yang kita pikir kita punya, harus kita kembalikan pada-Nya. Bahkan nyawa kita. Dan ketika saat itu tiba, kita akan kembali ke kondisi awal kita, sama seperti ketika kita datang ke dunia, tak memiliki apa-apa. Tak punya harta. Tak punya prestasi. Tak punya pengalaman. Bahkan orang-orang terdekat pun harus kita tinggalkan. Kosong. Dari debu kembali menjadi debu.
Sudah siapkah kita?
“Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga.”
(Angel – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Usaha skala kecil dan menengah
Kita berdoa untuk usaha skala kecil dan menengah, semoga, di tengah krisis ekonomi dan sosial, mereka dapat menemukan jalan untuk meneruskan usahanya dan melayani masyarakat.
Ujud Gereja Indonesia: Sarana penyaluran donasi yang terpercaya
Kita berdoa, semoga kelompok-kelompok masyarakat mampu membentuk sarana yang dapat dipercaya untuk menyalurkan kebaikan dan donasi dari mereka yang berkehendak baik kepada mereka yang membutuhkan.