Menabur di Masa Sekarang Untuk Menuai di Masa Datang

Renungan Harian Misioner
Rabu Biasa XIX, 10 Agustus 2022
P. S. Laurensius

2Kor. 9:6-10; Mzm. 112:1-2,5-6,7-8,9; Yoh. 12:24-26

Para Pembaca RenHar KKI yang terkasih: Shalom!
Rasul Santo Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus mengajak kita untuk merenungkan tentang “hukum tabur-tuai” yang berlaku di dalam kehidupan kita. Sementara dalam Injil, Yesus juga menegaskan tentang perlunya proses tumbuh-kembang biji gandum, yang harus mati untuk dapat menghasilkan hidup yang baru.

“Kehidupan” bertumbuh dari “Kematian”

Hal tentang hidup yang bertumbuh dari kematian ini ditegaskan Yesus dalam Injil hari ini, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yohanes 12:24-26). Demikian, proses yang terjadi dengan biji gandum yang harus mati, supaya dapat menghasilkan banyak buah ini, menjadi proses pertumbuhan dan perkembangan hidup yang harus kita lewati. Di dalam proses ini terjadi semacam “prinsip tabur-tuai.” Prinsip berikut proses pertumbuhan ini membawa kita dari hidup yang lama menuju kepada hidup yang baru. Secara rohani, proses ini menjembatani hidup yang insani-ragawi dengan hidup yang hidup yang ilahi-sorgawi. Proses ini berjalan secara berkesinambungan, mempertemukan kehidupan yang pertama, kehidupan yang berdimensi insani-ragawi itu dengan kehidupan yang kedua, yang berdimensi ilahi-sorgawi. Pertemuan antara kedua tingkat kehidupan ini terjadi atau berlangsung di dalam proses hidup yang kita kenal sebagai “kematian.” Kematian itu menjadi semacam pintu peralihan, yang mempertemukan sekaligus menjembatani perubahan hidup manusia, dari kehidupan yang pertama, yang berdimensi insani-ragawi itu kepada kehidupan yang kedua, yang berdimensi ilahi-sorgawi itu. Dalam hal peralihan kehidupan ini, kematian menjadi semacam pintu masuk, sesuatu yang harus terjadi.

Menempatkan proses peralihan kehidupan ini, menurut “skema proses” yang terjadi pada biji gandum yang ditegaskan Yesus, kita menemukan bahwa bahwa kehidupan yang lama, yang berdimensi insani-ragawi itu berfungsi sebagai “ladang persemaian” atau tempat di mana kehidupan yang kedua, yang berdimensi ilahi-sorgawi itu ditanam dan ditumbuhkembangkan.

Satu ladang dengan dua musim: menabur dan menuai
Hubungan antara kehidupan yang kedua, yang berdimensi ilahi-sorgawi itu harus ditanam dengan kehidupan yang pertama, yang berdimensi insani-ragawi sesungguhnya seperti hubungan di antara dua musim pada ladang yang sama: pada kehidupan yang pertama terjadi musim menanam dengan proses tumbuh-kembang tanaman yang ada. Dan pada kehidupan yang baru terjadi musim menuai, di mana apa yang ditanam dan ditumbuhkembangkan itu akan memberikan hasilnya.

Merujuk kepada apa yang disampaikan Santo Paulus dalam surat kepada Jemaat di Korintus, “tanaman” yang harus ada, yang wajib ditanam dan ditumbuhkembangkan pada kehidupan yang pertama itu adalah “kasih,” “solidaritas  & perhatian terhadap sesama,” “kemurahan hati,” (2 Korintus 9:6-8).

Pemazmur menambahkan lagi tentang apa yang perlu ditanam dan ditumbuhkembangkan itu, antara lain “belas kasihan,” “sikap takwa dan setia kepada hukum dan perintah Tuhan,” “hidup secara baik dan benar,” “jujur,” “tabah dan penuh kepercayaan kepada Tuhan,” “murah hati & suka memberi kepada orang miskin,” (Mazmur 112:1-2. 5-6.7-8.9).

Contoh hidup para martir
Para martir mendapatkan mahkota surgawi untuk kehidupan yang kedua, karena pada kehidupan yang pertama mereka membangun hubungan dengan Allah, dan merawatnya hingga akhir hayat. Sekalipun menghadapi aniaya dan berbagai hukuman, mereka tetap bertahan dalam iman yang tak tergoyahkan kepada Allah, hingga akhirnya dapat memenangkan kehidupan yang kedua, yang berdimenasi ilahi-sorgawi itu. Semoga Santo Martir Santo Laurensius mendoakan kita untuk tetap setia kepada Yesus seperti dirinya. Amin. (RMG).

(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Usaha skala kecil dan menengah

Kita berdoa untuk usaha skala kecil dan menengah, semoga, di tengah krisis ekonomi dan sosial, mereka dapat menemukan jalan untuk meneruskan usahanya dan melayani masyarakat.

Ujud Gereja Indonesia: Sarana penyaluran donasi yang terpercaya

Kita berdoa, semoga kelompok-kelompok masyarakat mampu membentuk sarana yang dapat dipercaya untuk menyalurkan kebaikan dan donasi dari mereka yang berkehendak baik kepada mereka yang membutuhkan.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s