Perjanjian

Renungan Harian Misioner
Jumat Biasa XIX, 12 Agustus 2022
P. S. Yohana Fransiska de Chantal

Yeh. 16:1-15,60,63 atau Yeh. 16:59-63; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Mat. 19:3-12

Bacaan-bacaan suci hari ini memperlihatkan kepada kita tentang makna dari relasi kita dengan Allah melalui kehidupan kita dan variasi panggilan hidup (pernikahan/perkawinan, hidup membiara dan single blessedness) yang ada dalam Gereja Katolik. Semua bentuk panggilan hidup yang ada didasari oleh panggilan Allah dan dimaterai oleh perjanjian yang sakral. Dalam bacaan pertama hari ini, Allah menyuruh Nabi Yehezkiel untuk menyampaikan kesedihan hati-Nya terhadap umat Israel yang telah merusak perjanjian-Nya dengan melakukan pelecehan dan pembunuhan (terhadap para orang tua, janda, orang asing, gadis mereka), hari Sabat ditiadakan dan adanya korupsi dan pemerasan (bdk. Yeh. 22:6-12). Melalui Nabi Yehezkiel, Allah mengumpamakan Israel sebagai seorang bayi perempuan yang menderita, tetapi Allah mengambilnya dan memperhatikan serta menjaganya sampai ia besar. Akan tetapi, ketika ia menginjak masa remaja, ia (Israel) berinfantuasi dan “menjual dirinya’. Perjanjian Allah telah dirusak oleh Israel. Jika sebelumnya, Israel diselimuti oleh rahmat Allah, kini ia diselimuti oleh rasa malu.

Dalam bacaan Injil, Yesus ditantang oleh beberapa orang Farisi tentang hal perceraian dalam pernikahan. Menurut Yesus, yang diyakini dan diajarkan dalam Gereja Katolik juga, pernikahan atau perkawinan dimaksudkan oleh Allah agar perempuan dan laki-laki menjadi satu. Maka itu, apa yang dipersatukan Allah tidak boleh dihancurkan, diceraiberaikan dan dimusnahkan oleh Manusia. Dengan kata lain, tujuan pertama dan utama perkawinan adalah untuk kesatuan, keharmonisan dan kebaikan bagi pria dan wanita. Sebagaimana terlihat juga dalam cerita penciptaan Adam dan Hawa di mana Allah menciptakan mereka untuk hidup dalam kesatuan baik di antara mereka berdua maupun dengan Allah. Selanjutnya Allah memberikan misi atau tugas bagi mereka untuk beranak cucu dan menjaga kelestarian alam (bdk. Kej. 1:26-28). Dalam Hukum Kanonik dikatakan esensi dari pernikahan adalah kesatuan dan permanen (bdk. Canon 1056).

Allah ingin membangun relasi yang bersifat satu dan permanen dengan manusia yang diungkapkan dalam pernikahan sakral dan panggilan hidup lainnya. Dengan demikian, misi utama dari keluarga adalah menjaga keutuhan dari keluarga itu sendiri. Keluarga Kristiani adalah keluarga yang misioner yang membangun persatuan di antara anggota keluarganya dalam situasi apapun. Perceraian, kawin kontrak, perselingkuhan, kumpul kebo dan tidak adanya tanggung jawab dari kedua belah pihak untuk keluarga adalah penghancuran bagi janji hidup perkawinan yang diungkapkan dalam upacara sakramen pernikahan. Saat ini, segelintir orang menikah bukan karena panggilan Allah – cinta – tetapi hanya dimotivasi oleh apa yang dimiliki oleh pasangannya atau hal lain seperti kekayaan, kekuasaan, gaya hidup, gelar, seks, kebutuhan akan anak dan pemasak, dll. Akibatnya banyak perceraian terjadi di lingkungan masyarakat. Maka itu melalui bacaan-bacaan suci hari ini, Allah mengajak kita untuk menjaga perjanjian suci yang kita buat saat pernikahan, pentahbisan, dan pengikraran kaul. Semakin kita memegang teguh pada janji yang ada, semakin kita merasakan keutuhan dan kesatuan kita dengan Allah dan anggota keluarga kita. Akan tetapi sebaliknya akan terjadi sebagaimana diungkapkan oleh Nabi Yehezkiel dalam bacaan pertama hari ini, jika kita menghancurkan dan melanggar penjanjian suci yang kita utarakan. Amin.

(RP. Erik Tjeunfin, SX – Misionaris Xaverian)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Usaha skala kecil dan menengah

Kita berdoa untuk usaha skala kecil dan menengah, semoga, di tengah krisis ekonomi dan sosial, mereka dapat menemukan jalan untuk meneruskan usahanya dan melayani masyarakat.

Ujud Gereja Indonesia: Sarana penyaluran donasi yang terpercaya

Kita berdoa, semoga kelompok-kelompok masyarakat mampu membentuk sarana yang dapat dipercaya untuk menyalurkan kebaikan dan donasi dari mereka yang berkehendak baik kepada mereka yang membutuhkan.

Amin.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s