Renungan Harian Misioner
Rabu Biasa XX, 17 Agustus 2022
HARI RAYA KEMERDEKAAN RI KE-77
Sir. 10:1-8; Mzm. 101:1a,2ac, 3a,6-7; 1Ptr. 2:13-17; Mat. 22:15-21
Jelas tidak mudah memberikan jawaban atas masalah yang dihadapi, yang diungkapkan lewat pertanyaan yang terkesan licik dan penuh jebakan. Pertanyaan yang diajukan tampaknya tidak mengandung niat untuk mencari kebenaran, sebaliknya tampak ingin menghancurkan kebenaran itu. Situasi saat itu, penguasa yang menarik pajak saat itu adalah penjajah yang tentunya tidak disukai oleh masyarakat umum. Bila Yesus menjawab, “Ya, pajak mesti dibayar,” sudah pasti akan memancing amarah orang banyak yang mendengar-Nya. Sebaliknya apabila Ia menjawab, “Tidak perlu bayar pajak,” akan dianggap melawan pejabat yang berkuasa saat itu.
Yesus, yang sengaja dipanggil Guru oleh mereka, memang Seorang yang jujur, yang sungguh-sungguh mengenal dan menyatakan kebenaran tanpa mencari keuntungan lain. Yesus siap menanggung segala risiko atas kejujuran-Nya itu. Pertanyaan yang diajukan kepada-Nya sebagai seorang Rabi, tentunya menuntut jawaban atas nama Tuhan, suatu jawaban keagamaan atas dasar ajaran-Nya. Dan Yesus tahu benar niat jahat mereka. Ia tahu bahwa mereka sedang mencobai Dia dan ingin memanfaatkan kebenaran demi kepentingan pribadi mereka.
Dalam bacaan yang kita jumpai bersamaan setiap kita merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ini, Yesus mengalihkan perkara bayar atau tidaknya pajak ini ke tingkat yang lebih tinggi. Yesus ingin membawa kita mencapai pemahaman akan sebuah kemerdekaan sebagai anak-anak Allah yang merupakan keinginan Bapa. Dua hal yang harus kita ingat, pertama: Allah tidak pernah melepaskan manusia dari kewajiban untuk bertanggung jawab (karena Allah adalah sumber pertanggungjawaban itu); kedua: Allah tidak bermaksud membandingkan kuasa-Nya dengan kuasa manusia, sebab kuasa-Nya adalah karunia, kasih dan pelayanan, bukan kuasa untuk mengambil hak orang lain, menggunakan kekerasan dan mendominasi. Akibat dua hal itu, hubungan antara kuasa negara dari para penguasa dan kuasa Allah, selalu menimbulkan gesekan. Situasi ini seringkali nampak dalam hubungan antara para pemuka agama dan lembaga-lembaga keagamaan yang bersinggungan dengan kelompok sosio-politik yang ada.
Wilayah kekuasaan pemerintahan adalah seluas area peredaran mata uangnya. Ketika Yesus meminta mereka menunjukkan kepada-Nya mata uang pembayar pajak itu terlihatlah pada uang dinar itu tercetak gambar kaisar. Yesus pun berkata: “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar.” Artinya, jika engkau memiliki uang dinar Kaisar, berarti kamu mengakui kuasanya. Kamu mestinya membayar pajak. Kita sebagai orang Kristiani, mengakui adanya kuasa negara, menghormatinya dengan tulus. Oleh karena itu jika penguasa melakukan yang baik dalam perencanaan hidup bersama, kita pun mentaati tata kehidupan itu. Tetapi jika kuasa itu menjadi mutlak dan memaksa orang untuk bertindak melawan hati nuraninya, hal itu layak ditolak karena tidak menghormati kebebasan dan kemerdekaan. Yesus kemudian menyatakan bahwa ada kuasa lain yang semua manusia harus perhitungkan, yaitu kuasa Allah. Di mana kuasa Allah itu mutlak, sedangkan kuasa negara itu terbatas. Tunduk kepada Allah itu mutlak, tanpa syarat, sedangkan kepada negara sikap tunduk kita ada batasannya.
Segala sesuatu adalah milik Allah. Bukan berarti bahwa Allah ingin memiliki semuanya, melainkan berarti bahwa Dialah yang telah mengaruniakan semuanya kepada semua orang, karena Ia adalah Allah! Kuasa Allah bercorak kelemahlembutan, karunia dan pelayanan. Kuasa-Nya ini berdampingan dengan kuasa duniawi: kekerasan, dominasi, perampasan. Kuasa Allah mampu mengalahkan kuasa dunia, sebagaimana terang mengalahkan kegelapan, anugerah mengalahkan kepemilikan, dan kasih mengalahkan kepentingan diri sendiri. Kuasa Allah mesti mengubah pola kehidupan kita. Sabda Bahagia Yesus harus dipegang agar dapat menjadi hukum dasar bagi kehidupan bersama. Maka, memberikan kepada Allah apa yang wajib diberikan kepada Allah, berarti: menghayati kemerdekaan persaudaraan, pada saat ini juga dan di mana pun kita berada, bila perlu melalui kemartiran. Dengan kata lain, sebagai ciptaan-Nya (gambar Allah), kita harus memberi diri kita kepada Allah, demi keselamatan bersama. Sebagai pengikut Kristus, kita bisa berperan sebagai warganegara yang memberi sumbangsih bercitra Allah yang nyata bagi bangsa dan negara.
Beriman kepada Yesus memang memiliki risiko. Dunia tidak selalu tunduk kepada Allah dan ini adalah suatu hal yang perlu disikapi dengan menggunakan hikmat dan integritas Yesus sendiri. Pengajaran Yesus dapat membuat kita semua mengambil posisi sebagai warganegara Indonesia dan warganegara Sorga dalam tatanan yang tepat dan benar. Roh Allah sendiri yang akan memampukan kita mengucapkan kata-kata dan melakukan kebenaran, sehingga kita juga tahu apa yang mesti kita berikan maupun tidak berikan kepada kaisar. Firman-Nya akan selalu menuntun kita sebagai warganegara Indonesia dan Sorga yang tidak terkungkung hanya dalam wadah keagamaan. Tetapi sebagai manusia yang merdeka, kebenaran yang kita wartakan adalah bentuk pengabdian kita kepada bangsa dan negara demi kemuliaan Allah Bapa. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Usaha skala kecil dan menengah
Kita berdoa untuk usaha skala kecil dan menengah, semoga, di tengah krisis ekonomi dan sosial, mereka dapat menemukan jalan untuk meneruskan usahanya dan melayani masyarakat.
Ujud Gereja Indonesia: Sarana penyaluran donasi yang terpercaya
Kita berdoa, semoga kelompok-kelompok masyarakat mampu membentuk sarana yang dapat dipercaya untuk menyalurkan kebaikan dan donasi dari mereka yang berkehendak baik kepada mereka yang membutuhkan.
Amin.