TUHAN Mau Kualitas Bukan Kuantitas

Renungan Harian Misioner
HARI MINGGU BIASA XXIII, 04 September 2022
Hari Minggu Kitab Suci Nasional

Keb. 9:13-18; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Flm. 9b-10,12-17; Luk. 14:25-33

Minggu lalu perjamuan, hari ini perjalanan. Dari duduk bersama para agamawan, Yesus kini berjalan bersama gerombolan orang banyak (ay. 25). Ia meneruskan perjalanan-Nya menuju salib. Tujuan perjalanan ini harus Ia perjelas: menjadi murid (ay. 26, 27, 33) berarti berjalan bersama Dia ke salib. Ini pesan pertama: antusisme saja tidak cukup. Jumlah besar saja belum membuktikan apa-apa. Non multa, sed multum: bukan kuantitas tetapi kualitas. Yesus tidak mau pengikut-Nya menjadi pecundang yang berlindung dalam gerombolan. Ia inginkan mereka menjadi pejuang, yang bertarung dan berkorban demi tujuan-Nya. Ia menantang mereka untuk beralih dari keagamaan masal kepada iman yang terlibat dan personal. Menjadi murid Tuhan bukan hanya soal terdaftar sebagai anggota, tetapi sungguh keputusan untuk memanggul salib (ay. 27). Pengikut Yesus yang otentik pasti akan memikul beban, kesusahan dan penghinaan karena imannya. Salib bukan saja simbol agama kita, tetapi ciri-khas perjalanan hidup beriman sehari-hari sebagai murid-Nya.

Pesan kedua amat keras: harus “membenci” ayah, ibu, istri, anak, saudara-saudari bahkan nyawa sendiri. Gaya bahasa hiperbola untuk menarik perhatian pendengar kepada inti pesan. Mengikuti Yesus harus selalu menjadi prioritas, bahkan dari relasi keluarga dan kekerabatan serta nyawa sendiri. Yesus tidak sedang berbicara tentang kebencian emosional karena marah atau dendam. Ia berbicara tentang pilihan dan prioritas dalam hidup. Keluarga dan kerabat adalah pembentuk identitas seseorang: ia lahir, diberi nama, dibesarkan, dikawinkan, dikuburkan, dll, dalam dan oleh keluarganya. Keluarga adalah identitas dan hidup seseorang. Jadi, yang sedang dipertaruhkan adalah hidup dan jati-diri: dari mana seorang Kristen menerima kehidupan dan identitas-Nya? Jawabannya satu saja: Dari Yesus dan salib-Nya!

Pesan ketiga juga radikal: melepaskan diri dari segala milik. Ini salah satu tema khas Lukas. Sikap lepas bebas dari harta biasanya Lukas konkretkan dengan dua cara, pertama: dengan mengabdikan harta milik demi kesejahteraan sesama dalam jemaat dan masyarakat (bdk. Kis. 2:44; 4:32). Kedua, dengan berbagi dengan sesama yang membutuhkan (bdk. Luk. 18:22; 19:8; Kis. 2:45, dll). Pesan ini tetap relevan di tengah dunia kita, di mana uang dan harta menjadi raja. Anda ada, kalau Anda punya. Materi menentukan jati diri. Pesan Yesus sekali lagi menyentuh identitas kita: jati diri pengikut-Nya bukan karena memiliki, tetapi karena memberi dan berbagi.

Mengikuti “jalan Tuhan” (Kis. 9:2) memang tidak mudah. Syarat dan tuntutan-Nya sangat radikal. Maka, setiap kita harus bijak: “duduk” dahulu (ay. 28 dan 31) untuk membuat perhitungan. Discernment sebelum berkomitmen itu penting dalam perjalanan iman. Duduk merenung agar mampu memilah dan membedakan roh. Agar jalan Tuhan tidak berubah menjadi proyek Saya, dan pelayanan menjadi sekadar pameran. Kalau demikian, Saya tidak lagi memikul salib, tetapi menjadi salib dan menyalibkan orang lain. Antusiasme dan sekadar ramai tidak akan memadai. Kemuridan masal dan tanpa perhitungan akan berakibat fatal: saya sendiri akan dipermalukan (ay. 30), orang lain juga bisa kena dampaknya (ay. 31).

(Hortensio Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati

Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.

Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai

Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s