Renungan Harian Misioner
Sabtu Biasa XXII, 03 September 2022
P. S. Gregorius Agung
1Kor. 4:6b-15; Mzm. 145:17-18,19-20,21; Luk. 6:1-5, atau dr RUybs
Kaum Farisi adalah kelompok yang paling taat pada Taurat, sehingga orang lain yang melanggar peraturan-peraturan pada hari Sabat itu dapat diancam hukuman mati. Kali ini yang dipermasalahkan mereka adalah murid-murid Yesus yang memetik bulir gandum, meremas dan memakan bijinya. Hal ini oleh orang-orang Farisi dianggap melakukan pekerjaan dan termasuk melanggar aturan Taurat, karena dilakukan pada hari Sabat. Peraturan yang pada awalnya berdasar pada hukum untuk mengkuduskan hari Sabat (Kel. 20:8-11), dipersempit dan hanya difokuskan pada larangan melakukan pekerjaan di hari tersebut. Dalam keadaan seperti ini, Yesus memperlihatkan apa yang Dia katakan bahwa: “Ia bukan datang untuk menghapuskan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapi dan melengkapi melalui Injil-Nya.”
Seperti orang-orang Farisi ini, banyak juga orang yang terlalu terikat kepada peraturan Sabat atau hari Minggu, mempercayainya sebagai peraturan yang mengatur kehidupan mereka. Mereka terjebak hanya mengutamakan ketaatan pada peraturan tersebut. Mereka melupakan bahwa sesungguhnya Allah memberikan hari Minggu kepada manusia sebagai suatu kebutuhan untuk beristirahat, dan terutama untuk beribadah dan bersekutu dengan Allah. Allah menginginkan agar manusia yang sudah selama enam hari bekerja, memulihkan kesegaran jasmaninya dan sekaligus menyegarkan rohaninya dengan bersekutu dengan-Nya dalam komunio kudus, yaitu Ekaristi pada hari Minggu. Hari Tuhan ini, adalah kesempatan untuk kita beroleh makanan yang layak untuk mengenyangkan diri kita dengan Firman yang keluar dari mulut Allah dan berelasi dengan Dia.
Sebagaimana dilakukan para murid, mereka memakan gandum, yang adalah bahan dasar dari makanan sejati anak-anak Allah yang adalah Kristus sendiri, Roti yang memberi hidup. Manusia menyambut Roti Hidup dan kehidupan ini, membiarkan dirinya dipulihkan oleh Allah sambil mengucap syukur atas Kasih Bapa yang dicurahkan kepadanya. Tidak seperti orang-orang Farisi yang hanya mengenal dan melaksanakan hukum belaka, karena mereka belum mengenal Kasih Bapa. Mereka tidak dapat memasuki hari Sabat itu dengan hidup yang bertujuan untuk berbuat kebaikan agar dapat memuliakan Bapa.
Yesus mengutip Kitab Suci untuk menunjukkan bahwa setiap hukum, termasuk hukum tentang hari Sabat diadakan demi manusia. Yesus membandingkan diri-Nya dengan Daud, lambang Mesias yang menawarkan Diri-Nya sendiri kepada umat-Nya. Ia ingin menyatakan bahwa segala tata peraturan yang sifatnya lahiriah boleh diabaikan. Seperti roti sajian bagi para imam yang diberikan kepada Daud ketika ia yang dalam kesukaran sedemikian rupa, hanya menemukan pilihan memakan roti itu atau tidak makan apa-apa sama sekali. Itulah wujud pemeliharaan Allah, dan ketetapan yang diperbuat-Nya untuk manusia ini adalah sungguh amat baik. Tindakan Yesus ini, sekaligus menegur orang-orang Farisi agar jangan melampaui yang ada tertulis. Dan Yesus mengingatkan bahwa segala yang ada serta mereka miliki adalah pemberian Allah semata.
Pekerjaan yang dilakukan karena kebutuhan memang diperbolehkan pada hari Sabat, namun kebebasan ini tidak berarti kita boleh bertindak sekehendak hati kita dan menyalahgunakan kemurahan hati Allah ini. Boleh saja kita bekerja pada hari itu, karena jenis usaha yang kita lakukan, tetapi prioritas kita hari itu adalah bersekutu dan memuliakan Tuhan di dalam bait-Nya. Mungkin saja kita harus melewati Ekaristi hari Minggu karena harus pergi mengantar sesama kita yang sedang dirawat dan berjuang demi kehidupannya. Tetapi kita tidak boleh mengabaikan apa yang diinginkan Tuhan, yaitu: agar kita ingat bahwa hari itu adalah hari-Nya, yang layak dan pantas digunakan untuk melayani dan menghormati-Nya yang hadir dalam diri mereka yang lapar, haus dan telanjang, karena Dialah Anak Manusia yang adalah Tuhan atas hari Sabat. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati
Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.
Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai
Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.
Amin