Dengarkan TUHAN Berbicara Melalui Sabda-Nya

Renungan Harian Misioner
Selasa Biasa XXV, 20 September 2022
P. S. Andreas Kim Taegōn dan Paulus Chōng Ha-Sang, dkk

Ams. 21:1-6,10-13; Mzm. 119:1,27,30,34,35,44; Luk. 8:19-21; atau dr RUybs

Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus Tuhan. Segala informasi yang disajikan bagi kita di era digital ini hampir tidak terbatas lagi. Semua yang baik dan yang buruk sekalipun dipertontonkan dan disebarluaskan termasuk tindak kekerasan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Ada pekerja di salah satu restoran yang belum tuntus menjelaskan duduk persoalannya sudah mendapat tamparan dari lawan bicaranya. Ada yang baru saja menyampaikan permohonan maafnya karena tidak sengaja menabrak kendaraan orang lain dan berusaha untuk menjelaskan bahkan bersedia mengganti segala kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan malah ditendang dan menyebabkannya celaka.

Hari ini dalam Injil Lukas, Yesus menegaskan kepada setiap orang yang menjadi pengikut-Nya, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya”. Mari kita fokus pada kata kerja ‘mendengarkan’ yang menjadi penekanan utama dari Yesus sebagai standar jikalah mau menjadi saudara-Nya. Sejak kecil saya selalu mendengar isi khotbah dari pastor maupun para katekis yang selalu menekankan pentingnya menjadi pendengar Sabda dan pelaku Sabda. Di sini Yesus menekankan agar selalu ‘mendengarkan’ Sabda Allah dan bukan hanya sekadar ‘mendengar’ saja. Mendengar dalam arti bahasa Indonesia adalah aktivitas menangkap bunyi baik itu bunyi bahasa maupun non bahasa dan dilakukan dengan tidak sengaja. Sedangkan mendengarkan adalah kegiatan semacam menangkap bunyi dengan cara bersungguh-sungguh dan dilakukan dengan cara sengaja. Mendengarkan lebih memiliki makna yang lebih mendalam karena mengandaikan adanya kemampuan untuk fokus ke pembicara, mengerti pesan yang disampaikan, dan memahami informasi dan menanggapi pesan yang disampaikan dengan keseriusan. Ketika kita sudah sudi untuk mendengarkan ada investasi nilai yang telah kita bangun yaitu menyiapkan waktu untuk mendengarkan, kita memberi hormat pada lawan bicara, dan yang lebih dalam dari itu, kita memberi hati bagi lawan bicara kita untuk memahami dan menangkap apa yang diucapkannya.

Di era digital ini, mau tidak mau kita dipaksa masuk dalam sebuah sistem yang serba cepat, tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi dan akhirnya membuat kita semakin sibuk dengan urusan-urusan duniawi. Dalam situasi ini, bahkan untuk memberi waktu mendengarkan orang lain lebih lama dan lebih dalam sudah semakin sulit. Apalagi untuk duduk mendengarkan Sabda Allah setiap harinya. Pada bulan ini yang menjadi Bulan Kitab Suci Nasional, kita kembali diajak untuk memberi porsi waktu yang lebih besar untuk mendengarkan Sabda Allah. Dengan waktu ini, kita diajak untuk lebih fokus apa yang mau dikatakan oleh Pembicara yaitu Allah sendiri kepada kita dan pesan apa yang mau disampaikan-Nya kepada kita. Jika Yesus menegaskan kembali kepada kita untuk mendengarkan Sabda Allah, itu berarti Yesus mau mengatakan kepada kita, betapa rindu-Nya Allah ingin berbicara dengan kita. Bagaimana caranya agar kita mampu mendengarkan suara-Nya? Sediakanlah waktu setiap hari, mulailah dalam doa, bacalah Sabda Tuhan dan cobalah beri waktu sejenak untuk merenungkan apa yang Tuhan kehendaki dalam diri kita masing-masing. Dengan memberi waktu sejenak untuk mendengarkan Sabda-Nya kita tidak hanya diberi tempat istimewa dan diakui sebagai bagian dari keluarga Allah tetapi kita pun akhirnya bisa belajar memahami perasaan dan kebutuhan-kebutuhan sesama kita.

Kembali ke persoalan di atas tentang begitu mudahnya orang lain melakukan tindak kekerasan kepada sesamanya manusia. Banyak dari kita yang tidak lagi memberi kesempatan orang lain untuk didengarkan dan berbicara mengungkapkan duduk persoalan. Mungkin inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa orang-orang begitu mudahnya marah terhadap orang lain atau salah paham terhadap beberapa persoalan. Maka belajar mendengarkan bisa menjadi salah satu keutamaan untuk membangun kebiasaan memahami orang lain dan menghormati lawan bicara.

(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati

Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.

Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai

Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s