Renungan Harian Misioner
HARI MINGGU BIASA XXVI, 25 September 2022
Am 6:1a,4-7; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31
Satu lagi cerita terkenal dari penginjil Lukas. Seorang kaya vs seorang miskin, hidup di dunia kini dan dunia nanti. Kontras keduanya dilukiskan dengan tajam. Si kaya berpakaian halus dan berjubah ungu, si miskin berbalutkan borok bau. Si kaya berpesta-pora dengan sesama hartawan, si miskin bersama anjing-anjing yang ‘berpesta’ dengan luka-lukanya. Si kaya-terbekati berada di dalam rumah, si najis-terkutuk tergeletak di gerbangnya. Gerbang mustinya menjadi peluang dan kesempatan, untuk berbagi dan mengundang sesama masuk rumah. Akan tetapi, keduanya terpaku pada tempatnya. Tidak satupun kata tegur-sapa apalagi uluran tangan. Hanya ada kerinduan si miskin akan remah yang jatuh dari meja si kaya. Kerinduan yang tak terkabulkan!Tetapi, cerita ini juga punya kejutan: si miskin di beri nama, si kaya tidak. Si miskin hanya punya nama, meski tidak punya apa-apa. Lazarus berarti “Allah menolong”, pratanda akhir hidupnya yang bahagia. Sebaliknya, si kaya tidak punya nama meski ia punya segalanya. Itu pratanda nasib akhirnya yang hampa, bahkan setetes airpun tidak akan ia punya!
Saat wafat, tempat keduanya ditentukan pihak lain. Nasib mereka tidak lagi di tangan sendiri. Lazarus mati dan diangkat para malaikat, Si kayapun mati dan dikuburkan orang. Lazarus naik ke pangkuan Abraham, si kaya turun ke dalam kuburan. Sekarang, jurang antar-keduanya sudah amat lebar dan tak lagi dapat dijembatani. Nasib akhir keduanya sudah definitif: Lazarus menjadi tamu terhormat dalam jamuan abadi, sedangkan si kaya menderita di alam maut. Baru sekarang mata si kaya terbuka dan melihat Lazarus. Selagi hidup, matanya tertutup untuk membantu. Setelah wafat, matanya terbuka untuk meminta tolong. Tetapi, ia hanya menyapa Abraham. Baginya, Lazarus tetap saja si miskin dan suruhan.
Jawaban Abraham menegaskan dua hal kepada si Kaya, juga kepada kita. Pertama, hanya di dunia inilah ada peluang dan kesempatan untuk membantu sesama. Di dunia inilah ada kesempatan untuk membuka pintu hati bagi sesama yang menderita. Di dunia inilah ada peluang untuk membuka pintu rumah untuk berbagi dengan mereka yang papa. Lalai membuka pintu dan menjembatani jarak kini dan di sini, pasti akan melebarkan jarak kita dengan perjamuan abadi nanti. Maka, selagi ada waktu: perbaikilah jarak antar-kita di sini, sebab di hidup nanti jarak itu ditetapkan oleh Yang Lain. Di sana, tidak ada negosiasi lagi, jarak itu abadi, tidak terjembatani!
Kedua, tidak perlulah mukjizat untuk bersikap adil dan menjembatani jurang kaya-miskin di dunia ini. Tidak perlu warta dan pesan dari seorang yang bangkit dari mati. Yang diperlukan hanyalah kepekaan dan mata yang terbuka, untuk melihat ke luar dari zona nyaman dan egoisme kita. Kepekaan itu harus terus diasah dengan berpedoman pada seruan-seruan keadilan dalam Kitab Suci, seperti yang diwariskan oleh Musa dan para Nabi, dan terutama oleh pesan-pesan keadilan Tuhan sendiri.
(Hortensio Mandaru – Lembaga Alkitab Indonesia Jakarta)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Penghapusan hukuman mati
Kita berdoa semoga hukuman mati yang melawan martabat manusia, secara resmi dapat dihapus di semua negara.
Ujud Gereja Indonesia: Menghindari ketergantungan pada gawai
Kita berdoa semoga dengan sadar kita semua menghindari ketergantungan pada gawai secara berlebihan.
Amin