Bertepatan dengan perayaan Minggu Misi ke-96, tanggal 23 Oktober 2022 lalu, Keuskupan Tanjung Selor menggelar acara Penutupan Tahun Solidaritas Misi 2021-2022 di Paroki St. Paulus Tideng Pale. Tahun solidaritas misi di Keuskupan Tanjung Selor sudah memasuki tahun ke-3. Intensi dasarnya adalah membantu animasi misi di keuskupan melalui kirab salib.

Kirab sebagai sarana membangkitkan kesadaran bahwa kita semua adalah misionaris. Seperti yang ditekankan Bapa Paus Fransiskus dalam pesannya untuk Minggu Misi Sedunia ke-96: “Gereja pada hakikatnya adalah misioner”. Melalui kirab salib dan berbagai devosi yang menyertainya, kesadaran misioner ditumbuhkan. Selain itu salib misi juga membangkitkan kesalehan populer, yaitu ungkapan iman yang diungkapkan secara populer.

Selama satu tahun, salib misi diarak dari paroki berpindah ke setiap stasi yang ada. Salib akan kembali ke paroki pada penutupan Tahun Solidaritas Misi, untuk kemudian diserahkan ke paroki lain yang terpilih untuk meneruskan perayaan Tahun Solidaritas Misi selanjutnya. Selama berada di stasi, umat berdoa bersama di depan salib setiap hari.
Mengapa harus merayakan Tahun Solidaritas Misi?
Kirab salib ini dimulai tahun 2019 untuk memperingati 100 tahun ensiklik misi Paus Benekdiktus XV: Maximum Illud. Bagi Bapa Uskup seruan Bapa Paus untuk merayakan bulan misi sebulan penuh tidaklah cukup. Jarak antar paroki di Keuskupan Tanjung Selor jauh, sehingga tidaklah mungkin dokumen dapat direnungkan oleh semua paroki dalam waktu sesingkat itu. Maka Bapa Uskup menetapkan Tahun Solidaritas Misi agar diadakan selama setahun penuh di sebuah paroki. Lalu akan diteruskan ke paroki lainnya di tahun berikutnya.

Unsur lain dari Tahun Solidaritas Misi, seperti yang tahun ini ditekankan Paus dalam pesannya, “Misi bukanlah urusan pribadi.” Paroki dan Imam perlu terbuka melihat apa yang bisa dikerjakan bersama di bawah pimpinan Uskup. Diharapkan bahwa semua dapat melaksanakan misi bersama, yang terlihat melalui doa-doa bersama (se-keuskupan) yang dikhususkan untuk Paroki yang bertugas, yang didaraskan sepanjang tahun (doa Tahun Solidaritas Misi). Selain doa, ada dukungan finansial untuk mengungkapkan solidaritas, yang mana paroki terpilih tempat pengadaan Tahun Solidaritas Misi akan mendapatkan dukungan bantuan dari paroki-paroki lain.
Dukungan juga didapatkan secara pastoral, yaitu dalam hal katekese, kegiatan komisi-komisi dan kategorial, diharapkan membantu menganimasi paroki yang sedang bertugas. Diadakan juga bakti sosial, pelayanan-pelayanan sosial, pemeliharaan alam/lingkungan, misalnya penanaman pohon.

Momen ini juga menjadi momen kerjasama dengan pemerintah daerah dan masyarakat umum, yang mana ikut mengambil bagian dalam kegiatan sosial yang dilakukan, bahkan ikut serta untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan.
Sementara itu dari sisi budaya, salib misi disambut dan dirayakan melalui perarakan dan doa di hadapan salib. Melalui inkulturasi budaya, salib diterima dengan pakaian, atribut dan tarian daerah. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program keuskupan ini adalah menimbulkan antusiasme umat ikut menjadi bagian dari keseluruhan misi.

Bakti Sosial Jelang Penutupan Tahun Solidaritas Misi 2021-2022
Bakti sosial diadakan hari Sabtu, 22 Oktober 2022 di Paroki St. Paulus Tideng Pale. Kegiatan didukung oleh tenaga medis se-Kaltara dan Berau, temasuk dokter-dokter yang tergabung dalam Perdhaki (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia). Ada sekitar 60-an tenaga medis yang melayani 456 pasien. Selain pengobatan gratis juga diadakan donor darah, pemberian vaksin dan pembagian kacamata yang merupakan sumbangan donatur.






Esoknya Minggu, 23 Oktober 2022, puncak Penutup Tahun Solidaritas Misi sekaligus juga merupakan Hari Minggu Misi Sedunia ke -96 dirayakan dengan Ekaristi. Misa konselebrasi dipimpin oleh Bapa Uskup Mgr. DR. Paulinus Yan Olla, MSF bersama delapan imam Keuskupan Tanjung Selor, dan dua imam dari India. Umat yang hadir tampak mengenakan berbagai macam pakaian daerah. Seperti yang kita ketahui bersama, umat di Kaltara terdiri dari berbagai suku dan daerah.






Setelah perayaan Ekaristi, Bapa Uskup memukul gong penanda ditutupnya Tahun Solidaritas Misi 2021-2022. Salib misi lalu diserahkan kepada Pastor Paroki Mara Satu Sungai Kayan, RD. Bernardus Moi. Paroki ini menjadi tempat pelaksanaan Tahun Solidaritas Misi 2022-2023.
Pemda Ikut Menunjukkan Solidaritas
Ramah tamah diadakan di halaman Gereja. Tampak hadir pemerintah daerah di antara para undangan, antara lain: Bapak Bupati Kabupaten Tana Tidung, Ibrahim Ali, A.Md; Bapak Wakil Ketua dan anggota DPRD Kabupaten Tanah Tidung, Komandan KODIM, Ketua Penggerak PKK (istri Bupati).
Bapa Uskup dalam sambutannya mengatakan Tahun Solidaritas misi adalah pertama-tama suatu kegiatan rohani, tetapi yang menimbulkan solidaritas dari berbagai pihak, terutama melibatkan berbagai kalangan termasuk pemerintah dan semua kalangan di luar Gereja Katolik. Solidaritas ini juga menjangkau dunia dengan kehadiran dua orang misionaris dari india, yaitu: Pastor Xavier Lourdh, PIME (Anggota Dewan Jenderal di Milan) dan John, PIME (Rektor Seminari di India). PIME – Pontifical Institute for Foreign Missions adalah Institut Kepausan bagi misi luar negeri, yang berada di 18 negara. Misi mereka adalah datang ke suatu keuskupan, membantu di tempat-tempat yang paling sulit dan ketika Gereja telah jadi, mereka akan menyerahkannya kembali kepada keuskupan, dan pergi ke tempat lain. Bapa Uskup meminta umat berdoa semoga mereka kembali, karena Bapa Uskup telah menawarkan daerah Apau Kayan sebagai tempat berkarya bagi mereka.




Dalam sambutannya, mengenai solidaritas umat beragama Bapak Bupati mengatakan bahwa solidaritas seorang pemimpin atau kepala daerah dibutuhkan, maka kehadirannya pada acara penutupan Tahun Solidaritas Misi 2021-2022 merupakan bentuk solidaritas sebagai sesama umat beragama. Di kesempatan itu Bapak Bupati juga menyampaikan berita gembira, yaitu pembangunan Gereja St. Paulus Tideng Pale yang telah dijanjikan sebelumnya akan dimulai tahun ini, dengan dana yang dianggarkan sebesar enam milyar rupiah.
Malam itu juga salib misi diarak ke Paroki St. Petrus Mara Satu, di mana umat telah menanti dengan antusias. Penyambutan tampak meriah dengan tari-tarian dan lilin untuk menerangi kedatangan salib.
Pembukaan Tahun Solidaritas Misi 2022-2023
Jumat, 28 Oktober 2022 rombongan keuskupan disambut di Paroki St. Petrus Mara Satu. Kedatangan rombongan yang terdiri dari Bapa Uskup, Sekretaris Keuskupan, Diakon, Bruder, dan para Suster dari berbagai kongregasi adalah untuk meresmikan pembukaan Tahun Solidaritas Misi 2022-2023 melalui perayaan Ekaristi bersama seluruh umat.







Penyambutan dilakukan meriah dengan tarian khas Dayak oleh para remaja. Barisan umat berjejer di sepanjang jalan hingga mendekati aula tempat berkumpul. Umat di paroki ini sebagian besar berasal dari suku Dayak Kayan. Menurut Pastor Paroki, hampir seluruh umat memiliki hubungan kekerabatan. Rombongan diajak menari bersama di aula sebelum dijamu.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Bapa Uskup Mgr. DR. Paulinus Yan Olla, MSF, bersama konselebran: RP. Agus Maming, MSC (Sekretaris Keuskupan) dan RD. Bernardus Moi (Pastor Paroki St. Petrus Mara Satu).







Romo Bernard, yang merupakan imam muda dari suku Dayak Agabak itu di awal perayaan menyampaikan poin penting tahun Solidaritas Misi yang akan dibuka, yaitu: mewartakan dalam kata dan kesaksian, serta siap melayani sesama dengan semangat cinta dan pengorbanan.
Umat Yang Guyub Cermin Solidaritas
Bapa Uskup senang bahwa umat di tempat itu menghayati persaudaraan. Dalam sebuah diskusi untuk acara pernikahan di tempat itu, Bapa Uskup mendengar semua umat dilibatkan. Mulai dari siapa yang akan ikut koor, siapa yang akan melatih misdinar, siapa yang akan mengumpulkan kayu api, sampai siapa yang akan membuat kopi. Hampir semua umat mendapatkan bagian dan peran. Itu adalah tanda bahwa di antara umat ada persaudaraan dan kekerabatan. Keterlibatan yang menyatukan umat. Bapa Uskup mengatakan inilah contoh dan bentuk solidaritas. “Kita mengambil bagian di dalam kegembiraan, di dalam pekerjaan yag kita alami bersama, maupun juga di dalam kesulitan.”

Hal Yang Dikritisi Bapa Uskup
Menurut Bapa Uskup, hal inilah yang belum beliau temukan terjadi di Keuskupan Tanjung Selor. Banyak paroki yang merasa kaya tidak peduli pada paroki-paroki yang kurang mampu. Beliau berkata, “Kita ingin menjadikan semua paroki di keuskupan ini bersaudara. Kirab Salib misi menjadi suatu tanda bahwa kita ini adalah pengikut Yesus Kristus, bahwa kita menjadi Katolik juga karena orang lain. Dulu kita menerima pewartaan Injil dari para misionaris asing yang datang di Kalimantan.”
Mengenai salib misi, Bapa Uskup menjelaskan: Gereja memiliki satu-satunya kekayaan yang bisa ditawarkan, yaitu salib Yesus Kristus. Jika orang Kristiani merenungkan salib maka mereka akan menemukan bahwa Tuhan sangat mencintai mereka. Misi gereja adalah pewartaan Injil, yang berkembang karena kehadiran Roh Kudus. Dan sejarah membuktikan bahwa sering kali Roh Kudus hadir melalui orang-orang biasa (umat).
Himbauan Bapa Uskup untuk paroki-paroki lainnya
Menutup homilinya, Bapa Uskup berpesan, “Dengan beredarnya salib untuk menandakan Tahun Solidaritas Misi, kita berharap bahwa paroki-paroki lain berusaha untuk ambil bagian dalam misi dan tantangan-tantangannya yang dihadapi umat di Paroki St. Petrus Mara Satu. Bukan untuk menggantikan tanggung jawab Paroki mara Satu, tetapi lebih pada mendoakan dan memberikan bantuan-bantuan yang diperlukan.”

Kebersamaan Yang Sederhana Namun Hangat
Selesai misa, semua tamu dan umat berkumpul di aula untuk makan bersama. Ada hal menarik yang terlihat di antara umat. Ibu-ibu menenteng tas keranjang, yang isinya nasi putih yang telah dibungkus rapi. Menurut pengakuan mereka, sudah menjadi kebiasaan datang ke acara atau perayaan, kecuali pernikahan, dengan membawa nasi sendiri dari rumah masing-masing. Mereka hanya mengambil lauk yang disediakan di acara. Sementara itu anak-anak duduk rapi di tempat yang telah ditentukan. Masing-masing telah disediakan kantong berisi nasi dan lauk. Mereka tampak tertib, makan dengan gembira sambil menonton acara yang disajikan.

Ketika pulang seperti saat penyambutan, mulai dari pintu keluar aula umat berjejer sepanjang jalan. Bapa Uskup dan rombongan menyalami umat satu persatu sebelum pulang kembali ke Tanjung Selor.
(Angel – Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia)