Renungan Harian Misioner
Jumat Biasa XXXII, 11 November 2022
P. S. Martinus dr Tours
2Yoh. 4-9; Mzm. 119:1,2,10,11,17,18; Luk. 17:26-37; atau dr RUybs
Pembaca RenHar KKI yang terkasih: Shalom!
Sejalan dengan Tahun Liturgi yang mendekati akhir, Firman Tuhan mengundang kita untuk merenungkan hari kedatangan Anak Manusia. Hari itu bisa menjadi saat keselamatan atau menjadi saat penghukuman. Kemungkinan mana yang berlaku bagi kita, tergantung bagaimana kita mengelola hubungan kita dengan Allah dan sesama pada saat kita masih berada di dunia ini!
Situasi hidup yang harus dikelola
Sebelum “hari kedatangan Anak Manusia” Tuhan kita Yesus Kristus dalam Injil Lukas memberikan dua situasi hidup yang perlu kita perhitungkan, yaitu situasi hidup di Zaman Nuh dan di Zaman Lot. Mayoritas orang di kedua zaman itu berada dalam situasi yang sama: fokus pada urusan hidup duniawi, sama sekali tidak ada ruang dan waktu untuk hal-hal yang terkait dengan Tuhan Allah. Dikatakan bahwa, “mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, …mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun” (Luk. 17: 27-28).
Kecuali keluarga Nuh dan Lot, semua orang lainnya tenggelam sepenuhnya dalam urusan hidup duniawi: makan-minum, jual-beli, kawain dan dikawinkan. Begitu sibuknya hingga ketika hari Kedatangan Anak Manusia itu tiba, mereka tidak siap. Berbeda dengan Nuh dan Lot yang bertahan dalam iman dan kesetiaan serta penyerahan diri sepenuhnya untuk hidup menurut hukum Tuhan. Karena itulah ketika saat kedatangan itu tiba, Nuh dan Lot lolos dari murka Tuhan!
Hidup dalam kasih: resep untuk menyambut Hari Kedatangan Anak Manusia!
Pengalaman Nuh dan Lot menunjukkan bahwa mereka yang “lolos” dari air bah maupun hujan belerang itu adalah mereka yang mempunyai hubungan dengan Tuhan, dan hidup menurut hukum-hukumnya. Daud dalam Mazmur Tanggapan, menggambarkan orang-orang seperti Nuh dan Lot sebagai “orang-orang yang berbahagia” (Mzm. 119:1.2.10.11. 17.18). Cukup jelas dan tegas bahwa kunci kebahagiaan ditentukan oleh apakah seseorang terhubung dengan Tuhan Allah atau tidak.
Rasul Yohanes dalam suratnya menegaskan bahwa hubungan dengan Allah yang menjadi kunci kebahagiaan dan keselamatan, tidak hanya sekadar klaim atau pengakuan sepihak saja. Ada dua poin yang ditegaskan Yohanes, terkait dengan orang-orang yang mempunyai kunci kebahagiaan dan keselamatan ini. Pertama, mereka adalah orang-orang yang, “hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa” (2Yoh. 4). Kedua, mereka adalah orang-orang yang hidup di dalam kasih. “Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya” (2Yoh. 6).
Sebuah contoh dari pengalaman hidup Santo Martinus dari Tours
Martinus lahir tahun 316 dalam keluarga yang belum mengenal Yesus. Sebelum dibaptis, ia adalah seorang tentara Romawi. Pada tahun 360 Martinus bergabung dalam Komunitas Santo Hilarius di Poitiers dan mendirikan biara pertama di Gaul, Liguge. Pada tahun 372 Martinus dipilih menjadi Uskup di Tours. Martinus mengabdikan dirinya untuk memperkenalkan hidup membiara di daerah Gaul.
Martinus mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus secara khusus, suatu pengalaman yang membuatnya menutuskan untuk menjadi pengikut Kristus. Kisah pertobatannnya ini berawal dari “sebuah tindakan kasih yang dia lakukan.”
Berikut ini kisahnya (https://www.parokiweleri.org/p/santo-martinus-dari-tours-uskup-dan.html): “Dalam suatu perjalanan dinas ke kota Amiens, pada musim dingin tahun itu, Martinus berpapasan dengan seorang pengemis malang yang sedang kedinginan di pintu gerbang kota. Pengemis itu mengulurkan tangannya meminta sesuatu dari padanya. Kasihan ia tidak membawa uang se-sen pun pada waktu itu. Apa yang dilakukannya? Tergerak oleh belas kasihannya yang besar pada pengemis malang itu, ia segera menghunus pedangnya dan membelah mantelnya yang indah itu: sebagian untuk dia dan sebagian diberikan kepada pengemis itu. Ketika memasuki kota Amiens, banyak orang menertawakan dia karena mantelnya yang aneh itu.
Pada malam itu juga, Yesus bersama sejumlah malaikat Allah menampakkan diri kepadanya. Dalam penglihatan itu Martinus melihat Yesus mengenakan mantel setengah potong yang sama dengan bagian mantel yang diberikan kepada pengemis malang tadi. Kepada para malaikat itu Yesus berkata: “Martin, seorang katekumen memberikan Aku mantel ini.” Tak lama kemudian ia dipermandikan dan segera mengajukan permohonan pengunduran diri dari dinas ketentaraan. Kepada atasannya ia berkata: “Saya ini tentara Kristus, karena itu saya tidak boleh berperang.” Atasannya dan perwira-perwira lainnya mencerca dan menuduhnya pengecut. Tetapi dengan tegas Martinus menjawab: “Saya berani pergi berperang dan bersedia berdiri di front terdepan tanpa membawa sepucuk senjata pun.” Akhirnya permohonannya dikabulkan dan ia secara resmi berhenti dari dinas militer Romawi.
Demikian, sebuah tindakan kasih mempertemukan Martin dengan Tuhan kita Yesus Kristus sendiri. Karena itu, mari melakukan tindakan kasih, terutama kepada orang-orang yang sangat membutuhkannya. Amin!
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Anak-anak yang menderita
Kita berdoa untuk anak-anak yang menderita, terutama tuna wisma, yatim piatu, dan korban perang; semoga mereka mendapat jaminan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan merasakan kehangatan kekeluargaan.
Ujud Gereja Indonesia: Mengenang mereka yang meninggal karena Covid-19
Kita berdoa untuk mereka yang meninggal karena Covid 19, semoga Tuhan menganugerahkan belas kasih-Nya pada mereka, dan arwah mereka beristirahat dalam ketentraman kekal.
Amin