Renungan Harian Misioner
Jumat, 18 November 2022
Pemberkatan Gereja-Gereja Basilik S. Petrus dan S. Paulus
Why. 10:8-11; Mzm. 119:14,24,72,103,111,131; Luk. 19:45-48
Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, bacaan Injil hari ini menampilkan kisah heroik. Yesus seorang diri mengusir para pedagang di sekitar Bait Allah. Ia berkata, “Ada tertulis: Rumahku adalah rumah doa. Tetapi kalian telah menjadikannya sarang penyamun!” (Lukas 19:46). Dalam beberapa kesempatan ke luar kota mengikuti berbagai pertemuan, saya pernah mengikuti perayaan Ekaristi bersama umat dan ikut duduk di kursi bagian belakang. Saya memperhatikan ada orang-orang yang membuka gadget mereka sebelum, selama dan sesudah perayaan Ekaristi. Tidak banyak yang terlihat duduk berdoa dan menggunakan kesempatan untuk hening di hadapan Tuhan sebelum Ekaristi dimulai. Bahkan banyak yang membuka handphone pada saat misa sedang berlangsung khususnya pada saat homili. Entah mengapa, pada saat saya melihat fenomena ini saya teringat pada kisah Yesus yang mengusir para pedagang di sekitar Bait Allah. Bisa jadi Yesus juga marah melihat fenomena ini dan mengusir kita satu persatu, di mana peran penyamun telah digantikan dengan handphone kita masing-masing. Handphone kita telah merampas waktu kita bersama dengan Tuhan bahkan ketika kita sudah berada di dalam Rumah Kudus-Nya.
Mengapa Yesus begitu marah dengan para pedagang ini? Kalau kita memperhatikan dari keempat Injil ada beberapa cara Yesus mengusir para pedagang di Bait Allah ini. Pertama, Yesus mengusir dengan membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (Mat. 21:12; Mrk. 11:15). Kedua, Yesus membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing dan domba dan lembu mereka (Yoh. 2:15). Bait Allah dibangun tentu dengan suatu maksud yaitu menjadi suatu tempat khusus bagi kehadiran Allah secara istimewa. Bait Allah sebagai medan perjumpaan Allah bersama dengan umat-Nya. Maka tindakan Yesus ini tidak lain adalah ingin menyucikan dan mengembalikan fungsi Bait Allah yang seharusnya menjadi rumah Doa dan tempat perjumpaan umat dengan Allah yang disembah dan dimuliakan.
Saudara-saudariku yang dikasihi Tuhan, waktu bersama dengan Allah adalah saat-saat yang istimewa. Apalagi ketika bersama-sama dengan umat lain datang ke Gereja untuk memuji Tuhan dan mendengarkan Firman-Nya. Jangan sampai waktu bersama dengan Tuhan dalam Rumah-Nya yang Kudus telah kita cemarkan dalam hal-hal kecil yang tidak kita sadari, yang bukan hanya mengganggu diri kita tetapi juga dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain yang berada di sekitar kita. Seperti kesaksian Yohanes dalam kitab Wahyu hari ini, bahwa Firman Tuhan sungguh dirasakan manis seperti madu di dalam mulutnya ketika Firman-Nya diterima dan dinikmati dengan penuh sukacita. Namun Firman Tuhan tidak mudah untuk dijalani dan terasa pahit ketika diperlawankan dengan dosa dan penolakan. Kita tidak perlu menunggu Tuhan membuat cambuk bagi kita dan menegur kita masing-masing karena tidak menjadikan Rumah-Nya sebagai tempat perjumpaan yang layak. Kita bisa memulainya dengan hal yang sederhana walaupun mungkin dirasakan berat pada sebagian orang, yaitu dengan tidak membuka handphone di tengah Misa yang sedang berlangsung. Kita adalah Bait Allah yang Kudus, tempat di mana Allah dapat bersemayam mendengarkan seruan doa permohonan dan pertobatan umat-Nya.
(RD. Hendrik Palimbo – Dosen STIKPAR Toraja, Keuskupan Agung Makassar)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Anak-anak yang menderita
Kita berdoa untuk anak-anak yang menderita, terutama tuna wisma, yatim piatu, dan korban perang; semoga mereka mendapat jaminan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan merasakan kehangatan kekeluargaan.
Ujud Gereja Indonesia: Mengenang mereka yang meninggal karena Covid-19
Kita berdoa untuk mereka yang meninggal karena Covid 19, semoga Tuhan menganugerahkan belas kasih-Nya pada mereka, dan arwah mereka beristirahat dalam ketentraman kekal.
Amin