Renungan Harian Misioner
Kamis Pekan Adven II, 08 Desember 2022
HARI RAYA SP. MARIA DIKANDUNG TANPA NODA
Kej. 3:9-15,20; Mzm. 98:1,2-3ab,3bc-4; Ef. 1:3-6,11-12; Luk. 1:26-38
Bunda kita tercinta di dunia ini, pastilah kita pandang dengan pujian tanpa habis: penuh kasih pada anak-anaknya, rapi di hati, ramah serba berkah, tidak henti-hentinya sayang kepada kita anak-anaknya. Maria, Bunda Yesus, dipandang oleh para peserta Konsili dari Vatikan II, Pius IX di abad 19, Konsili Ephesus dan semua Rasul Yesus. Maka di Salib, Tuhan Yesus bersabda: “Itulah Ibumu!” dan juga “Itulah anakmu” (Yoh. 19:26.27). Sebelum itu, Alkitab sudah menubuatkan peran “Perempuan dalam penyelamatan”.
Kejadian 3:9-15.20: Allah Mahabijaksana dengan menciptakan manusia. Allah juga Maharahim, sehingga berkenan menyapa Adam dan Hawa yang telah melakukan dosa, melanggar pesan Allah. Betapa berat pun bagi Adam-Hawa untuk bertobat, Allah sudah sangat dini menjanjikan Penyelamatan: “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dengan perempuan ini, …keturunanmu dan keturunannya…” Penebusan sudah dijanjikan, sejarah menunjukkannya.
Efesus 1:3-6.11-12 memperlihatkan bagaimana Rasul Paulus mengerti sangat baik, bagaimana Allah begitu mencintai manusia dan menjanjikan pengampunan, “Supaya kita kudus… dalam pengantaraan Yesus Kristus…” Sang Putra ini akan membawa penebusan. Jalan yang dipilihnya adalah “merahmati Perawan Maria dari Nasaret….” dan “menyatu dengan manusia pendosa…” Pantaslah kita memuliakan-Nya karena memberikan kerahiman-Nya tanpa kurang. Sebenarnya, di sini kita sudah dapat merasakan bahwa Maria, Jalan Murni penebusan, pasti amat bersih dari noda apa pun. Bila tidak, tidaklah mungkin ia diserahi Sang Putra seutuhnya.
Refeksi kita: maukah kita jadi anak Maria? Juga membuka diri untuk dimurnikan oleh Allah?
Lukas 1:26-38 menguatkan kita, di samping Bunda Maria. Sebab, Gabriel diutus sebagai Malaikat, untuk menegaskan bahwa Puteri Nasaret ini “penuh rahmat”. Artinya, ia seutuhnya dipenuhi Roh Kudus. Oleh sebab itu, Konsili Ephesus (431) menyebut Bunda Maria, Ibu Tuhan dan menjunjung tinggi penghormatannya. Kemudian pada 8 Desember 1854 Paus Pius IX, dengan Bulla Ineffabilis Deus, menyatakan sebagai Ajaran Resmi Gereja: “Santa Maria terkandung tanpa noda dosa asal”. Setiap tahun, tanggal 8 Desember ajaran itu dirayakan di seluruh Gereja Katolik Roma. Semakin banyak Gereja lain juga memegang teguh dogma tersebut. Tidak sedikit, Tarekat Imam, Suster dan Bruder maupun persekutuan awam, yang secara terbuka dan meriah merayakan Santa Maria Terkandung Tanpa Noda sebagai pelindung mereka. Kemudian, 1 November 1950, dengan Munificentissimus Deus, Paus Pius XII menetapkan sebagai dogma: Maria diangkat ke surga, karena kesatuannya dengan Sang Putra. Pada Konsili Vatikan II, para peserta meresmikan Bunda Maria, sebagai bagian Gereja yang dimuliakan di surga. Dengan demikian, Gereja diundang untuk menghormati Bunda Maria dengan sepenuh hati.
Marilah kita berdoa: “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu….”
(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Sukarelawan dari Organisasi yang tidak mencari keuntungan
Kita berdoa semoga organisasi-organisasi yang tidak mencari keuntungan yang berkomitmen pada perkembangan kemanusiaan dapat menemukan orang-orang yang berdedikasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan tidak mengenal lelah mencari jalan untuk menjalin kerja sama internasional.
Ujud Gereja Indonesia: Memupuk sikap moderat
Kita berdoa, semoga Gereja membangun dan memupuk sikap moderat dan toleran bagi umatnya sendiri, sambil terus waspada terhadap bahaya fundamentalisme dan radikalisme baik yang ada di luar maupun di dalam Gereja sendiri.
Amin