Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Adven II, 07 Desember 2022
P. S. Ambrosius
Yes. 40:25-31; Mzm. 103:1-2,3-4,8,10; Mat. 11:28-30; atau dr RUybs
Kuk adalah sebuah kayu agak lengkung, yang biasanya diletakkan di atas pundak kerbau. Dalam Bahasa Kitab Suci, kuk digunakan secara simbolis untuk “Hukum Taurat”. Orang-orang Israel tentu sangat paham dengan istilah ini. Kalau dirinci lebih dalam, Hukum Taurat diterjemahkan ke dalam ratusan aturan yang sangat membebani hidup manusia itu sendiri. Hukum ini pun sangat lahiriah sifatnya. Siapa sanggup hidup dalam tuntutan Hukum Taurat ini? Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi pun tidak sanggup memenuhi hukum ini. Tidak heran jika Yesus mengecam mereka: “Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya” (Mat.23:4).
Mungkin kita bertanya mengapa Yesus ingin para murid-Nya mengenakan kuk yang dipasang-Nya? Maksud-Nya adalah agar para murid-Nya mengikuti apa yang telah dilakukan-Nya. Yesus telah meringkas kembali hukum Taurat beserta aturan-aturannya menjadi Hukum Kasih: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia. Hukum kasih yang diajarkan Yesus tidak bertentangan dengan dengan Hukum Taurat. Ia sendiri berkata bahwa satu iota atau satu titik pun tidak akan dihapus dari Hukum Taurat. Ia telah menggenapi hukum Taurat itu sendiri (Rm. 13:10).
Ketika Yesus memasang sendiri kuk itu di bahu para murid-Nya, tentu Ia mempunyai rencana yang indah. Kuk dapat berfungsi sebagai alat pengendali atau penjinak. Kerbau yang begitu liar dan ganas menjadi mudah dikendalikan ketika dipasangi kuk. Dengan mentaati ajaran-Nya, seseorang yang liar dan ganas dapat menjadi lebih tenang, lemah lembut dan rendah hati.
Kuk yang dipasang oleh Yesus itu ringan. Kuk menjadi ringan karena ada kasih. Kasih itu menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1Kor. 13:7).
Dalam hal kasih kepada Yesus, Paulus adalah sebuah teladan. Ia mengatakan: “Dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat”. Inilah sebuah pengakuan yang mengejutkan. Lebih mengejutkan lagi, ia mengatakan di kemudian hari bahwa apa yang telah diperjuangkannya dengan susah payah dalam hidupnya ternyata tidak sebanding dengan apa yang dilakukan oleh pengurbanan Yesus di kayu salib. Apa yang telah dianggap sebagai kebanggaan ternyata menjadi sampah karena pengenalannya akan Yesus Kristus.
Kasih semacam itu tidak ada duanya. Inilah kasih sejati, tidak lekang oleh zaman, tidak layu oleh waktu. Kasih sejati yang berasal dari sang Ilahi. Kasih tanpa batas. Ia tetap mengasihi sesamanya walau dibenci. Kehadiran para martir, orang-orang yang rela berkorban dan melakukan karya-karya karitatif merupakan tanda bahwa mereka telah mengasihi Kristus sendiri. Dunia sangat membutuhkan kasih ini, terlebih saat ini, ketika kita sedang mempersiapkan diri menyambut hari kelahiran-Nya.
(RP. Anton Rosari, SVD – Imam Keuskupan Bogor)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Sukarelawan dari Organisasi yang tidak mencari keuntungan
Kita berdoa semoga organisasi-organisasi yang tidak mencari keuntungan yang berkomitmen pada perkembangan kemanusiaan dapat menemukan orang-orang yang berdedikasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan tidak mengenal lelah mencari jalan untuk menjalin kerja sama internasional.
Ujud Gereja Indonesia: Memupuk sikap moderat
Kita berdoa, semoga Gereja membangun dan memupuk sikap moderat dan toleran bagi umatnya sendiri, sambil terus waspada terhadap bahaya fundamentalisme dan radikalisme baik yang ada di luar maupun di dalam Gereja sendiri.
Amin