Renungan Harian Misioner
Jumat Pekan Adven IV, 23 Desember 2022
P. S. Yohanes dr Kety
Mal. 3:1-4; 4:5-6; Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14; Luk. 1:57-66
Pembaca RenHar KKI yang terkasih: Shalom!
Hari-hari persiapan kita untuk menantikan peringatan kedatangan Tuhan pada Hari Natal segera akan berakhir dan penantian kita akan terus berlanjut untuk kedatangan-Nya yang kedua, yakni pada “Parousia”. Saat ini kita berada pada Hari Jumat Pekan IV Masa Adven Tahun Liturgi A/I tanggal 23 Desember 2022. Tinggal sehari lagi, perayaan peringatan kelahiran Tuhan kita Yesus Kritsus akan kita rayakan dalam Misa Malam Natal pada esok hari: Sabtu, 24 Desember 2022.
Pesan Firman Tuhan yang berulangkali kita dengar menjelang Natal ini, termasuk Bacaan Pertama hari ini, adalah “mempersiapkan jalan bagi Tuhan, yang segera akan datang memasuki bait-Nya” (Maleakhi 3:1). Pada hari ini dihadirkan juga dua tokoh yang lain, ‘yang sedang menantikan kelahiran anak mereka, yang diamanatkan untuk bertugas menyiapkan jalan bagi Tuhan, yang dinantikan itu, yakni Zakaria dan Elisabet’ (Lukas 1:57-66). Tema RenHar kita pada hari ini mengambil inspirasi dari pengalaman kedua tokoh ini, yakni tentang bagaimana keduanya mempersiapkan jalan bagi Tuhan dalam konteks kelahiran putra mereka, Yohanes. Dalam mempersiapkan jalan bagi Tuhan, kedua tokoh ini harus menentukan pilihan: apakah mengikuti adat-istiadat nenek moyang atau mengikuti kehendak Tuhan?
Tradisi memberi nama anak
Tentang tradisi memberi nama ini, kita membaca dalam injil, “Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakaria menurut nama bapanya” (Lukas 1:59).
Dalam pemberian nama ini, para tetangga dan sanak-saudara Zakaria dan Elisabet mengikuti tradisi nenek moyang, yaitu menurut nama ayahnya (Lukas 1:61). Namun Zakaria dan Elisabet memilih untuk tidak mengikuti tradisi nenek moyang tersebut. Mereka memilih untuk memberi nama anaknya sesuai dengan kebaikan yang dikerjakan Allah bagi mereka, yaitu memberikan Yohanes kepada mereka di masa tua mereka (Lukas 1: 11-17; 36-37).
Mempersiapkan Jalan Bagi Tuhan ala Zakaria dan Elisabet
Dikaitkan dengan seruan para nabi untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan, seruan yang sama yang kemudian disampaikan juga oleh Nabi Yesaya dan oleh Yohanes Pembaptis (Yesaya 40:3-5; Lukas 3: 4-6), pilihan Zakaria dan Elisabet adalah melepaskan tradisi pemberian nama anak menurut adat-istiadat nenek-moyang dan mengikuti arahan Firman Tuhan, (Lukas 1:13; 60. 63).
Dari sisi kondisi sosial-keagamaan umat Israel, cara yang dipilih Zakaria dan Elisabet untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan, dengan mengacu kepada arahan Firman-Nya dalam kasus pemberian nama anak ini, menunjukkan kondisi batin yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau menyambut kedatangan Tuhan, sesuai dengan nasehat Firman ini, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:20).
Menjadi Bait tempat kediaman Allah!
Bagi Zakaria dan Elisabet, Tuhan Allah telah memberikan kepada mereka keturunan, pada hari tua mereka (Lukas 1:36), maka tidak ada lagi alasan yang lebih kuat untuk mengikuti Firman Tuhan dengan konsekuensi bahwa hal-hal lain yang tidak sesuai dengan Firman dan kehendak Tuhan itu harus dilepaskan. Dilihat dalam terang Nubuatan Maleakhi tentang kedatangan Tuhan dan apa yang harus dipersiapkan umat-Nya, apa yang dilakukan oleh Zakaria dan Elisabet dalam peristiwa pemberian nama kepada Yohanes dalam Injil Lukas ini (Lukas 1:59-63) sesungguhnya adalah memberikan diri mereka untuk menjadi Bait, tempat diam Allah (Maleakhi 3:1). Elisabet menolak tawaran para tetangga dan sanak-saudaranya untuk memberi nama lain kepada anaknya, selain nama yang sudah diberikan Tuhan kepada suaminya, yaitu Yohanes (Lukas 1:60). Demikian juga, ketika diminta untuk mengkonfirmasi pilihan nama bagi anaknya, nama yang telah ditegaskan Elisabet, isterinya; Zakaria pun meminta batu tulis dan menuliskan nama yang diberikan Tuhan itu (Lukas 1:62-63).
Firman Tuhan tentang kelahiran anak pemberian Tuhan kepada Zakaria dan Elisabet, berikut tentang nama yang harus mereka berikan kepadanya, sungguh sudah berurat-akar dalam diri mereka, sehingga mereka berani menolak tradisi atau adat-istiadat nenek moyang mereka dalam hal memberi nama itu, dan memilih untuk taat-setia kepada Tuhan dan kehendak-Nya. Dalam hal inilah Zakaria dan Elisabet memenuhi nubuat Maleakhi, yakni memberikan diri menjadi Bait, tempat Tuhan datang dan masuk ke dalamnya (Maleakhi 3:1b).
Semoga persiapan Natal, yang telah kita lakukan selama empat pekan Adven ini, membawa kita kepada pemberian diri untuk menjadi Bait, tempat diam Allah, sesuai contoh hidup Zakaria dan Elisabet ini. Amin!
(RD. Marcel Gabriel – Imam Keuskupan Pangkalpinang)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Sukarelawan dari organisasi yang tidak mencari keuntungan
Kita berdoa semoga organisasi-organisasi yang tidak mencari keuntungan yang berkomitmen pada perkembangan kemanusiaan dapat menemukan orang-orang yang berdedikasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan tidak mengenal lelah mencari jalan untuk menjalin kerja sama internasional.
Ujud Gereja Indonesia: Memupuk sikap moderat
Kita berdoa, semoga Gereja membangun dan memupuk sikap moderat dan toleran bagi umatnya sendiri, sambil terus waspada terhadap bahaya fundamentalisme dan radikalisme baik yang ada di luar maupun di dalam Gereja sendiri.
Amin