Renungan Harian Misioner
Rabu, 11 Januari 2023
P. S. Aleksander
Ibr. 2:14-18; Mzm. 105:1-2, 3-4, 6-7, 8-9; Mrk. 1:29-39
Kisah dalam Injil kali ini adalah kisah pemberitaan Injil di Kapernaum dan daerah pedesaan Galilea. Kisah ini kurang lebih menggambarkan kegiatan pelayanan Yesus selama sehari, dan dapat menjadi teladan bagi kita. Setelah Yesus dan para murid meninggalkan rumah ibadat, mereka pergi ke rumah Simon dan Andreas. Rumah ini kemungkinan menjadi rumah singgah Yesus dan para murid, setiap kali mereka kembali dari perjalanan-perjalanan pemberitaan Injil. Kisah ini memperlihatan bagaimana Markus secara perlahan-lahan menunjukkan sikap Yesus yang berhati-hati sekali dalam memperkenalkan diri-Nya sebagai Mesias, setidaknya di kalangan bangsa Israel sendiri.
Markus secara khusus melaporkan kegiatan yang terjadi sesudah matahari terbenam, artinya ia ingin menunjukkan bawa hari Sabat (ay. 21) sudah berakhir, dan orang-orang Yahudi sudah diperbolehkan bekerja kembali. Ibu mertua Simon diceritakan sedang sakit demam dan terbaring di tempat tidur. Kondisi seperti ini menyatakan bahwa penyakit yang dideritanya sudah terjadi sejak beberapa waktu sebelumnya. Setelah Yesus menyembuhkannya, ibu ini bukannya beristirahat untuk mengembalikan stamina tubuhnya lebih dahulu, melainkan langsung melayani Yesus. Ini adalah gambaran bahwa penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus bersifat segera dan sempurna. Kuasa Yesus atas penyakit adalah salah satu tanda pribadi seorang Mesias.
Penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus tidak hanya dilakukan Yesus kepada ibu mertua Simon, tetapi juga kepada orang-orang sakit yang berduyun-duyun datang dibawa kepada-Nya malam hari itu. Artinya, Yesus bukan menyembuhkan orang-orang yang dekat kepada-Nya saja, tetapi juga menyembuhkan siapa saja yang datang kepada-Nya. Lebih lagi, Yesus bukan sekadar menyembuhkan orang sakit demam saja, tetapi bermacam-macam penyakit lainnya. Dan Yesus bukan hanya menyembuhkan orang sakit, tetapi Ia juga melepaskan orang-orang yang kerasukan dari cengkeraman setan. Peristiwa di rumah ibadat sebelumnya, terulang lagi di sana. Ia mengusir banyak setan. Kuasa atas setan-setan ini juga merupakan salah satu tanda pribadi Mesianis-Nya.
Menarik untuk diingat bahwa Yesus melarang setan-setan itu berbicara tentang Diri-Nya, sebab mereka memang mengenal Yesus dan menyapanya “Yang Kudus dari Allah” (ay. 24). Yesus menolak kesaksian setan karena kesaksian mereka tidak timbul dari kesadaran hati. Setan-setan memang mengenal Yesus, tetapi tidak mau hidup taat kepada Yesus. Yesus tidak ingin orang-orang yang mendengarnya memiliki iman ‘ala setan’ ini: mengenal Yesus, (bahkan) beribadah di rumah ibadat, tetapi tidak mau taat kepada kehendak Yesus dan percaya kepada-Nya, melainkan memilih hidup menurut kehendaknya sendiri (bdk. Yak. 2:19). Yesus tidak ingin dikenal hanya sebagai Penyembuh atau Pembuat mukjizat saja, namun apa yang diperbuat-Nya memang merupakan kesaksian bahwa diri-Nya adalah sang Mesias itu. Yesus menampilkan tanda-tanda yang dibuat-Nya sebagai tanda belas kasihan bagi mereka yang lemah, sakit dan tersingkirkan. Inilah penggenapan ajaran para nabi yang menubuatkan seperti apakah rupa pelayanan Mesias yang akan datang kemudian (lih. Yes. 61:1).
Hal lain yang sangat penting dan harus dicatat adalah, bahwa di tengah kesibukan pelayanan-Nya, Yesus berdoa. Yesus selalu berdoa, agar tetap berkomunikasi dengan Allah. Waktunya adalah pagi-pagi benar, saat hari masih gelap, dinyatakan secara khusus karena ingin menunjukkan kehidupan doa yang rutin dilakukan oleh Yesus. Dengan berdoa, Yesus menyatakan relasi-Nya yang intim dengan Allah, dan ketergantungan-Nya kepada Allah. Keberhasilan pelayanan-Nya setiap hari ditentukan oleh penyerahan diri dan keterlibatan Allah dalam kuasa-Nya. Pagi-pagi benar, juga menunjukkan bahwa kita harus menyediakan waktu yang terutama dan terbaik sebelum melakukan hal-hal lainnya, karena kita sangat bergantung kepada penyertaan Tuhan dalam setiap pelayanan kita.
Apa yang dilakukan para murid ketika Yesus sedang berdoa sesungguhnya sangat manusiawi. Sebagai seorang murid, kita pun akan sangat bangga ketika ‘semua’ orang mencari guru kita yang telah melakukan hal-hal yang luar biasa dan membuatnya terkenal. Tetapi reaksi Yesus sama sekali berbeda. Ia tidak memilih untuk tinggal di Kapernaum saja. Ia harus mewujudkan tugas-Nya seperti yang telah dinubuatkan. Ia tidak hanya fokus pada penyembuhan dan pelepasan kuasa setan, tetapi yang terutama adalah memberitakan Kabar Baik, Injil. Ayat terakhir kisah ini, ”…memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan,” mempertegas maksud kedatangan-Nya sebagai seorang Mesias. Yesus datang untuk: menyatakan Kasih Bapa, menyatakan Diri-Nya yang berkorban untuk penebusan dosa manusia, dan menyatakan bahwa kesaksian hidup-Nya adalah teladan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya untuk melakukan seperti apa yang telah dilakukan-Nya. (ek)
(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal:Para pendidik – Kita berdoa untuk para pendidik, semoga mereka menjadi saksi yang dapat dipercaya, mengajarkan persaudaraan daripada kompetisi dan membantu mereka yang paling muda dan rentan.
Ujud Gereja Indonesia:Optimisme dan harapan – Kita berdoa, semoga tahun baru menjadi saat rahmat, yang mendorong kita untuk optimis, percaya dan berharap, bahwa Roh Tuhan akan menuntun dan membuka mata kita untuk bisa melihat kesempatan, peluang dan jalan keluar dalam pelbagai kesulitan, masalah dan tantangan yang harus kita hadapi.
Amin