Renungan Harian Misioner
HARI MINGGU BIASA VII, 19 Februari 2023
Im. 19:1-2,17-18; Mzm. 103:1-2,3-4,8,10,12-13; 1Kor. 3:16-23; Mat. 5:38-48
Sahabat misioner terkasih,
Kebanyakan orang kalau ditanya apa yang sungguh-sungguh diharapkan, diinginkan dan didambakan dalam hidupnya jawabannya adalah bahagia, “Aku ingin bahagia!” Apapun bentuk harapan, cita-cita dan dambaan itu, ujung-ujungnya adalah ingin bahagia. Bahkan banyak motivator atau quote mengingatkan, “Jangan lupa bahagia!” atau “Pilih bahagia ya!”, dsb. Bagaimana dengan Anda?
Terhadap pertanyaan di atas, jarang ditemui jawaban, “Aku ingin menjadi suci-kudus!” Kesucian atau kekudusan sepertinya sesuatu yang asing dan aneh. Padahal inilah yang sebenarnya adalah panggilan dasar dan cita-cita tertinggi setiap orang, yaitu KEKUDUSAN! Inilah panggilan utama seorang Katolik. Maka, hayatilah sebagai orang Katolik. Jadilah Katolik plus, bukan Katolik abal-abal!
KEKUDUSAN. Inilah yang hari ini ditawarkan dan bahkan ditekankan oleh Sabda Tuhan kepada kita. Bacaan I yang dikutip dari Kitab Imamat dengan jelas mengatakan, “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan Allahmu, kudus.” Bacaan II, dari Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, juga menyatakan, “Saudara-saudara, camkanlah sungguh-sungguh, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu […] Sebab Bait Allah adalah kudus, dan kamulah Bait Allah itu.” Yesus pun menandaskan panggilan kekudusan ini dalam khotbah di bukit seperti dicatat Injil Matius, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya.” Maka, jadilah Katolik plus, bukan abal-abal!
Lalu, apa kiat-kiatnya jadi Katolik plus menuju tangga kekudusan itu?
Pertama-tama harus diingat dan disadari terus-menerus sebagai keyakinan iman: “Kuduslah kamu. Kamu adalah Bait Allah, Roh Allah diam di dalam kamu. Bait Allah adalah kudus, dan kamulah Bait Allah itu!” Ingat dan tanamkan benar-benar panggilan Yesus: “Haruslah kamu sempurna, sebagaimana Bapamu yang di surga sempurna adanya.” Jadikan sabda Tuhan ini ayat emas Anda, yang terus didaraskan dan didengungkan dalam hati seiring aliran nafas. “Apakah aku bisa?” Percayalah pasti bisa karena Roh Allah diam di dalam Anda, di dalam kita.
Langkah kedua, lakukan hal positif ini: “Kasihilah musuh-musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Lakukanlah dan latihlah terus-menerus mulai dari yang sepele, kecil dan sederhana. Melakukan hal positif “perintah kasih” Tuhan mulai dari pikiran dan perasaan. Penuhilah pikiran dan perasaan kita dengan yang positif dan rasa kasih. Kemudian mengalir ke sikap dan tindakan sederhana dan mungkin hanya kecil-kecil tapi berisi kasih. Lakukan ini dari lingkaran terkecil kita dalam keluarga, lingkungan tetangga dekat, lingkungan kerja dan terus meluas ke lingkaran masyarakat yang mungkin tidak kenal seperti di pasar, halte bus atau tempat perhentian angkutan umum atau di tempat-tempat umum lainnya. Dari tindakan-tindakan kasih yang kecil-kecil itulah kemudian makin membesar dan membesar hingga kita menjadi pribadi yang penuh kasih.
Kiat ketiga, taatilah Sabda Tuhan seperti diwartakan pada misa hari ini: “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hati. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam! Janganlah menipu diri sendiri, jujurlah!” Rasa benci dan dendam adalah sampah hati. Kalau sampah ini disimpan dan dipendam, akan menjadi racun. Kalau sudah menjadi racun, sampah itu akan membunuh hidup sendiri. Maka, buanglah sampah hati itu. Untuk ini, haruslah jujur pada diri sendiri dan tidak perlu menuntut balas. Yesus bahkan mendidik kita berlaku lebih radikal, “Kasihilah musuh-musuhmu! Jangan kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Sebaliknya, bila orang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu.” Maka, jadilah Katolik plus, jangan abal-abal!
Tuhan memberkati.***NW
(RD. M Nur Widipranoto – Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Gereja-gereja paroki – Kita berdoa semoga Gereja-Gereja paroki mengutamakan persatuan dan persaudaraan, serta berkembang menjadi komunitas orang beriman. Semoga Gereja juga terbuka bagi mereka yang paling membutuhkan bantuan.
Ujud Gereja Indonesia: Pemulihan ekonomi – Kita berdoa, semoga pemerintah dan semua elemen masyarakat saling bahu membahu dalam mengambil langkah-langkah untuk mempercepat pemulihan ekonomi, sehingga dampaknya segera nyata dan terasa bagi kesejahteraan rakyat, lebih-lebih kalangan yang miskin dan berkekurangan.
Amin