Yusuf

Renungan Harian Misioner
Senin Pekan Prapaskah IV, 20 Maret 2023
HARI RAYA S. YOSEF, SUAMI SP. MARIA

2Sam 7:4-5a.12-14a.16; Mzm 89:2-3.4-5.27.29; Rm 4:13.16-18.22; Mat 1:16.18-21.24a atau Luk 2:41-51a

Kerap kali, tentang St. Yusuf atau Yosef disebutkan bahwa ia adalah “tukang kayu”. Mungkin sekali. Namun sebenarnya, dalam bahasa aslinya, ia disebut sebagai “sekadar tukang”, yang dalam bahasa kita pun tidak perlu dikaitkan dengan tukang kayu, melainkan “tukang” pada umum. Maksudnya menunjuk pada “tukang,- yaitu karyawan sederhana di kampung atau desa-desa, seperti “tukang kayu”, “tukang tenun”, “tukang kain” atau “tukang yang diminta tetangganya untuk memperbaiki atap rumah”, dsb. Ringkasnya “karyawan kecil di desa”. Yesus diperkenalkan di mana-mana sebagai ‘anaknya tukang kecil seperti itu’ dan ibunya adalah ibu sederhana dari desa Nasaret. Ya, ini Guru yang datang dari Nasaret, dari lapisan rakyat kecil.

2Samuel 7:4-5a.12-14a.16 sebagai bacaan pertama dihidangkan untuk mengajak kita melihat leluhur Guru Nasaret itu berkaitan dengan leluhurnya, yaitu “Yang Bersemi dari Pokok Isai, Leluhur Daud”. Dengan demikian, kaitan dengan Sejarah Panggilan Israel menjadi rujukan penting bagi Pribadi yang Dijunjung Tinggi Keduabelasan, yang kelak menjadi Junjungan GEREJA PERDANA. Oleh sebab itu, asal usul-Nya bukanlah sekadar lokasi sederhana Nasaret, melainkan Sumber yang berhubungan dengan Masa Bakti Sejarah Iman Israel: yang mengarah kepada Kerajaan yang dibangun Yang Ilahi. Dalam urutan itu, maka pusat perhatian bukanlah kursi kekuasaan atau daerah keperkasaan serta kedudukan politis, melainkan Perjanjian Lama, yang memperlihatkan Penyelenggaraan Penyelamatan Manusia. Istilah “selama-lamanya” ingin menggarisbawahi keabadian, dalam kaitan dengan Iman Israel: bahwa Allah Yang Mahakasih tidak akan pernah melupakan janji-Nya untuk menyelamatkan Israel. Dalam kerangka itu, tempat Yusuf menjadi penting: bukan dari sisi fisik atau kemanusiaannya, melainkan dari sisi Janji Allah menebus dosa manusia, demi Kerahiman Allah Bapa. Di sanalah peran Yusuf menjadi penting: melampaui segala unsur kemanusiaannya atau kodratnya.

Bacaan Kedua Roma 4:13.16-18.22: ingin menggarisbawahi penyempurnaan cara pandang, yang seringkali dipentingkan sekali dalam Keluarga Israel. Yusuf menjadi berperan penting dalam Penebusan, “bukan karena hukumTaurat Abraham… tetapi karena kebenaran atas dasar iman”. Dalam kaitan itu, memang disebutkan “keturunan Abraham”, tetapi, yang terpenting adalah “kebenaran iman”, artinya “iman akan Janji Allah untuk setia pada janji-Nya menyelamatkan manusia, itu tidak bakal hilang, melainkan akan terwujud secara sosial pula. Dalam pengertian itu, amat pentinglah, bahwa Yusuf disambut sebagai petugas penting dalam Keluarga Nasaret, tempat Sang Putra dilahirkan, dibesarkan, diperpadukan dalam Sejarah Israel dan Penebusan.

Bacaan Injil dari Matius 1:16.18-21.24a dihidangkan untuk memperlihatkan, bagaimana silsilah memberikan gambaran nyata, bahwa, yang kerap kali nantinya memperlihatkan “konteks sosial Guru Nasaret” itu sungguh nyata, dan bukan hanya “buatan orang saja”. Kenyataan itu akian menjadi penting, karena dalam seluruh “jalan Yesus bersama dengan para murid maupun lawan-lawan-Nya” adalah realitas manusiawi. Penjelmaan bukanlah sekadar cerita karangan saja, melainkan benar-benar ada dalam sejarah Israel. Jadi Penjelmaan Sang Putra sungguh terlibat dalam kehidupan manusiawi yang menyatu dengan Sejarah Israel.

Dalam pada itu, Bacaan Injil Lukas 2:41-51 juga ditawarkan untuk melengkapi permenungan Kristologis. Dalam Peristiwa itu, Yesus yang “menjadi dewasa” menyadari relasi-Nya baik dengan Keluarga Nasaret, juga dengan Allah, yang erat dengan Kenisah, yaitu pusat Kehidupan Religius Israel. Oleh sebab itu, kedua Sayap Kehidupan Yesus perlu sungguh dipersatukan dalam Gereja kita sekarang juga. Dengan demikian, Peringatan tentang Yusuf sungguh memadukan misteri kehidupan Sang Putra, yang sekaligus menjelma dan menyatu dengan umat manusia, serta berpadu dengan Pengutusan Bapa.

Refleksi kita: marilah kita merenungkan kedua sayap kemanusiaan dan keilahian itu dalam bakti kita kepada Yusuf, yang mendampingi Maria membesarkan Sang Putra dan melayani Sang Putra dalam menebus umat manusia. “Santo Yusuf, doakanlah kami”.

(RP. B.S. Mardiatmadja, SJ – Dosen STF Driyarkara)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal:Para korban pelecehan – Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja, semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas kesakitan dan penderitaannya.

Ujud Gereja Indonesia: Menggereja dengan perjumpaan – Kita berdoa, semoga warga gereja bangkit untuk hadir dan aktif secara fisik dalam ibadat-ibadat gerejani dan perayaan Ekaristi, sehingga hidup menggereja dapat dihayati sebagai perjumpaan, kehadiran, dan persaudaraan sosial yang nyata.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s