Kasih ALLAH Selalu Melampaui Segala Dosa Kita

Renungan Harian Misioner
Selasa Pekan Prapaskah V, 28 Maret 2023
P. S. Doroteus dr Gaza

Bil. 21:4-9; Mzm. 102:2-3,16-18,19-20; Yoh. 8:21-30

Rasul Paulus mengingatkan kita bahwa upah dosa adalah maut! Dosa itu mendatangkan kematian! Kematian bukan hanya kematian fisik, tetapi juga kematian emosional dan spiritual. Dalam bacaan pertama, penulis Kitab Bilangan melukiskan secara dramatis bahwa dosa telah menghancurkan atau membunuh bangsa Israel. Mereka mengeluh dan menggerutu, memberontak melawan Musa dan Tuhan. Mereka kehilangan kesabaran dan berkata, “Mengapa kamu memimpin kami dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air! Kami telah muak dengan makanan hambar ini!”Meskipun mereka telah melihat dan mengalami sendiri karya Allah yang luar biasa dalam hidup mereka, sejak mereka dituntun keluar dari Mesir, namun mereka terus menggerutu pada Allah ketika mereka berada dalam kesulitan.

Allah menghukum mereka dengan mengirimkan ular tedung dan memagut mereka sehingga banyak dari orang Israel mati. Menyadari apa yang terjadi, mereka kemudian berbalik dan menyesali dosa-dosanya, “Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan Tuhan…” Penyesalan mereka dan keinginan mereka untuk berbalik menggugah Allah untuk menyelamatkan mereka. Kemurahan dan kasih Allah yang yang tanpa batas memungkinkan Allah menyelamatkan mereka dengan memerintahkan Musa membuat ular tedung dari tembaga dan dipasang pada sebuah tiang, sehingga siapa yang terpagut dan memandang kepala ular tedung akan tetap hidup. Inilah gambaran hati Allah yang selalu berbelaskasih; dengan segera melupakan dosa umat-Nya dan berbalik menyelamatkan mereka. Mengapa mereka perlu memandang ular tedung tembaga itu? Ular tedung dari tembaga sebagai simbol peringatan bagi bangsa Israel akan dosa-dosa mereka dan akan konsekuensi dari dosa itu. Kita dapat merefleksikan bahwa satu-satunya cara untuk berhenti berbuat dosa adalah merenungkan tindakan dosa kita dan konsekuensi dari apa yang telah kita lakukan.

Senada dengan bacaan pertama, Injil Yohanes mengungkapkan bahwa, Yesus mengingatkan orang Yahudi, “Kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu!” Yesus jelas memaksudkan bahwa kegagalan dalam memahami diri-Nya dan tidak percaya kepada-Nya akan mendatangkan kematian! Namun, hanya dengan meninggikan Dia, mereka akan diselamatkan! Apa yang digunakan Musa untuk menyelamatkan umatnya hanyalah bayangan tentang bagaimana Anak Manusia yang ditinggikan – Kristus- akan menyelamatkan semua umat-Nya. Ular tembaga yang dipancangkan pada tiang memiliki makna tersembunyi yang hanya diungkapkan oleh Kristus melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Bacaan Kitab Suci hari ini menginspirasi kita untuk merefleksikan tindakan kita yang bertentangan dengan kehendak Allah. Seperti peringatan Yesus kepada orang Yahudi, demikian pun Yesus mengingatkan kita tentang mati dalam dosa kita. Dosa selalu merusak relasi kita dengan Allah, dengan sesama, dan juga menghancurkan diri kita sendiri. Dosa merenggut kebebasan kita karena kita kecanduan akan kesenangan hidup. Dosa adalah kebutaan, karena kita tidak dapat melihat apa yang benar-benar baik untuk kebahagiaan, kedamaian, dan kesejahteraan kita. Kita dibutakan dan tertipu oleh godaan dunia. Kita mengejar hal-hal yang ditawarkan oleh dunia sebagai kebahagiaan, misalnya kekuasaan, status, popularitas, dan kekayaan duniawi. Karenanya, dosa menyebabkan kita kehilangan kebebasan sejati kita dan rahmat untuk menjalani kehidupan yang penuh sukacita dan dalam damai. Dalam situasi dosa yang demikian, kita gagal mengingat segala keajaiban dan perbuatan Tuhan dalam hidup kita. Kita mudah melupakan semua yang telah Tuhan kerjakan untuk kita. Inilah alasan mengapa Israel memberontak melawan Tuhan. Kelupaan mengarah pada rasa tidak berterima kasih dan kesadaran akan cinta dan kekuatan-Nya. Ketika itu terjadi, kita berpaling kepada allah-allah palsu, sebagaimana bangsa Israel yang meminta Harun membuatkan bagi mereka anak lembu emas untuk menggantikan Tuhan ketika mereka lelah. Demikian yang terjadi dalam hidup kita, ketika kita merasa bahwa Tuhan tidak hadir dalam hidup kita, kita mulai menyembah diri kita sendiri seolah-olah kita adalah Tuhan, seolah-olah dunia berasal dari kita dari kita dan kita memiliki kekuatan untuk mengubahnya sesuai dengan kecerdasan dan pengetahuan kita. Inilah kesombongan yang datang dari kebutaan kita!

Menyadari kasih Allah yang besar dalam hidup kita, masa Prapaskah yang sudah akan berakhir ini hendaknya memberi kita kesempatan berahmat untuk berbalik kepada-Nya dengan meninggalkan segala perbuatan dosa kita. Dosa telah memutuskan ikatan kasih Allah dengan kita. Dengan berbalik kepada-Nya, kita membangun kembali relasi yang mesra dengan-Nya, dan berharap agar kasih-Nya terus mengalir dalam kehidupan kita. Kasih Allah itu selalu melampaui segala dosa kita! Namun kita pun dituntut untuk mengubah hidup kita secara radikal ke arah yang lebih baik (metanoia) dan melaksanakannya dengan penuh komitmen. Hanya melalui tindakan perubahan yang demikian, kita dapat merayakan Paskah dengan sukacita, karena kebangkitan-Nya menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita.

(RP. Joseph Gabriel, CSsR – Studentat Redemptoris, Yogyakarta)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal:Para korban pelecehan – Kita berdoa untuk mereka yang menjadi korban tindak pelecehan kekerasan oleh anggota-anggota Gereja, semoga mereka mendapatkan bantuan konkret dari dalam Gereja sendiri atas kesakitan dan penderitaannya.

Ujud Gereja Indonesia: Menggereja dengan perjumpaan – Kita berdoa, semoga warga gereja bangkit untuk hadir dan aktif secara fisik dalam ibadat-ibadat gerejani dan perayaan Ekaristi, sehingga hidup menggereja dapat dihayati sebagai perjumpaan, kehadiran, dan persaudaraan sosial yang nyata.

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s