Renungan Harian Misioner
Rabu Pekan Paskah III, 26 April 2023
P. S. Kletus dan Marselinus
Kis. 8:1b-8; Mzm. 66:1-3a,4-5,6-7a; Yoh. 6:35-40
Dalam Injil hari ini, Yesus menyatakan diri sebagai Roti Hidup: “Akulah Roti Hidup! Barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barang siapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi” (Yoh. 6:35). Orang-orang Yahudi mengerti bahwa Tuhan menjanjikan mereka manna dari surga untuk menopang mereka dalam perjalanan mereka ke Tanah Terjanji. Roti adalah makanan pokok kehidupan. Mereka tidak bisa hidup tanpa makanan untuk waktu yang lama. Yesus memberitahu orang banyak ini bahwa manna yang lebih baik telah datang, roti sejati dari surga karena Dia sendiri adalah Roti Hidup. Siapa pun yang datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya, lapar dan dahaga jiwanya akan dipuaskan di dalam Yesus (Yohanes 6:35). Selain itu, bagi orang Yahudi, sabda Allah (Taurat) adalah makanan yang sangat istimewa. Taurat adalah roti bagi hati dan budi mereka. Sabda Allah adalah pewahyuan kasih Allah bagi orang-orang Yahudi. Sabda itu manis seperti madu rasanya (Yeh. 3:1-1-4). Orang-orang yang mendengarkan Yesus kiranya dapat memahami bahwa roti yang dibicarakan Yesus adalah roti sabda Allah yang menjadi makanan bagi manusia. Yesus ingin membawa mereka lebih jauh. Ia bukan hanya sabda Allah yang menerangi hati dan budi mereka, melainkan sabda yang menjadi daging, yang ingin memberikan diri-Nya demi keselamatan mereka.
Apa yang Yesus maksudkan dengan hidup ketika Ia menyatakan “Akulah Roti Hidup?” Yesus jelas memaksudkan sesuatu yang lebih dari sekadar keberadaan dan kehidupan fisik-jasmaniah. Kehidupan yang dirujuk Yesus terhubung dengan Allah, Pencipta kehidupan. Hubungan dengan Allah yang hidup, hubungan kepercayaan, cinta, kepatuhan, kedamaian, dan sukacita hanya dimungkinkan oleh Yesus bagi kita. Selain Yesus, tidak ada seorang pun yang dapat memasuki kehidupan dan hubungan semacam itu. Di dalam Yesus jiwa yang gelisah mendapat ketenangan dan hati yang lapar dipuaskan. Saat kita mengisi jiwa kita dengan Roti Hidup, Tuhan akan memuaskan keinginan jiwa kita yang terdalam. Rasa lapar dan haus hilang. Kekosongan tak berujung dalam diri kita tidak ada lagi karena kekosongan telah terisi. Ada makna baru dalam hidup kita dan ada alasan untuk hidup yang jauh melampaui keberadaan hidup kita di dunia ini, yaitu tawaran Yesus untuk hidup dalam kekekalan bersama Allah.
Kita lapar apa dalam hidup ini? Apakah kita lapar akan cinta, persahabatan, stabilitas keuangan, keluarga yang sehat dan bahagia? Kita manusia memiliki banyak rasa lapar. Kita sering mencoba memuaskan rasa lapar terdalam kita dengan uang, materi, orang, atau bahkan makanan atau minuman. Hal-hal ini memuaskan kita sampai batas tertentu. Namun, rasa lapar kita yang terdalam adalah lapar akan Tuhan. Kita dapat memiliki apa saja dan siapa di dunia ini, tetapi jika Tuhan, Yesus atau Roh bukan bagian dari hidup kita, tidak ada lagi yang akan memuaskan kita. Tuhan Yesus menawarkan tiga hal kepada kita. Pertama, Dia menawarkan diri-Nya sebagai makanan rohani yang menghasilkan kehidupan Tuhan di dalam diri kita: “Akulah Roti Hidup!” (Yoh. 6:35). Kedua, Dia menjanjikan persahabatan yang tak terputus dan kebebasan dari rasa takut ditinggalkan atau terputus dari Tuhan: “….barang siapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang” (Yoh. 6:37). Ketiga, Ia menawarkan kepada kita harapan untuk ikut serta dalam kebangkitan-Nya: “…setiap yang melihat Anak dan percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman” (Yoh. 6:40).
Yesus adalah Roti Hidup yang turun ke dunia yang memberikan kehidupan dan kebahagiaan kekal bagi siapa pun yang datang dan percaya kepada-Nya. Marilah kita tak henti-hentinya datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya supaya hidup kita di dunia ini diberkati dan kelak beroleh hidup yang kekal. Kita pun dipanggil untuk memberitahu orang-orang bahwa kehidupan kekal adalah hadiah cuma-cuma dan satu-satunya syarat untuk menerimanya adalah datang kepada Yesus dan percaya kepada Yesus, Sang Roti Hidup.
(RP. Silvester Nusa, CSsR – Dosen Universitas Katolik Weetebula, NTT)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Budaya perdamaian dan tindak non-kekerasan – Kita berdoa, semoga makin subur dan berkembanglah kedamaian dan budaya non kekerasan, yang dibarengi dengan upaya mengurangi penggunaan senjata baik oleh negara-negara maupun warganya.
Ujud Gereja Indonesia: Kepercayaan diri kaum muda – Kita berdoa, semoga kaum muda sadar, bahwa keasyikannya dengan dunia digital dan fasilitas online bisa membuat mereka terisolasi dalam dunianya sendiri; semoga mereka dianugerahi keberanian untuk menemukan kembali rasa percaya diri dan kemauan untuk memperluas relasi dan pergaulannya juga di dunia offline.
Amin