Renungan Harian Misioner
Hari Sabtu Pekan Paskah V, 13 Mei 2023
P. SP. Maria dr Fatima
Kis. 16:1-10; Mzm. 100:1-2,3,5; Yoh. 15:18-21
Gereja bersifat misioner dan semua orang Kristen dipanggil untuk melanjutkan karya misi Kristus di dunia! Dengan terang Roh Kudus, orang Kristen memiliki semangat misioner dan injili; yang terungkap melalui kesadaran akan martabat Kristiani kita dan menjalani kehidupan Kristiani yang otentik.
Bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk melihat bagaimana Yesus berbicara tentang panggilan dan identitas Kristen. Yesus menyadari bahwa para pengikut-Nya akan menghadapi “dunia” yang penuh dengan tantangan. Karena itu identitas Kristiani harus didahulukan sebelum menjalankan karya misi. Tanpa penghargaan yang jelas akan martabat dan hak istimewa kita sebagai orang Kristen, kita tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan kepada dunia, bahkan ketika orang sudah siap untuk mendengar pewartaan kita. Artinya kita menjalani kehidupan yang berbeda dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia. Seperti Yesus, setiap orang Kristen tetap menjadi tanda kontradiksi bagi dunia. Yesus sendiri mengajarkan bahwa kita “bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia” (Yoh. 15:19). Dunia, dalam konteks penginjil Yohanes dan Paulus, tidak mengacu pada penghinaan terhadap apa yang duniawi. Sikap dunia terhadap kehidupan yang didasarkan pada keegoisan, individualisme, dan keserakahanlah yang dikutuk. Ketika seseorang menjadi budak pengejaran kesenangan, kesuksesan, kemuliaan dan kekuasaan, dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan seperti cinta, kasih sayang, dan kebajikan, hidupnya dianggap duniawi. Pemikiran dan gaya hidup orang Kristen harus selalu selaras dengan nilai-nilai Injil.
Sebagai orang Kristen pun, kita cenderung berkompromi dalam mengakomodasi dunia, baik dalam pendidikan, pekerjaan, moralitas, dan nilai-nilai universal kejujuran, integritas, dan cinta bagi umat manusia. Semuanya dilihat dalam perspektif materialistis, pragmatis, dan individualis. Kontribusi khusus apa yang kita berikan kepada agama dan masyarakat? Jika kekristenan tidak memiliki banyak kontribusi untuk dunia, maka kita telah kehilangan misi kita. Saat ini, atas nama keharmonisan, kita terlalu siap untuk berkompromi demi perdamaian palsu. Kita siap untuk mengakomodasi nilai-nilai duniawi dan rela kehilangan esensi hidup kita sebagai orang Kristen. Namun, sejatinya adalah kita takut untuk menjadi berbeda dari orang lain. Kita ingin merasa diterima oleh dunia. Ketika Kekristenan berusaha menjadi populer, kita akan kehilangan cita rasa khas dan peran kenabian kita sebagai terang dan garam dunia.
Kita dipanggil untuk menghidupi semangat kenabian kita dalam dunia. Jika kita merasa putus asa dan terintimidasi oleh dunia, maka marilah kita memberanikan diri dan menemukan ketabahan dalam perkataan Yesus. Ia mengatakan, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu” (Yoh. 15:18). Yesus memberikan teladan bagi kita, bahwa di hadapan kejahatan, kita tidak mundur tetapi terus berbicara tentang kebenaran bahkan ketika itu berarti mempertaruhkan nyawa kita. Namun, karya misi juga tidak berarti kita harus terus maju untuk menghadapi dunia. Kita membutuhkan diplomasi, kesabaran, kerendahan hati untuk mendengarkan, dan berdialog dengan mereka dengan cinta, hati, dan akal budi kita. Dan hanya ketika orang lain sudah siap untuk menerimanya, kita dapat berbagi tentang iman. Kita tidak menggunakan kekerasan atau paksaan tetapi hanya mengatakan kebenaran dengan cara yang dapat didengar dan dipahami, seperti yang selalu dilakukan Gereja di bidang politik dan moralitas.
Pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa penginjilan adalah benar-benar pekerjaan Roh Kudus. Marilah kita berdoa, memohon Roh Kudus untuk menginspirasi kita untuk melanjutkan misi Yesus, mewartakan Kerajaan Allah sebagaimana dicontohkan oleh rasul Paulus. Gereja tidak hanya harus berani bersaksi tentang Injil tetapi juga harus selalu siap mengambil risiko setelah mendengarkan Roh Kudus, terutama bila itu di luar perhitungan manusiawi kita.
(RP. Joseph Gabriel, CSsR – Studentat Redemptoris, Yogyakarta)
Doa Persembahan Harian
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Gerakan-gerakan dan Kelompok-kelompok Gerejawi – Kita berdoa semoga gerakan-gerakan dan kelompok-kelompok Gerejawi menemukan kembali misi evangelisasi mereka setiap hari, dan menempatkan karisma mereka pada setiap pelayanan bagi mereka yang membutuhkan di dunia ini.
Ujud Gereja Indonesia: Kebijaksanaan Maria – Kita berdoa, semoga para ibu dan kaum perempuan bersedia meneladan Bunda Maria, sehingga mereka menjadi sabar dan bijaksana, rela berkorban dan percaya bahwa karena pertolongan Tuhan, apa yang tidak mungkin menjadi mungkin terjadi bagi kehidupan anak-anak dan lingkungannya.
Amin