Menjadi Satu Daging

Renungan Harian Misioner
Jumat, 24 Mei 2024
P. S. Yoana

Yak. 5:9-12; Mzm. 103:1-2,3-4,8-9,11-12; Mrk. 10:1-12


“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.”

Berita dan informasi tentang perceraian sering meramaikan acara-acara di televisi, bahkan menjadi berita utama, apalagi jika ada artis yang sedang dalam proses perceraian. Kehidupan pernikahan lalu menjadi pembicaraan di warung-warung kopi. Sudah menjadi informasi umum di masyarakat kita bahwa pernikahan dalam Gereja Katolik bersifat permanen dan susah untuk dipisahkan. Lalu bagaimana kata-kata Yesus tentang pernikahan? 

Sebenarnya perceraian bukan hanya masalah di zaman kita saja. Pada zaman Musa pun sudah menjadi bahan pembicaraan. Bahkan orang Farisi percaya bahwa Musa mengizinkan pria untuk menceraikan istrinya dan kemudian menikah lagi (Ulangan 24:1-4). Atas dasar kata-kata Musa ini, orang-orang Farisi pun bertanya kepada Yesus untuk mengetahui apa pemikiran Yesus tentang hal ini.

Bacaan Injil yang kita dengarkan hari ini mengisahkan Sabda Yesus tentang hidup pernikahan dan perceraian. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa hal terpenting dalam sebuah hubungan/relasi adalah kesetiaan dan ketaatan. Yesus menegaskan bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang dikehendaki oleh Allah sejak awal penciptaan. Melalui pernikahan, dua orang menjadi satu daging, dan ikatan ini tidak boleh diputuskan oleh manusia. Yesus menekankan bahwa pernikahan bukanlah suatu perjanjian yang bisa dengan mudah dibatalkan, layaknya perjanjian kerja sama, perjanjian kemitraan dan sebagainya.

Kesetiaan dalam pernikahan adalah cerminan dari kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Seperti Allah yang selalu setia, pasangan suami istri juga dipanggil untuk selalu setia satu sama lain, bahkan dalam keadaan sulit sekalipun.

Orang-orang farisi yang mengajukan pertanyaan ini pun beralasan bahwa Musa mengizinkan perceraian. Tanggapan orang Farisi ini diluruskan oleh Yesus bahwa Musa memberikan izin untuk bercerai karena ketegaran hati manusia. Hal ini menunjukkan bahwa perceraian bukanlah kehendak Allah, melainkan sebuah kelonggaran dan pengertian yang diambil oleh Musa karena kelemahan manusia. Yesus mengutip Kitab Kejadian untuk menegaskan bahwa sejak awal, Allah menghendaki kesatuan antara laki-laki dan perempuan dalam pernikahan. Ini adalah panggilan untuk menjalani hidup pernikahan dengan penuh komitmen dan cinta kasih yang tulus.

Dalam pernikahan, seorang suami dipanggil untuk meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya. Ini bukan hanya berarti fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Pasangan suami istri harus membangun kehidupan bersama yang baru, saling mendukung dan menghormati satu sama lain. Kita pun pada zaman ini diajak untuk tidak mengeraskan hati kita, tetapi untuk berusaha mengatasi masalah dalam dengan kasih dan pengampunan.

Melalui bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk belajar setia dalam hubungan apapun dan membangun komitmen yang tak lekang oleh waktu.

Misi kita hari ini: khusus bagi pasangan suami istri: berusaha untuk saling setia dalam kasih dan pengertian. Untuk kita semua: mendoakan orang tua, saudara/i kita yang sudah hidup dalam pernikahan sehingga menjadi pasangan yang setia. 

(Ignasius Lede – Komisi Karya Misioner KWI)

Doa Persembahan Harian

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Gereja Universal: Formasi para religius dan calon imam – Semoga para biarawan dan biarawati, serta para calon imam, tumbuh dalam panggilan mereka sendiri melalui pembinaan pribadi, pastoral, spiritual dan komunitas, sehingga mereka mampu menjadi saksi Injil yang kredibel. 

Ujud Gereja IndonesiaContent creator dan influencer – Semoga para content creator dan influencer mampu memproduksi konten-konten yang mengandung pesan positif, kejujuran, dan membangun persatuan. 

Amin

Tinggalkan komentar