Mari, Jadi Murid Miskin yang Berkelimpahan

Renungan Harian Misioner
Kamis, 09 September 2021
P. S. Petrus Klaver

Kol. 3:12-17; Mzm. 150:1-2,3-4,5-6; Luk. 6:27- 38

Pada ucapan-ucapan bahagia sebelumnya, Lukas menempatkan kita semua sebagai orang-orang beriman yang miskin, lapar, sedang menangis, dibenci dan dikucilkan karena kesetiaan kita pada Anak Manusia. Tetapi selain itu Lukas melihat bahwa kita akan beroleh upah yang besar, seketika kita berada di alam kekekalan. Janji Allah akan kebahagiaan kekal ini tidak menghilangkan kewajiban kita untuk melaksanakan bagaimana seharusnya kita hidup bersama orang lain seperti diajarkan Yesus. Dimulai dengan pernyataan bahwa pengajaran-Nya ini ditujukan kepada kamu yang mendengarkan-Nya, berarti bukan kepada para murid saja, tetapi berlaku untuk semua orang di segala tempat.

Yang dimaksud Lukas bukanlah kemiskinan fisik, dan tidak dengan sendirinya merupakan sebuah jaminan untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Hanya keberadaan sebagai orang yang ‘miskin dalam Roh’ dan ‘rendah hati’ memungkinkan kita dirajai oleh Allah, sedangkan seseorang dapat saja hidup dalam kemiskinan fisik tanpa membiarkan Allah merajainya! Begitu juga tidak ada kekhususan tertentu berkaitan dengan kelaparan fisik. Yang dituntut adalah ‘kelaparan dan kehausan akan kebenaran’ – suatu kebenaran yang lebih daripada sekadar tuntutan para ahli Taurat dan orang Farisi, tetapi justru merupakan kesempurnaan seperti kesucian hati, dan terutama praktik-praktik kasih dalam wujud pengampunan dan karya-karya belas kasih seperti yang diajarkan Yesus berikut ini.

Yesus meminta kita mengasihi musuh kita dan berbuat baik kepada mereka yang membenci kita; bahkan meminta berkat bagi orang yang mengutuk kita, serta berdoa bagi orang yang mencaci-maki kita. Perintah Yesus sangat ekstrem: jika musuh menampar satu pipi dan merampok kepunyaan kita, jangankan membalas atau menaruh dendam, tetapi kita dituntut menunjukkan kasih dengan menawarkan pipi yang lain dan merelakan kepunyaan kita diambil, apapun itu! Mengasihi di sini bukan berarti secara emosi, melainkan memberi perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap keselamatan kekal mereka, karena kita tahu bagaimana malangnya nasib mereka yang melawan Allah. Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kita mendoakan mereka dan berupaya dengan jalan membalas kejahatan dengan kebaikan, dengan mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran untuk membawa mereka kepada Kristus dan iman kepada Injil. Sehingga seorang murid Yesus tidak akan melakukan tindakan balas dendam seperti cara yang telah diperlakukan padanya, melainkan melakukan hal-hal sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan, yaitu: mengampuni sama seperti Tuhan telah mengampuni kita. “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka,” itulah kaidah emasnya dan Yesus adalah yang pertama melaksanakan kaidah itu. Dia mengasihi semua orang tanpa syarat, sebagaimana masing-masing kita ingin dikasihi. Hal ini sanggup dilakukan oleh Yesus karena persekutuan-Nya dengan Bapa (Luk. 6:27-30; Kol. 3:12-13).

Mengasihi orang yang mengasihi kita, berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kita, serta meminjamkan sesuatu kepada orang dengan harapan menerima sesuatu dari padanya, bukanlah hal yang diinginkan Yesus untuk kita lakukan. Manusia cenderung berinteraksi dengan manusia lain dengan budaya ‘cinta yang setimpal’, tetapi Yesus menuntut para murid-Nya melampaui hal itu dengan kasih tanpa pamrih sesuai dengan martabat kita sebagai anak-anak Allah. Sebagai anak-anak-Nya kita harus mencerminkan keelokan Allah yang menunjukkan belas kasih dan kebaikan-Nya juga kepada orang-orang jahat dan tidak tahu berterima kasih. Pernyataan ini menunjukkan bagaimana caranya menjadi murid yang murah hati seperti Bapa, Kasih yang universal itu. Mengasihi berarti memutarbalikkan tuntutan kita untuk diperhatikan orang lain, menjadikan hak kita itu sebagai kewajiban kita terhadap orang lain. Kita dapat melakukan itu apabila segala sesuatu yang kita lakukan dengan perkataan atau perbuatan, dilakukan semuanya dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh dia kepada Allah, Bapa kita. Pemusatan pada diri sendiri, egoisme, digantikan dengan keluar dari diri sendiri: memusatkan diri dan menghubungkan motivasi serta tindakan kita kepada Allah dan sesama melalui Kristus. Dengan demikian kita akan menjadi seperti Allah yang selalu memperhatikan yang lain (Luk. 6:32-36; bdk.Kol. 2:17).

Diakhiri dengan dua larangan: untuk tidak menghakimi dan tidak menghukum, serta dua ajakan: untuk mengampuni dan memberi, ini adalah hal-hal dasar yang perlu kita konkretkan agar menjadi murah hati seperti Bapa. Berpegang pada kaidah emasnya, serta mentaati dan melakukan perintah-Nya, maka kita akan memberi pengampunan dan berbuat baik kepada siapa pun; sehingga dalam iman kita percaya dalam pengharapan bahwa di hari terakhir Allah akan menganugerahkan pengampunan dan kelimpahan kasih-Nya kepada kita, bahkan dengan takaran yang lebih baik, yang dipadatkan, diguncang dan berkelimpahan (Luk. 6:37-38). (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Gaya hidup yang ramah lingkungan: Kita berdoa agar kita semua bisa membuat keputusan yang berani untuk gaya hidup yang sederhana dan ramah lingkungan, bersukacita bersama orang muda kita yang dengan tegas berkomitmen dengan hal ini. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Mereka yang tertekan masalah ekonomi: Semoga mereka yang tertekan oleh masalah ekonomi bisa menemukan usaha-usaha baru yang bisa menjadi sumber nafkahnya. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Sudilah mengarahkan sejarah hidup kami seperti sejarah hidup Santo Yoseph, yang Kau bimbing menyatu dengan para Leluhurnya, sebagaimana nampak dalam Alkitab. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s