Belas Kasih Sempurna Bagi Semua Bangsa

Renungan Harian Misioner
Rabu, 01 Desember 2021
P. B. Dionisius dan Redemptus, Martir Indonesia

Yes. 25:6-10a; Mzm. 23:1-3a,3b-4,5,6; Mat. 15:29-37; atau dr Ruybs

Yesus menyusuri pantai danau Galilea, dan naik ke atas bukit. Bukit yang sama tempat pemakluman Sabda Bahagia di mana Ia menyerukan tawaran Kerajaan Allah. Yesus duduk di atas bukit itu, seolah menduduki takhta Kerajaan-Nya supaya kita juga memahami bahwa pesan Sabda Bahagia dan pengharapan Kerajaan itu sungguh dialamatkan kepada semua orang. Orang banyak berbondong-bondong datang kepadanya, membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus. Hal itu menggambarkan Yesus sebagai seorang Gembala yang membaringkan domba-domba-Nya yang lelah dan terlantar di padang yang berumput hijau. Ia menyegarkan jiwa mereka dan menyediakan hidangan bagi mereka. Begitulah Tuhan seperti telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Dia akan menyelenggarakan perjamuan bagi segala bangsa, dengan masakan yang bergemuk dan bersumsum serta anggur yang tua benar.

Kepedulian Yesus timbul dari hati yang tergerak oleh belas kasihan. Belas kasihan adalah prinsip seluruh karya Yesus. Bentuk kasih yang merasakan orang lain seperti dirinya sendiri. Sikap ini diungkapkan-Nya kepada murid-murid-Nya dengan mengulangi kembali memberi makan seperti yang pernah dilakukan-Nya sebelum ini (lih. Mat. 14:13-21). Memberi roti sekali lagi, karena sesungguhnya setiap hari kita juga membutuhkan belas kasihan Allah, yang menyembuhkan kita dari segala derita. Sebagai orang beriman, makan roti bersama selalu mengingatkan akan Tubuh Tuhan yang dianugerahkan kepada kita. Kita mengenangkan karya belas kasih-Nya yang mengajak kita terus memakan roti sampai seluruh hidup kita pun menjadi suatu ekaristi, ucapan syukur atas anugerah kepada Bapa dan sesama.

Adegan Yesus berada di gunung itu juga merupakan wujud kehadiran Kerajaan Allah bagi orang-orang miskin yang hadir dalam keadaan sakit serta datang kepada-Nya untuk disembuhkan (ay. 29-31). Dalam Kerajaan-Nya, Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa. Dia Allah yang meniadakan maut untuk selamanya, menghapuskan air mata dari pada segala muka dan menjauhkan aib umat-Nya.

Ketakjuban orang banyak adalah reaksi karena melihat orang bisu berkata-kata, orang buta melihat. Hal itu membuat mereka memuliakan Allah Israel. Sebuah seruan dari orang kafir yang mana ingin menekankan bahwa orang banyak yang datang menerima belas kasih Yesus kali ini adalah orang-orang kafir. Dia menerangi iman kita untuk menghayati hidup sebagai anak-anak Allah dan saudara-saudari satu sama lain lewat karya-Nya sebagai Mesias, yang nyatanya juga diperuntukkan bagi orang-orang yang dianggap kafir.

Reaksi berbeda dimunculkan para murid, yang tampak enggan memberi makan orang-orang kafir, karena dianggap bukan bagian dari bangsa terpilih. Itulah sebabnya Yesus meminta roti yang ada pada mereka sendiri, bukan dari tempat lain. Dan mereka menyerahkan tujuh buah roti yang mereka miliki, roti-roti terakhir yang masih ada pada mereka yang sudah 3 hari mengikuti Dia dan menyantap bekal-Nya. Dan setelah mengucap syukur, Ia memecahkan dan memberikan roti itu kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan kepada orang banyak. Semua ini menggambarkan bahwa para murid pun menyerahkan seluruh kepunyaan mereka kepada Yesus, sebagaimana gaya hidup sang Putera yang menyerahkan seluruh diri-Nya sebagai ekaristi, sukacita dan syukur serta kasih kepada Bapa.

Komunitas Kerajaan-Nya menerima roti sampai kenyang oleh belas kasihan-Nya (ay. 32-39) dan terus memecah-mecahkan roti melanjutkan karya Tuhan dengan menghayati perjamuan surgawi dalam perayaan kehidupan sehari-hari. Kita pun sama seperti para murid yang berulang kali merayakan Ekaristi, tetapi mungkin sulit menerapkan belas kasihan Yesus, karena seringkali kita makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan (1Kor. 11:29). Tetapi karena Tuhan itu sabar, setiap hari Dia kembali memberi kepada kita Firman-Nya, Roti-Nya yang perlahan-lahan akan menyembuhkan kita, layaknya seorang Guru yang terus-menerus mengulangi pengajaran-Nya tanpa menuntut imbalan, terus melimpahkan belas kasihan-Nya yang kekal. Demikianlah kita diajak untuk berbelas kasihan yang semakin hari semakin serupa dengan Yesus. Belas kasih yang sempurna seperti Bapa sempurna adanya. (ek)

(Antonius Ekahananta – Awam Katolik Pengajar Misi Evangelisasi)

DOA PERSEMBAHAN HARIAN

Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.

Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:

Ujud Evangelisasi:

Katekis: Marilah kita berdoa bagi para katekis, yang dipanggil untuk mewartakan Sabda Allah: semoga mereka menjadi saksinya, dengan berani dan kreatif, serta dalam kuasa Roh Kudus. Kami mohon…

Ujud Gereja Indonesia:

Para peternak: Semoga semua pihak yang berwenang menolong para peternak untuk meningkatkan usaha mereka agar mereka dapat hidup layak dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Kami mohon…

Ujud Khusus Tahun Santo Yoseph:

Berkenanlah memadukan kami dengan Keluarga Kudus, mengikuti pelayanan Santo Yoseph, memberikan bakti kepada Bunda Maria dan mengimani Sang Putera. Kami mohon…

Amin

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s