Renungan Harian Misioner
Rabu, 12 Januari 2022
P. S. Hilda
1Sam. 3:1-10,19-20; Mzm. 40:2,5,7-8a,8b-9,10; Mrk. 1:29-39
Sahabat misioner,
Suatu saat saya bertanya kepada keponakan saya yang masih SD, “Le (sebutan bahasa Jawa kepada anak kecil), besok kalau gede mau jadi apa?” Langsung dia jawab, “Mau jadi Youtuber Om Romo!” Senyum-senyum saya mendengar jawaban itu. Youtuber tampaknya merupakan profesi yang menarik dan menjanjikan. Tidak hanya menggiurkan bagi anak-anak, bahkan yang muda dan dewasa pun saat ini terbius berlomba menjadi Youtuber. Penghasilannya besar, penggemarnya banyak, dan populer. Orang sekarang berpacu bikin konten untuk diposting dan dijual bahkan sampai bertaruh nyawa atau reputasi demi sebuah konten. Tidak hanya umat awam, bahkan sebagian imam pun ada yang sukses besar dalam sosial media ini sehingga mendapat sebutan “Imam Youtuber”. Tentu pemanfaatan sosial media itu untuk pewartaan. Namun, memang godaannya besar baik godaan duit, sanjungan, popularitas, fans, dsb. Kalau tidak menyadari dan tidak kuat terhadap godaan itu, tentu akan berbelok arah dari motivasi dan maksud awal yang baik yaitu dari pewartaan iman berbelok ke pencarian subscriber, kekayaan, dan semacamnya. Maka, ada imam yang sudah mulai populer, viral, dan banyak penggemar justru malah berhenti. Ketika ditanya, “Romo, mengapa tidak bikin konten youtube lagi? Padahal sudah ditunggu-tunggu dan makin banyak penggemarnya loh, Mo.” Imam itu menjawab santai, “Karena bukan itu (ketenaran, banyak fans, penghasilan kekayaan, popularitas) yang aku cari dan maksudkan!” Dia sadar akan godaan-godaan yang datang, maka berani tegas supaya tidak berbelok arah.
Orang harus fokus pada kompas hidupnya! Mengapa? Karena kompas hidup memberi makna pada hidupnya, memberi isi dan kualitas pada hidup yang dijalaninya. Tanpa fokus pada kompas hidup itu, orang menjadi kosong tidak bermakna, tidak berisi, dan tidak berkualitas. Sebagaimana Yesus yang dikisahkan dalam bacaan Injil hari ini. “Waktu menemukan Yesus, mereka berkata, ‘Semua orang mencari Engkau.’ Jawab Yesus, ‘Marilah pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan supaya di sana juga Aku memberitakan Injil karena untuk itu Aku telah datang.’” Kompas hidup Yesus adalah memberitakan Injil; dan Yesus fokus setia pada tugas perutusan ini. Ia tidak tergoda ketika para murid menemui-Nya dan mengatakan bahwa semua orang mencari-Nya. Yesus semakin populer, semakin banyak penggemar, semakin dicari banyak orang, tetapi semua itu ditinggalkan-Nya karena bukan itu semua yang Ia cari dan maksudkan tetapi menjalankan misi mewartakan Injil.
Supaya orang bisa fokus pada kompas hidupnya, dia butuh tiga hal, yaitu komitmen, konsistensi, dan kesulitan atau krisis. Yesus mengambil komitmen mewartakan Injil. Komitmen ini Ia tunjukkan dengan mendatangi orang sakit (ibu mertua Simon) dan orang kerasukan setan, kemudian menyembuhkannya dan mengusir banyak setan; mengambil waktu istimewa (quality time) untuk berada sendiri dan berdoa; dan untuk pergi ke tempat-tempat lain dari satu kota ke kota lain tanpa lelah untuk mewartakan Injil. Komitmen saja tidak cukup, orang butuh konsisten dalam menjalankan komitmennya. Di dalam keseluruhan Injil, diceritakan bagaimana Yesus begitu konsisten terhadap komitmen-Nya itu. Dan yang ketiga adalah kesulitan. Orang butuh kesulitan atau krisis karena kesulitan adalah energi. Dengan kesulitan itu, orang didorong untuk berani dan kreatif, maka orang menumbuhkan keberanian kreatif dalam dirinya. Karena menjumpai kesulitan, orang menjadi berpikir dan berusaha. Kalau hanya mudah, yang kemudian terjadi adalah autopilot yang akhirnya tidak terjadi perubahan dan pembaruan.
Sahabat misioner,
Misi kita hari ini adalah fokus pada kompas hidup, pada arah hidup, pada visi hidup kita. Untuk itu, marilah kita tumbuh kembangkan komitmen yang kuat, konsistensi yang teguh, dan keberanian kreatif dalam menghadapi kesulitan dan krisis.***(NW)
(RD. M Nur Widipranoto – Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati
Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks
Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…
Amin