Renungan Harian Misioner
Rabu, 19 Januari 2022
P. S. Marius
1Sam. 17:32-33.37.40-51; Mzm. 144:1.2. 9-10; Mrk. 3:1-6
Sahabat misioner,
Kita bisa mengumpamakan hidup beragama itu seperti dua kaki. Satu kaki disebut pengungkapan iman yang berisi ritus-ritus doa, ibadat, dan segala tata aturannya. Satu kaki yang lain dinamakan perwujudan iman yang berbentuk tindakan-tindakan belas kasih, amal kemanusiaan, dan segala tindakan kesalehan hidup.
Dalam praktik hidup beragama itu, kadang-kadang ada dua ekstrem. Yang satu adalah orang yang lebih menekankan atau mementingkan pemenuhan ritus agamanya. Menurut golongan ini, yang utama dalam pengamalan keagamaannya adalah rajin ibadah, rajin doa, rajin membaca bahkan sebisa mungkin menghafal Kitab Suci, rajin menyebut nama Tuhan, melaksanakan ritus agamanya sedetail dan setaat mungkin. Dengan melaksanakan itu semua dengan taat dan tekun, dirinya yakin akan mendapatkan pahala besar, akan hidup mulia, dan kelak masuk surga. Ekstrem ini ditampilkan oleh orang Farisi seperti dalam bacaan Injil hari ini. Bagi orang Farisi, agama adalah ritus. Hidup beragama berarti sebatas taat pada ritus, tetapi tidak peduli pada orang lain, tidak punya rasa empati, tidak mau berkorban untuk orang lain, tuli terhadap panggilan orang yang membutuhkan, dan buta terhadap keprihatinan sekitarnya.
Ekstrem kedua adalah golongan yang lebih mementingkan tindakan baik, saleh, dan amal. Bagi kelompok ekstrem ini, yang penting dan utama adalah berbuat baik seperti menolong, memberi bantuan, beramal, bersedekah, rajin berbuat kebaikan. Tuntutan pemenuhan ritus seperti doa, ibadah, akrab dengan Kitab Suci adalah urusan nomor dua atau ke sekian kali, bukan prioritas utama. Mereka berpandangan bahwa toh mereka yang rajin berdoa, beribadah, rajin baca Kitab Suci, berpakaian saleh sesuai tuntutan agama ternyata hidupnya tidak lebih baik dari yang jarang atau tidak pernah menjalankan ritus keagamaannya, atau bahkan tidak sedikit dari mereka ini yang jatuh dalam tindak keburukan dan kejahatan. Bagi ekstrem ini, pemenuhan ritus hanya membuang-buang waktu, membosankan, dan sia-sia belaka.
Kedua golongan tersebut sama-sama mengklaim diri masing-masing yang paling benar. Kiranya keduanya terjerembab dalam kubangan yang sama. Kalau diumpamakan dengan dua kaki seperti disebut di awal tadi, mereka masing-masing berjalan hanya dengan satu kaki saja. Yang hanya menekankan dan mementingkan pemenuhan ritus keagamaan sama seperti orang berjalan hanya dengan satu kaki entah yang kiri atau yang kanan. Ia tidak akan bisa berjalan jauh, lama, dan akan segera jatuh. Demikian pula yang hanya mementingkan pelaksanaan tindakan baik atau amal tanpa didasari ketekunan doa dan penghayatan ritus iman, ia juga seperti orang yang berjalan dengan satu kaki saja.
Kalau mau seimbang, berjalan baik dan benar dengan jarak yang lebih jauh dan tahan lama, orang mesti berjalan dengan dua kaki. Begitulah orang beriman yang sehat, benar dan tidak munafik seperti ditunjukkan dan dikehendaki Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Agama tidak hanya ritus dan bukan sekadar tindakan baik tanpa roh. Hidup beragama berarti mengasihi Tuhan Allah sekaligus mengasihi sesama manusia.***(NW)
(RD. M Nur Widipranoto – Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia)
DOA PERSEMBAHAN HARIAN
Allah, Bapa kami, kepada-Mu kupersembahkan hari ini. Kuhunjukkan semua doa, pikiran, perkataan, tindakan maupun suka-dukaku hari ini dalam kesatuan dengan Putra-Mu Yesus Kristus, yang senantiasa mempersembahkan Diri-Nya dalam Ekaristi bagi keselamatan dunia. Kiranya Roh Kudus, yang menjiwai Yesus, juga menjadi Pembimbing dan Kekuatanku hari ini sehingga aku siap sedia menjadi saksi Kasih-Mu.
Bersama Santa Maria, Bunda Yesus dan Bunda Gereja, secara khusus aku berdoa bagi ujud-ujud Bapa Suci dan para rasul doa Gereja Indonesia untuk bulan ini:
Ujud Gereja Universal: Persaudaraan sejati
Kita berdoa untuk mereka yang menderita karena perundungan dan diskriminasi agama; semoga hak asasi dan martabat mereka diargai karena sesungguhnya kita semua bersaudara sebagai umat manusia. Kami mohon…
Ujud Gereja Indonesia: Menangkal hoaks
Kita berdoa, semoga di tengah simpang-siurnya informasi, gosip dan hoaks yang memancing emosi, kita tetap menanggapinya dengan hati lembut dan akal sehat. Kami mohon…
Amin